Katolikana.com, Inggris — Seorang bangsawan Inggris, masih memiliki hubungan keluarga dengan Pangeran Harry dan Pangeran William, akan menerima kanonisasi. Pemberian gelar ini masih menunggu keputusan dari Vatikan. Ia adalah Ignatius Spencer.
Dalam proses pemberian kanonisasi ini, pada Kamis, 16 Januari 2020, para teolog dan sejarawan dari Kongregasi Penggelaran Kudus, akan bertemu untuk memberikan pendapat tentang sebuah dokumen atau laporan tentang para imam Pasionis di abad ke-19.
Jika kesimpulan mereka positif, menurut informasi yang dilansir dari catholicherald.co.uk, maka para kardinal dan uskup dari kongregasi itu kemungkinan akan meminta Paus Fransiskus memberikan gelar Yang Mulia kepada Ignatius Spencer.
Hubungan Ignatius Spencer dengan kedua pangeran Inggris yakni Harry dan William, terjalin melalui Putri Diana, ibu mereka. Ignatius Spencer merupakan paman buyut Putri Diana, dan ia juga paman dari Winston Churchill.
Ignatius Spencer lahir dari keluarga bangsawan, salah satu dari lima keluarga terkaya di Inggris saat itu, di Admiralty House pada 21 Desember 1799. Ia merupakan putra bungsu dari Earld Spencer ke-2, seorang Angkatan Laut.
Ia tumbuh dan besar di Althrop, Northamptonshire, rumah keluarga Spencer. Di tempat ini, pada Agustus 1997, Putri Diana dimakamkan.
Spencer dididik di Eton dan Cambridge. Namun, dalam perjalanan hidupnya ia memutuskan untuk melepaskan seluruh kenyamanan dan kekayaannya dan memeluk Katolik. Keputusannya itu ia ambil setelah ia menyaksikan Opera Mozart di Paris pada tahun 1820.
Ia kemudian mendapat pelatihan menjadi imam di Kolese Inggris di Roma dan ditahbiskan di Gereja St. Gregorius di Bukit Caelian.
Kehadiran Spencer memainkan peran penting dalam misi penginjilan di Inggris. Ia diketahui bersahabat dengan Beato Dominic Barberi, imam Pasionis asal Italia yang berjuang bagi persatuan umat kristen di Inggris.
Spencer memulai gerakan untuk persatuan Kristen, terus-menerus mengabarkan di berbagai misi di Inggris, Irlandia, Skotlandia. Ia juga diakui sebagai bapak pendiri gerakan ekumenis Eropa utara pada akhir abad ke-20. Ia tercatat sebagai dekan Seminari St. Mary di Oscott, Birmingham.
Spencer menjadi Pasionis dan mengambil nama Ignatius dari St Paul. Ia kemudian bekerja untuk orang-orang termiskin, termasuk para migran kelaparan yang tinggal di gua-gua.
Ia mengidap penyakit TBS, namun ia menghembuskan nafas terakhir akibat serangan jantung pada 1 Oktober 1864 di dekat Rumah Monteith di Carstairs, Lanarkshire Selatan, Britania Raya, dalam perjalanannya mengunjungi sepupunya. Jasadnya kemudian dimakamkan di Gereja St Anne dan Blessed Dominic di St Helens, Lancashire.
Pastor John Kearns, Provinsi Pasionis untuk Inggris dan Wales mengatakan ia percaya Spencer adalah seorang suci karena dedikasinya kepada orang miskin patut dicontoh.
Kearns menambahkan, pemikiran Spencer saat itu sudah jauh lebih dari 150 tahun ke depan tentang persatuan Kristen dan memanggil mereka untuk berdoa bersama dan bertobat secara batin.
Wartawan Katolikana.com