Katolikana.com — Setidaknya ada tiga lembaga atau organisasi masyarakat yang punya sejarah panjang dalam karya social di bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia: Katolik, Kristen, dan Muhammadiyah.
Jika karya sosial yayasan Katolik atau Kristen terdiri dari begitu banyak nama yayasan, Muhammadiyah mampu mengelola ratusan rumah sakit dan puluhan ribu sekolah serta perguruan tinggi dalam satu wadah tunggal.
Muhammadiyah dilahirkan oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai organisasi pembaharu Islam. Kiai Ahmad Dahlan ingin mendobrak kejumudan kehidupan umat Islam-Jawa. Saat itu ia melihat umat Islam dijajah secara politik, tak berdaya secara ekonomi, dan tidak mendapat edukasi yang baik. Ia ingin memperjuangkan wajah umat Islam yang lebih progresif.
Kiai Ahmad Dahlan tergerak karena melihat para misionaris Eropa yang mendirikan banyak sekolah dan rumah sakit. Sedikit banyak, hal ini mengusik hati Kiai Ahmad Dahlan.
Beliau gelisah, mestinya rakyat pribumi yang kebanyakan merupakan umat Islam tidak diam saja dan berpangku tangan. Rakyat pribumi harus berusaha bangkit dari ketertinggalan dan kelak harus bisa mengurus dirinya sendiri.
Untuk menggapai mimpinya tersebut, Kiai Ahmad Dahlan tidak segan-segan mendatangi para misionaris untuk berdiskusi.
Terinspirasi Romo Van Lith
Salah satu yang tercatat dalam kronik sejarah, K.H. Ahmad Dahlan pernah mendatangi Kolese Xaverius (saat ini SMA Pangudi Luhur Van Lith di Muntilan, Magelang) untuk menemui Romo Van Lith. Di sana beliau bertukar gagasan dengan Romo Van Lith mengenai bentuk pendidikan yang ideal bagi rakyat pribumi.
Dari perjalanan ke Muntilan inilah Kiai Ahmad Dahlan mendapat inspirasi mengubah nama sekolahnya menjadi Kweekschool Islam, agar sekolahnya dipandang setara dengan sekolah-sekolah Belanda.
Kelak nama ini berganti lagi menjadi Kweekschool Muhammadijah. Sepeninggal Kiai Ahmad Dahlan, sekolah ini kembali beralih nama menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah. Nama terakhir ini masih dipergunakan sampai sekarang.
Melalui sekolah tersebut, Kiai Ahmad Dahlan menyisipkan pemikiran modernnya. Beliau mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan sekaligus ilmu-ilmu umum kepada murid-muridnya. Nyata jika sekolah Muhammadiyah ini berbeda dari pondok pesantren tradisional yang jamak dijumpai ketika itu.
Pendidikan Sekuler ala Barat
Tentu saja ide ini bukannya tanpa pertentangan. Kiai Ahmad Dahlan dituduh sesat karena mengajarkan pendidikan sekuler ala Barat. Murid-muridnya yang belajar dengan fasilitas meja dan kursi juga tak luput dari tudingan menyerupai orang-orang kafir. Namun demikian, Kiai Ahmad Dahlan tetap bertekun dengan pilihannya membesarkan Muhammadiyah.
Kelak di kemudian hari, kitalah yang mengetahui kalau karya Kiai Ahmad Dahlan memang membuahkan hasil. Muhammadiyah berhasil tumbuh besar dan dikenal khalayak sebagai organisasi Islam yang memiliki lembaga-lembaga pendidikan yang berkualitas mumpuni.
Rumah Sakit (RS) Katolik dan Kristen pun kini memiliki partner untuk menjalankan misi sosial di bidang kesehatan. Mimpi sang pendiri Muhammadiyah telah terwujud dengan eksistensi ratusan RS PKU Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Muhammadiyah telah berjasa membuat umat Islam mengejar ketertinggalannya tanpa perlu memusuhi keberadaan umat Katolik dan Kristen.
Sebaliknya, hari ini justru RS-RS Katolik, Kristen, dan PKU Muhammadiyah saling bekerja sama. RS-RS swasta ini sekarang menjadi garda depan untuk menangani pasien Covid-19 yang jumlahnya belum tampak mengalami penurunan signifikan di Indonesia.
Dengan segala pengabdian dan karya sosial telah dilaksanakan oleh Muhammadiyah selama 108 tahun ini, sepertinya kita layak mengucapkan Selamat #Milad108 dan #TerimaKasihMuhammadiyah.
Semoga sebagai sesama anak-anak bangsa Indonesia kita dapat senantiasa berlomba-lomba di dalam kebaikan.***
Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha
Luar biasa pemikiran 2 tokoh agama yang melahirkan pendidikan bagi masyarakat Indonesia…..
Lewat akun Facebooknya, cucu Kyai Ahmad Dahlan yakni Diah Purnamasari Zuhair membantah narasi pada foto yang dibagikan akun @tajdidku itu adalah foto Romo Van Lith bersanding dengan Kyai Ahmad Dahlan muda
“Narasi pada foto dalam postingan yang saya capture ini adalah HOAX…Pastor yang di sebelah kiri mungkin Romo Van Lith (sumber Kemendikbud), tetapi laki-laki yang di sebelahnya BUKAN kakek saya (KHA Dahlan). Tentang komunikasi antara Van Lith dan KHA Dahlan memang pernah ada. Saling mengunjungi, juga mungkin. Tapi tidak lama. Mungkin sekitar periode 1917-1918, ketika internaat (asrama perempuan) dan kweekschool Muhammadiyah mulai didirikan. Dan tentu saja study banding ke seminari dalam rangka mempelajari manajemen sekolah asrama, dengan berceramah di gereja sebagaimana trend kekinian itu kadarnya berbeda…,” tulisnya.
..Info di bawah memang ada beberapa yang benar, tapi foto/gambar yang dipakai TIDAK BENAR…Saya tidak menolak fakta bahwa hubungan baik Romo Van Lith dan kakek saya kemudian menghasilkan Madrasah Muallimin Muhammadiyah. Tapi sayangnya foto yang dijadikan seolah-olah bukti adalah BUKAN foto yang benar! Itu BUKAN foto mereka! Terlalu terburu2 jika menyimpulkan laki-laki yang di sebelahnya adalah KHA Dahlan. KHA Dahlan itu posturnya mungil, tidak tinggi besar setinggi Romo yang orang Belanda. Jadi mohon kepada yang sudah share postingan2 ini baik di FB maupun WA, untuk segera diturunkan, atau penulis awal mohon untuk memperbaiki narasinya jika keberatan untuk menurunkan tulisannya. Karena saya tidak akan tinggal diam. Point yang paling penting adalah: Kyai TIDAK PERNAH berkunjung ke gereja (rumah ibadah). Kalau berkunjung ke seminari (bangunan sekolah dan asrama), mungkin, karena Romo kan tinggal di sana,” jelasnya.
https://jogja.suara.com/read/2021/05/06/134929/kisah-kyai-ahmad-dahlan-kunjungi-gereja-menginspirasi-sekolah-muhammadiyah
Tulisan yang bagus dan menginspirasi. Agama sejatinya diturunkan Tuhan untuk memuliakan manusia. jika boleh berkomentar, apakah agama itu? Agama adalah akhlak yang baik.