Selain Merelakan Kehilangan ‘Mimpi-mimpi’, Apa yang Membuatmu Bertahan saat Pandemi?

Saat pandemi, banyak mimpi sirna, lalu apa yang membuat kita tetap bertahan?

Saya yakin di masa pandemi ini banyak mimpi-mimpi kita yang hilang, atau setidaknya kita bertahan entah sampai kapan mimpi itu dapat diwujudkan. Apakah alasan mendasar hingga membuat kita bertahan? Nilai apa yang kita perjuangkan?

Biasanya saya pergi ke sebuah sekolah dasar untuk membantu mengajar di sana, mendampingi anak-anak mengerjakan tugas-tugas mereka. Saya selalu menantikan saat-saat ini sebab saya sangat mencintai anak-anak. Akan tetapi, sejak pandemi dan diberlakukan lockdown, saya tidak dapat lagi pergi ke sekolah dan harus bertahan di rumah.

Semestinya di bulan-bulan ini ada banyak pertemuan yang akan saya ikuti. Baik itu pertemuan untuk belajar bahasa Jerman atau pembelajaran lainnya. Akan tetapi, mendadak semua rencana itu dibatalkan dan hanya sebagian saja yang tetap dilakukan, itu pun secara virtual.

Idealnya kami merayakan Ekaristi di gereja bersama dengan umat lainnya. Bagi umat Kristiani, Ekaristi merupakan puncak perayaan iman. Sangat penting untuk hadir secara fisik dalam Ekaristi dan menerima Tubuh Kristus secara langsung. Akan tetapi, lagi-lagi di masa pandemi ini banyak gereja harus membatalkan kegiatan umat. Perayaan Ekaristi dilakukan imam dan disiarkan secara online untuk dapat disaksikan umat tanpa dapat menerima Tubuh Kristus.

Itulah contoh-contoh yang saya alami sebagai konsekuensi dari adanya pandemi ini. Mimpi-mimpi saya mungkin tertunda, atau mungkin juga akan hilang. Dan saya yakin, selain saya ada jutaan orang yang juga kehilangan mimpinya.

Kecewa dan sedih, itu normal. Manusiawi malahan. Apakah kegiatan-kegiatan tersebut tidak penting, sehingga harus dibatalkan? Sangat penting. Tapi apa yang membuat saya merelakan menunda atau kehilangan mimpi-mimpi saya? Jawabannya adalah HIDUP. Ya hidup manusia memiliki nilai lebih tinggi, yang harus diperjuangkan.

Kalau saya rela melakukan “puasa” dari banyak kegiatan yang ingin saya lakukan, semata-mata demi kehidupan kita bersama. Bukan hanya hidup saya, hidupmu dan hidupnya. Ini soal hidup kita, kita bersama yang hidup di bumi yang sama.

Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun ini, berapa juta orang telah meninggal dunia? Kita telah kehilangan jutaan nyawa. Tidak ada seorang pun dari kita ingin kehilangan kehidupan (kalau kita punya pikiran sehat tentunya). Marilah kita mencintai kehidupan sebagai karunia.

Maka bukan soal besar kalau saat ini kita menunda atau kehilangan mimpi-mimpi kita, karena kita semua sedang berjuang untuk HIDUP. Inilah nilai luhur untuk segenap manusia yang hidup di bumi.*

Sr. Bene Xavier, tinggal di Vienna

Biarawati Suster-suster Misi dari Sang Penebus Maha Kudus (MSsR), tinggal di Wina, Austria.

OpiniPandemi Covid-19
Comments (0)
Add Comment