Mengenal Keuskupan Labuan Bajo, Diosis ke-38 di Indonesia

Memiliki banyak umat dan sedikit imam.

0 600

Katolikana.com, Manggarai Barat — Lahirnya Keuskupan Labuan Bajo yang baru saja dibentuk secara resmi oleh Paus Fransiskus membuat wilayah Manggarai Raya kini memiliki dua takhta episkopal.

Wilayah Manggarai Raya—yang terdiri dari Kab. Manggarai Barat, Kab. Manggarai, dan Kab. Manggarai Timur—tadinya hanya dilayani oleh Keuskupan Ruteng. Sekarang Keuskupan Ruteng dan Keuskupan Labuan Bajo dapat berbagi peran penggembalaan umat Allah di tiga kabupaten dengan mayoritas pemeluk Katolik ini.

Seluruh wilayah Kab. Manggarai Barat seluas 3.141 km² kini menjadi wilayah gerejawi Keuskupan Labuan Bajo yang baru. Kabupaten berpenduduk 275.903 jiwa ini memiliki populasi umat Katolik sejumlah 215.270 jiwa, alias lebih dari 78% dari total penduduk Kab. Manggarai Barat.

Keuskupan termuda di Indonesia ini mempunyai 25 paroki yang nantinya bakal terbagi ke dalam tiga calon kevikepan baru, yaitu Kevikepan Labuan Bajo, Kevikepan Bari (Pacar), dan Kevikepan Wae Nakeng.

 

Pekerjaan Rumah Krusial

Dengan jumlah pemeluk Katolik yang sedemikian besar, Keuskupan Labuan Bajo memiliki banyak pekerjaan rumah yang mesti segera diselesaikan.

Pekerjaan rumah pertama yang paling kasat mata adalah minimnya tenaga klerus yang tersedia. Keuskupan Labuan Bajo saat ini hanya memiliki 67 imam diosesan, 23 imam ordo (sebagian besar berasal dari Ordo Serikat Sabda Allah/SVD), dan ditambah dengan 30 orang seminaris Biarawan/biarawati yang siap membantu pelayanan di keuskupan ini juga hanya berjumlah 19 orang.

Dengan statistik tersebut, praktis tiap 1 imam harus melayani lebih dari 2.000 umat Katolik Labuan Bajo. Angka ini jelas bukan angka ideal untuk menjamin pelayanan pastoral yang maksimal.

Apalagi Labuan Bajo yang terkenal dengan Pulau Komodonya, tengah tumbuh pesat setelah ditetapkan sebagai salah satu dari lima destinasi wisata super prioritas. Labuan Bajo kini semakin banyak didatangi oleh perantau ataupun wisatawan.

Bahkan sudah ada sejumlah usulan untuk memekarkan Labuan Bajo sebagai satu kota tersendiri yang terpisah dari Kab. Manggarai Barat. Sudah tentu segala hal tersebut akan membuat kehidupan dan pertumbuhan umat Katolik di Labuan Bajo makin dinamis. 

Keterbatasan jumlah klerus hanyalah salah satu pekerjaan rumah. Persoalan kemandirian personalia (non-klerus), hingga finansial, hingga pastoral, turut menjadi tantangan krusial berikutnya. Belum lagi ada sejumlah aset penting yang belum dimiliki oleh

Walaupun Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, memang telah berupaya untuk mempersiapkan kelahiran keuskupan baru yang digembalakan oleh Mgr. Maksimus Regus ini dengan semaksimal mungkin, tetap saja dalam waktu dekat masih dibutuhkan kerjasama antara Keuskupan Labuan Bajo dengan Keuskupan Ruteng untuk menjalankan program-program pastoral secara interdiosesan.

 

Sumber: Vatican Press

 

Baca juga: Sambut Uskup Terpilih, Keuskupan Labuan Bajo di Depan Mata

Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha

Leave A Reply

Your email address will not be published.