Katolikana.com – Di tengah kondisi Myanmar yang terus bergolak akibat kudeta militer, aksi heroik seorang suster Katolik menjadi sorotan dunia. Sang suster viral karena aksinya berlutut di hadapan polisi yang tengah menghadapi gelombang demonstrasi di Myitkyina, Negara Bagian Kachin, Myanmar.
Ia adalah Suster Ann Rose Nu Tawng, seorang suster dari Kongregasi Suster-suster Santo Fransiskus Xaverius (SFX). Suster Ann melakukan aksi tersebut untuk melindungi para demonstran muda yang mencari perlindungan di klinik gereja tempat ia bekerja. Kepada bbc.co.uk, ia menceritakan pengalaman mencekam yang dialaminya pada Senin (8/3).
Suster Ann mengawali kisahnya dengan menceritakan mengapa banyak anak-anak yang berlindung di tempatnya. Ia menyebut anak-anak tersebut terpaksa meminta perlindungan di klinik gereja yang dikelola susteran karena mereka dikepung polisi dari segala penjuru. Sementara itu, polisi terus-menerus menembaki warga sipil tanpa henti.
“Orang-orang ketakutan dan berlarian dengan panik. Polisi terus melepaskan tembakan,” kata Suster Ann.
Merasa putus asa menghadapi situasi tersebut, Suster Ann memberanikan diri mengambil tindakan yang lantas membuat namanya viral seantero jagat. Ia berlutut di depan polisi dan memohon mereka agar tidak menembaki warga sipil lagi.
“Saya lari ke depan barisan polisi yang tengah bersiap melakukan tembakan. Lalu saya berlutut. Polisi juga ikut berlutut,” tuturnya runtut.
Aparat polisi mencoba membujuk Suster Ann untuk menyingkir dengan menjelaskan jika kedatangan mereka hanyalah untuk menjalankan tugas. Sehingga mereka memaksa harus masuk ke dalam klinik sang biarawati.
Namun, biarawati ini berkeras menolak. “Jangan lakukan itu. Orang-orang sudah ketakutan dan sangat menderita,” tegas sang suster kepada aparat yang dihadapinya.
Suster pemberani ini menambahkan, “Saya memohon kepada mereka agar tidak melakukan kekerasan. Mereka berkata bahwa mereka menghargai itu (permohonan saya) tetapi mereka harus menjalankan tugas.”
Jawaban sang polisi makin membulatkan tekad sang suster untuk mengorbankan diri demi anak-anak yang berlindung di kliniknya. Dia mengatakan, “Jika anda harus membunuh, tolong bunuh saya. Saya bisa memberikan nyawa saya.”
Ajaibnya, setelah Suster Ann berucap demikian, para polisi benar-benar memilih beranjak pergi. Akan tetapi, kengerian belum berakhir.
Setelah para polisi pergi, situasi di luar gereja masih mencekam. Sementara di dalam gereja, Suster Ann menceritakan anak-anak merasa kelaparan, kehausan, dan ketakutan. Mereka tidak berani pulang ke rumah.
Bahkan, dari penuturan Suster Ann, sesudah itu sempat terdengar suara tembakan dari arah samping gereja disertai kepulan asap tebal. Semua orang sontak ketakutan dan keluar dari gereja. Saat itulah, mereka baru menyadari bahwa polisi baru saja melepaskan tembakan gas air mata. Ia mendeskripsikan, “Kami semua terkena tembakan gas air mata, merasa pening, terbatuk-batuk, dan mata kami terbakar.”
Di tengah situasi yang kacau, sang suster melihat seorang korban dengan kepala meledak dan darah menggenang. “Saya ingin membawa orang yang terluka itu, tetapi saya tidak bisa melakukannya sendirian. Jadi saya berteriak meminta tolong.
Dengan dibantu sejumlah orang, Suster Ann berhasil membawa tubuh korban tersebut ke gereja. “Itu seperti kiamat. Kami merasa begitu sengsara,” kenang Suster Ann dengan getir.
Ini bukanlah aksi pertama Suster Ann yang menjadi buah bibir dunia. Pada 28 Februari, Suster Ann pernah melakukan aksi serupa. Saat itu, ia juga berlutut di depan polisi dan memohon supaya aparat tidak melakukan kekerasan terhadap demonstran dan warga sipil.
Sedangkan gelombang demonstrasi di Myanmar telah berlangsung selama hampir 1,5 bulan. Aksi protes mulai merebak di seantero Myanmar setelah junta militer melakukan kudeta pada tanggal 1 Februari. Di media sosial Twitter, kabar tentang demonstrasi ini dapat dipantau menggunakan tagar #WhatHappeningInMyanmar.
Editor: Basilius Triharyanto
Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha