Tahun ini, tepat pada 18 November 2020, VIVAT Internasional genap berusia 20 tahun. VIVAT Internasional adalah LSM Internasional berstatus konsultatif pada Dewan Sosial Ekonomi (ECOSOC) dan berasosiasi dengan Departemen Komunikasi Publik (DGC) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
VIVAT Internasional didirikan oleh kedua Pimpinan Dewan General Serikat Sabda Allah (SVD) dan Pimpinan Kongregasi Suster-suster Abdi Roh Kudus (SSpS), pada 18 November 2000, sebagai sebuah LSM untuk mewujud nyatakan komitmen pada isu kemanusiaan.
Dalam rangka mensyukuri perjalanan 20 tahun tersebut, VIVAT Indonesia yang merupakan salah satu cabang dari VIVAT Internasional mengadakan pelbagai kegiatan yang melibatkan semua anggota VIVAT baik dalam Webinar maupun Misa Syukur HUT VIVAT.
Dalam sambutan Sr. Geno Amaral SSpS (Direktur VIVAT Indonesia) pada webinar menjelang 20 tahun VIVAT Internasional yang dilaksanakan pada 9 November 2020, menegaskan bahwa sesungguhnya kegiatan menjelang HUT VIVAT Internasional yang ke-20 sudah dimulai sejak awal tahun 2020; setiap JPIC/JPR Indo-Leste sudah melakukan berbagai kegiatan di wilayah masing-masing untuk para anggotanya juga warga setempat.
Webinar yang kita lakukan hari ini sebagai salah satu bentuk untuk menangkap memori, merumuskan strategi dan mengimplementasikan misi perjuangan VIVAT-JPIC/JPR yang tidak saja menyuarakan suara kaum tertindas, tetapi lebih dari itu, memberdayakan kaum rentan dan tak berdaya untuk berani menyuarakan aspirasi dan hak-haknya bagi kaum tak bersuara (empower the voiceles to voice their voice or rights).
Selanjutnya Sr. Geno juga mengatakan bahwa, seminar yang terjadi hari ini, bukan dalam artian untuk membahas suatu topik tertentu untuk mencari solusi terhadap permasalahan dengan cara interaksi tanya-jawab. Tetapi, seminar yang dimaksudkan adalah lebih merupakan sharing karya para anggota VIVAT. Maka tema umum yang diangkat adalah VIVAT-JPIC/JPR Berjejaring Menyuarakan Kaum Tak Bersuara dari Akar Rumput, Nasional dan Internasioanal.
“Dari tema ini akan dibagi dalam 6 sub-tema yang menarik yakni: isu perempuan dan anak, isu lingkungan hidup, isu masyarakat adat, pendampingan keluarga rentan/menenggah, pendampingan buruh migrant dan keluarga migrant serta pentingnya berjejaring dan harapan misi VIVAT ke depan”.
Komitmen untuk JPIC Butuh Kreativitas dan Inisiatif Baru
Pada 9 November 2020, jelang hari ulang tahun ke-20 Vivat Indonesia menggelar webinar, dihadiri oleh Pater Paul Budi Kleden SVD (Superior Jenderal SVD dan Wakil Presiden VIVAT Internasional).
Pada webinar itu, Pater Budi menjelaskan tujuan terbentuk LSM VIVAT Internasional. Pertama, untuk memfasilitasi anggota VIVAT sebagai serikat religius terhadap kebutuhan aktual, terutama dalam kaitan dengan upaya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang berdampak pada kelompok-kelompok dampingan kita.
Kedua, kehadiran LSM ini di PBB sejatinya dapat memberikan informasi yang lebih baik tentang kekuatan-kekuatan mana yang sepatutnya kita dukung dan yang mana yang mesti lawan kalau kita hendak berkontribusi bagi transformasi masyarakat. Ketiga, supaya kita (anggota VIVAT) dapat berkontribusi dalam diskusi-diskusi antara LSM-LSM yang ada di PBB.
Selanjutnya Pater Budi mengatakan, pada usia yang ke 20 ini VIVAT Internasional beranggotakan 12 kongregasi yang terdiri dari para bruder, suster dan imam lebih dari 25.000 orang dan bekerja pada 120 negara bersama mitra awam dan LSM. Keanggotaan VIVAT terbagi dalam 3 kelompok yakni: anggota pendiri, anggota tetap, anggota yang terasosiasi.
Selain itu, katanya, untuk lebih cepat dan efektif menanggapi persoalan-persoalan konkret di negara-negara, sejak 2010 mulai terbentuk cabang-cabang nasional. Sampai sekarang sudah ada 7 cabang nasional. Cabang nasional Indonesia adalah yang pertama dan salah satu dari yang sangat aktif.
Beberapa Tantangan ke Depan
Dalam sambutanya, Pater Budi juga menyampaikan beberapa tantangan fundamental yang memerlukan kreativitas ekstra dari VIVAT Internasional. Pertama, soal pluralitas kongregasi-kongregasi yang menjadi anggota. Selain tantangan keberagaman spiritualitas kongregasi-kongregasi anggota VIVAT juga adalah sebuah kekayaan, yang dapat memperat kerjasama kita apabila kita menciptakan forum untuk memperkenalkan spiritualitas tersebut.
JPIC bukan sekadar sebuah medan pelayanan, tetapi merupakan gaya hidup, yang berakar pada spiritualitas kongregasi-kongregasi kita. Sebab itu, kerjasama kita dapat semakin kuat, apabila kita dapat saling berbagi bagaimana komitmen ini lahir dari akar spiritulialitas kita.
Yang kedua, soal pemahaman dan keyakinan akan perlunya advokasi. Dukungan para anggota di basis terhadap VIVAT amat ditentukan oleh pemahaman dan keyakinan akan perlunya kerja advokasi di PBB. Salah satu pintu masuk yang penting adalah selama masa formasi dasar para calon dan para anggota muda kita. JPIC, termasuk VIVAT perlu menjadi bagian dari formasi dasar kita.
Hal ketiga, informasi dan komunikasi. VIVAT adalah wadah yang menghubungkan akar rumput dan pusat-pusat pengambilan keputusan internasional. Untuk itu, informasi dan komunikasi adalah hal sentral.
Harapan dan Komitmen untuk Masa Depan VIVAT
Pater Paul Budi Kleden SVD menegaskan VIVAT yang artinya hidup, semoga dia hidup (manusia dan ciptaan lainnya hidup) harus ditandai oleh hukum dasar kehidupan, yaitu berubah, tentu bukan supaya ada perubahan, tetapi supaya lebih tanggap terhadap situasi, lebih kontekstual dalam merealisasikan visinya.
Budi Kleden menjelaskan bahwa dalam rangka aggiornamento ini maka tahun lalu, 2019, VIVAT membuat sebuah evaluasi yang menyeluruh dengan melibatkan banyak pihak. Banyak usulan lahir dari evaluasi tersebut. Untuk menindaklanjuti usulan-usulan tersebut, VIVAT Board of Directors membentuk beberapa Komsi Ad Hoc yang diharapkan memberikan masukan konkret kepada Board agar diputuskan.
“Sekali lagi, harapan kita adalah supaya dengan ini VIVAT sungguh menjadi lebih hidup demi memperjuangkan hidup terutama bagi kaum yang terpinggirkan dan keberlangsungan lingkungan hidup. Harapan saya, agar keterbukaan seperti ini ada pada VIVAT Indo-Leste,” ujar Budi Kleden SVD.
Menyuarakan Kaum Tak Bersuara
Sementara itu, dalam homili Misa syukur HUT ke 20 pada tanggal 18 November 2020, Pater Paul Rahmat (Executive Co-Director VIVAT New York) menyatakan, seperti rasul Paulus dalam (Kis 17:32), anggota VIVAT memberi kesaksian tentang Allah yang hidup di arena atau panggung areogpugus modern. Seperti apa dan di mana kita menjumpai areopagus modern itu?
“Areopagus modern adalah “ruang-ruang publik” di mana kita hadir dan menyuarakan keprihatinan kaum yang tidak bersuara, para korban ketidak-adilan, yang menderita dan tertindas akibat kebijakan-kebijakan sosial, ekonomi, politik dan budaya yang melenggengkan kekuasaan dan kekerasan; areopgaus modern itu bisa saja: balai Pertemuan musyawarah desa, gedung-gedung DPR di daerah-daerah atau Gedung senayan di Jakarta, ataupun ruang-ruang sidang umum di Perserikatan Bangsa-bangsa,” ujar Paul Rahmat SVD.
Menurut Pater Paul areopagus pada zaman modern adalah media sosial dan teknologi digital. Di ruang-ruang publik seperti itulah, Anggota VIVAT hadir dan memberi kesaksian tentang Allah yang tidak dikenal atau tidak dihiraukan oleh kaum elite politik dan ekonomi.
“Wajah Allah yang tidak dikenal pada zaman modern ini tampak pada wajah para pengungsi, orang-orang yang lapar, tuna wisma, petani, nelayan sederhana, perempuan, kaum difabel, yang terpasung, LGBT yang sering mengalami penolakan dan penyiksaan, buruh migran, masyarakat adat, korban human traffikcing, tanah, air, udara yang tercemar, hutan dan alam yang rusak,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kesaksian di ruang publik hanyalah satu sisi dari koin yang sama. Sisi yang lain dari mata uang adalah kehadiran dan keterlibatan dalam realitas kehidupan. Ambil bagian dalam duka dan kecemasan orang-orang yang jatuh ke dalam tangan-tangan penyamun modern yang merampas hak hidup, kebebasan dan martabat orang-orang kecil dan miskin.
Kisah tentang Orang Samaria yang murah hati (Luk 10: 25-37) memberi inspirasi dan pandangan yang segar tentang hal ini. Tentu saja, ada banyak pesan kehidupan dari kisah tentang orang Samaria baik hati ini.
“Saya cuma menggarisbawahi satu hal ini. Kehadiran dan keterlibatan kita sebagai anggota VIVAT dalam realitas. Kita dituntut untuk hadir dan terlibat dalam kehidupan yang nyata, dalam situasi keprihatinan dan kecemasan, duka dan penderitaan orang-orang yang jatuh ke dalam tangan penyamun dan perampok modern; rela berkorban – entah waktu, agenda bisnis dan kepentingan pribadi, materi dan bahkan kehormatan pribadi dan harga diri. Berani ambil resiko atas keselamatan pribadi demi kebaikan orang-orang yang perlu dibela hak dan martabatnya,” ujar Pater Paul lagi.
Pater Paul menekankan kembali kepada anggota JPIC-VIVAT agar dapat mengambil role model sebagai orang Samaria yang murah hati dan rasul Paulus. Kita dipanggil menjadi seorang Samaria yang baik hati, peduli dan responsif pada kebutuhan para korban ketidak-adilan; sekaligus berani mewartakan Allah yang tidak dikenal, seperti Paulus, pada ruang-ruang publik di Areopagus modern. Menyuarakan suara kaum tak bersuara baik di akar rumput maupun di forum internasional.
Laporan Sr. Geno Amaral SSpS, Direktur Vivat Indonesia
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.