Budaya Valentine Day sudah dianggap menjadi budaya tetap di Indonesia. Hampir semua masyarakat Indonesia pernah merayakan Hari Kasih Sayang. Seminaris di Seminari Menengah Santo Paulus Palembang pun merayakan hari kasih sayang ini. Di seminari tentu tidak ada yang berjenis kelamin perempuan, kecuali karyawati dapur dan staf suster.
Pada tanggal 14 Februari 2017 yang lalu, seminaris di Seminari Menengah Santo Paulus Palembang memiliki cara tersendiri untuk merayakan Hari Kasih Sayang ini. Saya tidak memberikan cokelat atau kado kepada teman-teman sekomunitas.
Salah satu alasannya adalah karena biaya yang tidak mendukung dan karena kami mau mencari hal yang lebih sederhana, unik, dan menarik. Menurut saya, ungkapan kasih sayang tidak hanya dapat diungkapkan dengan barang yang bersifat sementara saja. Kasih dapat diungkapkan dengan pengalaman yang selalu diingat dan berkesan.
Pada kesempatan itu, saya mengungkapkan kasih sayang kepada teman-teman dengan cara berjabat tangan, tersenyum, dan berkata, “Happy valentine day, Bro!” Sangat sederhana sekali bukan? Saya merasa sangat senang karena dengan demikian saya dapat semakin tahu bahwa masih sangat banyak orang yang mengasihi saya.
Pengalaman pada saat Valentine Day tidak hanya itu saja. Pada malam harinya kami semua (seminaris) berkumpul di ruang rekreasi GraSyPoe untuk bersama-sama menonton sebuah film. Acara ini merupakan acara kebersamaan yang mewajibkan para seminaris hadir. Karena jumlah seminaris yang sangat banyak (lebih dari seratus), biasanya kami melakukan voting untuk menentukan film yang akan ditonton. Voting dilaksanakan di refter atau ruang makan seminaris. Cukup mengejutkan karena hasil dari voting tersebut adalah pemutaran film yang tidak bertema kasih sayang. Film yang kami tonton adalah The Conjuring. Secara pribadi, saya tidak begitu menyukai film horor.
Karena itu, saat teriakan dari aktor atau aktris yang berperan di film terdengar, ditambah lagi teriakan seminaris lainnya yang membabi-buta, membuat saya juga tak bisa berdiam saja. Saya pun ikut berteriak walaupun tidak tahu apa yang sedang terjadi di layar kaca. Waktu itu, yang terpenting buat saya adalah berteriak. Sampai di atas ranjang tidur pun jantung ini berdetak cepat. Hal ini membuat saya sulit untuk beristirahat malam. Walaupun demikian saya tetap merasa puas di hari kasih sayang ini.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Seminari Menengah Santo Paulus Palembang pada saat Valentine Day tahun 2017 lalu sungguh sangat sederhana. Walaupun sederhana, pengalaman ini sungguh berkesan bagi saya karena saya dapat semakin mempererat tali persaudaraan antar anggota komunitas, meningkatkan komunikasi yang akrab, dan sebagai bentuk dukungan dalam hidup panggilan. Coba saja tidak ada pengalaman ini, tentunya saya tidak akan tahu seberapa besar perhatian, kasih sayang, dan keakraban seminaris lainnya kepada saya.
Oleh karena itu, melalui hal-hal sederhana ini kita sebagai orang Katolik sungguh perlu melakukan hal-hal sederhana semacam ini (dalam kegiatan yang berbeda) guna meningkatkan persaudaraan, keakraban, sukacita, perhatian, dan kesih sayang kita kepada sesama umat manusia. Misalnya ; tersenyum, menyapa, ramah, perhatian, berjabat tangan, dan lainnya. Tentu hal ini akan sangat membantu dalam keharmonisan hidup sehari-hari dengan orang lain dan kita dapat semakin mencerminkan bahwa kita adalah wajah Tuhan Yesus.
Rasanya, cinta tidak dapat dibeli dengan uang. Cinta hanya dapat dibeli dengan cinta. Uang memang harta yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, namun tidak berlaku untuk urusan cinta. Saya (sebagai calon imam) tidak memiliki pacar. Apabila saya berdiam diri saja dan terus meratapinya, maka hal itu akan menyiksa saya sebagai anak muda. Cara saya menyikapinya adalah dengan menciptakan hari yang bahagia, sukacita, keakraban, dan berusaha peduli terhadap anggota komunitas lainnya. Saling berbagi cinta dalam arti persaudaraan sangat mencerminkan bentuk dukungan dalam panggilan ini.
Hal-hal yang sangat sederhana ini, membantu saya dan teman-teman sekomunitas untuk mendapatkan kasih sayang pada hari kasih sayang ini. Oleh karena itu, dalam kehidupan bermasyarakat tentunya kita tidak dilarang untuk berbagi cinta dengan orang lain. Bahkan itu yang sangat dianjurkan dalam kehidupan ini. Sikap-sikap individual, egois, dan acuh tak acuh hendaknya kita buang jauh-jauh dan akhirnya bersama-sama menaburkan cinta kepada orang lain.
Di seminari ini, saya mendapatkan love yang double. Menurut saya, orang-orang yang mendapatkan barang-barang yang diberikan saat Valentine Day mendapatkan satu love (cinta), tetapi orang-orang yang mendapatkan pengalaman yang sungguh berkesan saat Valentine Day mendapatkan dua love. Tentu saja saya mendapatkan love yang double karena pengalaman yang saya dapatkan dapat mengalahkan barang-barang yang sifatnya sederhana. Pengalaman ini tentunya tidak semua orang dapat mendapatkannya. Saya bahagia karena mendapatkan pengalaman yang sungguh spesial, unik, berkesan, sederhana dan langka dalam hidup saya.
Satu kunci yang selalu saya genggam erat-erat dalam hidup panggilan saya adalah kata ‘bahagia’. Mudah saja bagi saya dalam menjalankan studi dan rutinitas di seminari ini. Mudah apabila saya hanya menjalaninya dengan mengalir dan hambar. Menjadi tantangan tersendiri apabila saya mengubah itu dan menaburinya dengan kata ‘bahagia’.
Saya dapat mempertahankan dan tetap teguh dalam panggilan ini karena saya bahagia. Bahagia dalam menjalankan semuanya. Kebahagiaan itu saya dapatkan dari banyaknya pengalaman-pengalaman yang berkesan dan membekas dalam hidup ku ini. Akhirnya saya menjalani panggilan ini dengan bahagia. Semoga kehidupan Anda pun diwarnai oleh kebahagiaan.
Saya (sebagai calon imam) tidak memiliki pacar. Apabila saya berdiam diri saja dan terus meratapinya, maka hal itu akan menyiksa saya sebagai anak muda. Cara saya menyikapinya adalah dengan menciptakan hari yang bahagia, sukacita, keakraban, dan berusaha peduli terhadap anggota komunitas lainnya. Saling berbagi cinta dalam arti persaudaraan sangat mencerminkan bentuk dukungan dalam panggilan ini.
Penulis: Marcelinus Wahyu Setyo Aji
*Antologi Secarik Kisah adalah karya para seminaris St. Paulus Palembang kelas Rethorica A yang menyelesaikan studinya pada Mei 2019 ini.
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.