Mgr. Julianus Sunarka Wafat, Uskup Purwokerto yang Sederhana dan ‘Jiwa Lepas Bebas’

Uskup Emiritus Mgr. Julianus Sunarka SJ Wafat

Katolikana.com, Semarang — Uskup Emeritus Purwokerto Mgr. Julianus Sunarka SJ wafat pada hari Jumat, 26 Juni 2020 dalam usia 78 tahun. Berita duka wafatnya Mgr Sunarka SJ ini disampaikan oleh Sekretaris Keuskupan Purwokerto Romo FX. Bagyo Purwosantoso Pr. “Mgr Sunarka telah dipanggil Tuhan hari ini, sekitar pukul 13.50 di Rumah Sakit Elizabeth Semarang,” kata Romo Bagyo kepada Katolikana.com, dalam wawancara telepon, 26 Juni 2020.

Menurut Romo Bagyo, Mgr. Sunarka memiliki riwayat sakit jantung. Sebelum dipanggil Tuhan, Bapa Uskup telah dirawat dan opname di Rumah Sakit Elizabeth Semarang. “Sebelum meninggal kondisi kesehatan Bapa Uskup sempat kritis,” kata Romo Bagyo.

“Kami keluarga Keuskupan Purwokerto merasa kehilangan, atas meninggalnya Bapa Uskup Emiritus. Meskipun sudah pensiun, kami merasa Beliau tetap keluarga besar Keuskupan Purwokerto. Dan Beliau tetap punya perhatian besar pada keuskupan ini meski sudah purnatugas,” kata Romo Bagyo.

Mgr. Julianus Sunarka lahir di desa Minggir, Sleman, Yoygyakarta pada 25 Desember 1941. Ia ditahbiskan sebagai Imam pada 3 Desember 1975. Pada 10 Mei 2000 terpilih menjadi Uskup Keuskupan Purwokerto dan ditahbiskan sebagai uskup pada 8 September 2000. Pada akhir Desember 2016 permohonan pensiun diterima oleh Paus Fransiskus, dan resmi sebagai Uskup Emiritus pada 1 Januari 2017.

Sesudah purnatugas dari Keuskupan Purwokerto, Mgr. Sunarko hidupnya seutuhnya sebagai pendoa dan tinggal di Wisma Emmaus, Girisonta. Sekitar 16 tahun lebih Mgr. Sunarka berkarya untuk Keuskupan Purwokerto yang dekat dengan umat dan kehadirannya memberi banyak kesan.

“Kehadiran Uskup Sunarka itu sangat  mengesan di hati umat. Sehingga ini merasa kehilangan ketika Beliau dipanggil Tuhan,” kata Romo Bagyo.

 

Mgr. Sunarka dan Romo Bagyo di Girisonta pada Mei 2019. Foto: Romo Bagyo

 

Bagi Romo Bagyo, secara personal, sosok Mgr. Sunarka menjadi paling berkesan dalam dua hal. Pertama mengenai kesederhanaan. Ia mengenal Bapa Uskup sosok yang sederhana. Kalau pergi hampir tidak pernah membawa uang. “Di dompetnya itu seringkali kosong, atau hanya uang beberapa puluh ribu,” kata Romo Bagyo.

“Bawa uang hanya pas, misalnya beliau ke Jakarta, naik kereta, ya bawa uang hanya untuk beli tiket pulang. Jadi ndak pernah macam-macam,” kata Romo Bagyo lagi.

Hal yang lain soal makan. Saat umat mengirum makanan, Mgr. Sunarka tidak pernah mengeluh. Ia selalu menikmati dengan senang dan gembira. Begitu juga ketika pergi dalam tugas, ia selalu menyempatkan berkunjung ke pasturan-pasturan. “Kalau melewati jam makan, beliau akan mampir berkunjung ke pasturan atau susteran atau bruderan. Di sana makan sambil menyapa mereka,” katanya.

Romo Bagyo dipercaya sebagai Sekretaris Keuskupan Purwokerto oleh Mgr. Sunarka sebelum pensiun. Jelang Mgr Sunaka mengajukan pensiun ke Paus Fransiskus, Romo Bagyo masih studi di Paris, Prancis. Dan ketika pulang ke Purwokerto, permohonan purnatugas Mgr. Sunarka telah diterima pada Januari 2017.

Romo Bagyo bisa memahami dan belajar dari kesederhaan Mgr. Sunarka karena ‘jiwa lepas bebas’. Menurutnya, dalam tradisi Jesuit itu mendalami dan berlatih jiwa lepas bebas itu, yang siap sedia untuk diutus, melakukan apa saja demi kemuliaan Tuhan tanpa memikirkan diri sendiri dan tidak taku. “Tidak takut itu namanya jiwa lepas bebas yang lalu melibatkan beliau mempunyai sifat sederhana, tidak perlu mencari apa-apa atau macam-macam,” kata Romo Bagyo, lewat telepon.

Sosok yang berkesan dengan Mgr. Sunarko adalah kebiasaan menyapa umatnya di daerah terpencil saat hari raya besar Gereja Katolik, Natal dan Paskah. Bapa Uskup merakayan Natal dan Paskah di stasi-stasi terpencil di Purwokerto.

“Beliau tidak merayakan di Gereja Katedral, Gereja Paroki, tetapi Beliau datang ke desa-desa untuk merayakan Natal di sana dengan umat di stasi itu, yang barangkali jumlah umatnya 20 sampai 30 orang. Dengan orang-orang desa itu Beliau sunguh-sungguh merasakan kegembiraan,” kata Romo Bagyo.

Jenasah Mgr. Julianus Sunarka akan dimakamkan melalui prosesi Misa Requiem pada Sabtu, 27 Juni 2020 pukul 10.00 WIB di Girisonta, Semarang, Jawa Tengah. Perayaan misa akan dilakukan secara live streaming untuk menerapkan protokol kesehatan pada masa Pandemi Covid-19.

 

Jurnalis dan editor. Separuh perjalanan hidupnya menjadi penulis. Menghidupkan kata, menghidupkan kemanusiaan.

Mgr Julianus SunarkaPilihan EditorUskup Purwokerto
Comments (0)
Add Comment