Katolikana.com, Deli Serdang — Minggu (30/6), sekitar 700 orang Bapak-bapak Katolik se-Paroki Delitua mengikuti Gebyar Kebangkitan Kaum Bapak Katolik se-Paroki Delitua. Acara bertempat di Lapangan Wisma Maximilianus Kolbe Delitua, Deli Serdang.
Kegiatan ini diawali dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Parochus (Pastor Paroki) St. Yosep Delitua, RP. Simon Kemit, OFMConv. Bertugas sebagai pendamping yaitu RD. Shan Efran Sinaga, Pr. dan Diakon Alexius Ivo Tarigan, OFMConv.
Miliki Iman dan Pengharapan
Pastor Kemit pada homilinya menyampaikan bahwa dalam kehidupan kita sebagai anggota Gereja ada tiga keutamaan yang mestinya harus selalu dimiliki dalam diri pengikut Kristus. Ketiganya itu adalah beriman, berharap dan berkasih.
“Bisa dibayangkan orang yang memiliki iman, pengharapan, dan kasih, (dibandingkan) dengan orang yang tidak berharap, tidak beriman, dan tidak memiliki kasih akan jauh sekali berbeda,” tutur Pastor Kemit.
Ia melanjutkan, “Kalau namanya tidak beriman, apapun masukan tidak akan masuk lagi. Orang yang tidak berharap selalu melihat hal-hal yang tidak perlu dilihat. Dan orang yang tidak memiliki kasih (hanya) akan melihat ke dirinya sendiri.”
Lantas Pastor Kemit meminta para bapak yang berkumpul untuk melihat salah satu kisah dalam perikop Kitab Suci untuk memaknai tentang iman, harapan, dan kasih.
Perikop yang dipilih adalah kisah Yairus si kepala rumah ibadat yang anak perempuannya hampir meninggal dan sesosok perempuan yang menderita pendarahan selama dua belas tahun.
Dari perikop itu, Pastor Kemit kemudian mengajak kaum bapak untuk memaknainya. Pertama-tama, Pastor Kemit menyorot unsur kepedulian Yesus yang begitu besar kepada manusia. Apalagi orang yang datang itu sangat berharap dan percaya kepada Yesus.
“Dia (Yesus) tidak bisa diam, harus berbuat sesuatu. Dengan cara seperti itu, nampak bahwa Yesus berbagi kasih atau solider dengan sesama manusia,” ujarnya.
Pastor Kemit pun lantas menekankan kepada bapak-bapak bahwa hanya yang sudah mengalami kasih yang mampu berbagi kasih pula dengan sesamanya. Terlebih kepada orang-orang yang sangat membutuhkan mereka.
Peran Kaum Bapak
Dari homili tersebut, Pastor Kemit lantas menjelaskan bahwa Gereja memandang penting peranan kaum Bapak di dalam keluarga dan Gereja. Maka seringkali disebut Bapak itu adalah pemimpin keluarga.
“Gereja sangat mengakui dan sangat menghargai peran Bapak-bapak di tengah Gereja,” imbuh pastor paroki ini kepada segenap bapak-bapak yang hadir.
Lebih lanjut, Pastor Kemit menggarisbawahi bahwa bagi keluarganya, para bapak memiliki tugas utama mendampingi dan membimbing anggota keluarga dalam iman. Baik melalui doa-doa maupun kebersamaan.
Sementara bagi Gereja, para bapak adalah pelayan Gereja. Pastor paroki ini meyakini para bapak di Paroki Delitua kaya dengan bakat-bakat yang dapat dinyatakan dalam bentuk pelayanan-pelayanan Gereja.
Bahkan dalam rapat persiapan acara, pastor paroki ini merancang supaya dalam Gebyar Kebangkitan Bapak-bapak se-Paroki St. Yosep Delitua, semua petugas liturgi harus bapak-bapak.
“Ternyata lektor, (pembaca) doa umat, pemazmurnya, dan pemasak penyedia makanan pesta, semuanya bapak-bapak,” ucap Pastor Kemit bangga.
“Tapi ada yang kurang,” tambah pastor paroki ini cepat. “Tahun depan misdinarnya (harus) bapak-bapak.”
“Supaya nampak ini Bapak-bapak se-Paroki St. Yosep Delitua dalam segala hal lewat bakatnya tahu semua. Tahu memasak, membaca, berdoa dan melayani altar,” pesannya penuh harap.
Kehadiran Minim
Usai perayaan ekaristi diadakan lokakarya singkat. Dalam lokakarya ini, narasumber RD. Shan Efran Sinaga menitikberatkan bagaimana sebenarnya peran Bapak-bapak di tengah keluarga, gereja dan masyarakat.
Sebelum memasuki pbahasan utama, Pastor Shan Efran mengajak seluruh Bapak-bapak yang hadir untuk mengingat kembali bahwa kaum bapak itu harus beriman lalu berpartisipasi.
Ia menuturkan sejak awal Gereja Katolik amat menghormati laki-laki atau kaum bapak. Karena Gereja Katolik menganut sistem patrilineal (garis keturunan laki-laki).
“Dari awal memang laki-laki itu menjadi pemimpin dalam Gereja Katolik dan sangat dihargai tinggi-tinggi. Bahkan dikatakan bapak-bapak Gereja,” sebut Pastor Shan Efran.
Ia melanjutkan, “Persoalannya banyak bapak-bapak Katolik yang kurang aktif dalam hidup menggereja. Hampir semua paroki mengeluhkan bahwa bapak-bapak di dalam Gereja itu kehadirannya sangat minim.”
“Maka, kita harus aktif-partisipatif dan jangan pasif-parasit,” tandas Pastor Shan Efran.
Pertama Kali
Setelah lokakarya singkat selesai, acara dilanjutkan dengan kegiatan lomba tari. Panitia membuat lomba tarian bapak-bapak dengan jumlah anggota minimal empat orang serta durasi waktu 5-7 menit.
Sebanyak 26 kontingen peserta tarian telah mendaftar. Dari lomba ini diambil pemenang Juara 1-10. Adapun kelompok tari di peringkat 11-26 tetap mendapat hadiah hiburan dari panitia.
Ketua PERBAKAT (Persekutuan Bapak-Bapak Katolik) Rayon Deli Tua, Alim Perangin-angin dalam pendapatnya mengenai kegiatan Kaum Bapak Katolik se-Paroki Deli Tua berpandangan kegiatan ini sangat bagus, karena baru pertama kali diadakan di Paroki Delitua ini.
“Selama ini belum ada kegiatan Bapak-bapak se-Paroki Deli Tua. Memang di lingkungan maupun rayon ada kegiatan bagi bapak-bapaknya, tapi ini disatukan bapak-bapak seluruhnya di wilayah Paroki Deli Tua,” kata Alim.
Menurut Alim, PERBAKAT Rayon Deli Tua sudah berdiri puluhan tahun yang lalu tetapi baru mulai aktif lagi di tahun 2022. Ia menilai selama ini bapak-bapak Katolik kurang tampil dan bergerak untuk bangkit.
Maka ia menyebut momen seperti inilah saat yang tepat untuk lebih memberdayakan bapak-bapak yang ada di lingkungan maupun rayon di Deli Tua. Adapun anggota PERBAKAT saat ini berjumlah 75 orang yang aktif dari 15 lingkungan se-rayon Deli Tua.
“Semoga kegiatan ini bisa sebagai contoh
bagi yang lainnya. Diharapkan ke depannya bapak-bapak Katolik ini jadi lebih banyak hadir dan aktif di lingkungan maupun Gereja,” ucap Alim lagi. (*)
Editor: Ageng Yudhapratama
Kontributor Katolikana, tinggal di Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat Medan, Keuskupan Agung Medan.