Katolikana.com–Radio Katolikana adalah radio streaming Katolik yang mengudara secara resmi sejak 27 September 2020, setelah melakukan siaran percobaan sejak 21 April 2020. Radio Katolikana mengudara dengan siaran reguler setiap hari pukul 16.00 – 24.00 WIB, sementara siaran pukul 06.00-16.00 diisi dengan siaran AutoDJ (memutar lagu saja).
Radio Katolikana memiliki empat pilar utama: edukasi, inspirasi, informasi, dan hiburan. Edukasi, inspirasi, dan informasi yang disiarkan berkaitan dengan nilai-nilai dan spiritualitas katolik yang bersentuhan dengan kehidupan sosial umat. Hiburan yang disajikan mencakup lagu dan musik pilihan, termasuk lagu rohani.
Tanggal 21 April 2021 lalu, Radio Katolikana merayakan ulang tahun pertama. Tanggal itu tepatnya tanggal pembuatan grup WhatsApp Radio Katolikana.
Bagaimana hari-hari perjalanan Radio Katolikana selama satu tahun ini? Simak perbincangan Katolikana dengan Katomin Kartodimejo, inisiator Radio Katolikana.
Fakta bahwa pendengar radio saat ini makin jarang. Kenapa kok malah bikin radio?
Betul, memang satu fakta bahwa jumlah pendengar radio konvensional saat ini menurun. Aktivitas mendengarkan radio melalui pesawat radio, mungkin makin jarang. Radio transistor yang dulu ada di hampir setiap rumah, kini jadi barang jadul.
Tapi saya masih meyakini bahwa minat orang mendengarkan konten audio, terutama musik, tidak berkurang tapi justru meningkat.
Atensi orang untuk mengkonsumsi audio masih tetap ada, bahkan terus meningkat. Lihat saja, bagaimana Spotify, Joox, atau musik di Youtube begitu diminati. Termasuk, kehadiran siniar atau podcast yang luar biasa.
Karena itu, pilihan kami jatuh kepada siaran radio streaming yang bisa diakses via web dan aplikasi, secara real time.
Kedua, dari sisi pengelolaan lebih simpel dan biayanya terjangkau. Radio Katolikana tak memerlukan studio khusus untuk siaran karena aktivitas siaran dilakukan di ruangan, kamar, atau rumah masing-masing. Perangkat siar kami adalah laptop, mikrofon, dan headphone yang dimiliki masing-masing penyiar. Jadi cukup simpel.
Meski demikian, siaran dari rumah tentu bukannya tanpa tantangan atau kendala. Sesekali ada gangguan suara-suara dari lingkungan sekitar: kendaraan lewat, pedagang makanan, suara penghuni rumah. Tapi di situlah seninya.
Yang paling ‘ngeri-ngeri sedap’ dan bikin deg-degam penyiar tentu kendala teknis terutama koneksi Internet yang tidak stabil atau laptop yang tiba-tiba ngadat dan siaran tidak smooth. Akibatnya, siaran terputus atau terganggu. Hal ini bisa diatasi dengan sistem back-up yang simpel dan cepat.
Baca juga: Wawancara Khusus dengan Penyiar Radio Katolikana: Radio Katolikana Membuat Otak Saya Tidak Karatan
Kalau sekarang bikin radio, apakah sebelumnya punya pengalaman di radio?
Kebetulan saya pernah bekerja sebagai opisboi di sebuah radio swasta, kurang lebih 10 tahun. Bukan penyiar, sih. Saya tidak bisa siaran, karena suara saya medok. Tapi dikit-dikit saya paham tentang siaran.
Setelah tidak lagi berkarir di radio swasta, jiwa sebagai orang radio ternyata tak pernah mati. Saya dan kawan-kawan sempat membuat radio streaming tahun 2007 menggunakan aplikasi Winamp. Lalu, di tahun 2008 mengenal aplikasi SAM Broadcaster.
Ketika mendirikan portal Katolikana.com tahun 2018, sempat terpikir untuk juga mengembangkan radio online bercorak Katolik. Sempat uji coba siaran, tapi kendalanya rekrutmen. Lalu mati.
Radio Katolikana konon lahir karena Covid-19?
Betul. Bisa dibilang, Radio Katolikana ini adalah anak kandung Covid-19, karena kami muncul di masa dan karena situasi pandemi Covid-19.
Radio Katolikana ini awalnya iseng, sama sekali tidak serius, dan tidak pernah ada rancangan atau proposal atau studi kelayakan.
Ketika itu, awal 2020, ketika Corona datang, saya dan teman-teman lebih banyak di rumah dan depan laptop.
Tanggal 5 April 2020, Katolik Garis Lucu (KGL) menginisiasi kelompok Virtual Choir atau paduan suara online dan mengajak follower KGL yang suka nyanyi untuk bergabung dalam project Virtual Choir KGL.
Di sela-sela menggarap project Virtual Choir, sesekali saya mengaktifkan software siaran dan share link ke WhatsApp Group Virtual Choir KGL. Satu dua teman antusias mendengarkan.
Setelah itu, saya langsung menantang dan mengajak mereka untuk bergabung sebagai penyiar. Syaratnya: punya laptop, punya koneksi internet kencang, kurang kerjaan. Tak ada syarat yang serius sama sekali.
Bagaimana cerita awal proses rekrutmen penyiar Radio Katolikana?
Seingat saya, yang pertama kali gabung ada Mbak Ning dan Mbak Dhy alias Penyiar Magang (PM). Saya langsung ajak dan ajari mereka menginstall SAM Broadcaster, dan setelah itu langsung siaran. Dari situ, kemudian siaran mulai berjalan.
Bulan berikutnya, rekrutmen jalan terus, terutama dari teman-teman WAG Virtual Choir KGL. Saya juga mulai buka untuk umum. Penyiar tambah ramai.
Setelah itu, grup makin ramai bahkan hingga kini anggotanya lebih dari 30 orang. Sebagian besar sebelumnya tidak saling kenal, namun kini menjadi seperti keluarga. Mereka berasal dari berbagai tempat di Jawa, Sumatera, NTT, bahkan beberapa penyiar dari luar negeri.
Dari awalnya iseng, lalu berubah menjadi serius. Bagaimana ceritanya?
Dari awalnya iseng dalam rangka mengisi dan membunuh waktu akibat pandemi pelan-pelan, kami mulai membangun sistem siaran radio. Mulai dengan setiap penyiar akan mengambil slot siaran seminggu sekali dengan durasi dua jam di jadwal regular pukul 16.00-24.00 WIB setiap hari.
Setelah beberapa bulan uji coba, sampailah kemudian kita bertekad dan memberikan diri untuk menyelenggarakan grand launching.
Menjelang grand launching Radio pada 27 September 2020, jadwal siaran pun lengkap terisi. Di acara grand launching, bahkan kami menggelar siaran nonstop selama 56 jam.
Momen ini menandai komitmen Radio Katolikana menjadi radio yang mendekati profesional, sekaligus sebagai tanda bahwa Radio Katolikana bisa tegak berdiri dan berusaha mengelola radio ini secara serius.
Apa tantangan mengelola Radio Katolikana?
Mengusung nama Katolikana membawa beban dan tantangan tersendiri, karena belum punya referensi radio Katolik itu seperti apa. Kebetulan, karena semua yang terlibat adalah umat atau awam, kami tak ingin menjadi radio katolik yang sangat rohani (model altar), tapi kami justru ingin mengusung nilai katolik model pasar.
Acara-acara rohani relatif sedikit, tetapi kami mencoba mengusung spiritualitas Katolik dalam tema-tema sederhana dan sehari-hari.
Program-program yang kami buat sebagian besar program hiburan atau konten yang cenderung ringan, dengan lagu-lagu pop yang bisa dinikmati siapa saja. Kami juga menyasar pendengar umum, tidak hanya orang Katolik, dan ingin menjadi sahabat bagi semua.
Meski demikian, kami tetap berusaha memasukkan konten Katolik dalam bentuk doa-doa: Doa Angelus pada jam 06.00, 12,00, dan 18.00; lalu doa Kerahiman Ilahi pada jam 15.00; juga ada renungan pada pukul 18.00 dan 22.00. Setiap Kamis pukul 21.00 kami mengudarakan Rosario Online. Menjelang dan setelah jam-jam itu, kami putarkan beberapa lagu rohani. Setiap bulan Mei, bulan Maria, dan bulan Oktober, bulan Rosario, kami menggelar Rosario secara online selama satu bulan penuh.
Radio ini bisa dibilang seratus persen komunitas virtual. Bagaimana tantangan dan dinamikanya?
Radio Katolikana memang seratus persen dikelola secara virtual dan menjadi komunitas virtual. Kami belum memiliki kantor atau studio. Semua penyiar siaran dari rumah masing-masing. Komunikasi menggunakan grup WhatsApp dan virtual meeting via Zoom.
Yang menarik, bagaimana komunitas virtual ini bisa hidup dan bertahan. Hampir semua atau sebagian besar belum pernah bertemu atau hanya kenal secara virtual, namun interaksi yang terjalin, seolah telah kenal bertahun-tahun.
Pendekatan kekeluargaan, membangun kesadaran dan rasa memiliki, menjadikan komunitas penyiar ini teruji. Tentu saja proses interaksi menjadi semacam seleksi alam.
Dari rekrutmen terakhir, ada 40-an orang yang mendaftar, namun hanya beberapa yang akhirnya bisa terbang siaran. Beberapa karena kendala teknis, beberapa tidak jelas alasannya, tiba-tiba left.
Bagaimana dari sisi manajemen?
Setelah beberapa bulan uji coba siaran dengan gaya dan program masing-masing, kami mulai memikirkan bagaimana agar komunitas ini menjadi lebih teratur, serius, dan sistematis dalam kerjanya.
Untuk itu dibutuhkan struktur yang lebih rapi, sehingga proses siaran bisa berjalan dengan baik, minimal jadwal siaran tidak ada yang kosong.
Dari situ, teman-teman dengan cara voting memilih beberapa kandidat, dan mayoritas memilih Dhyana sebagai Direktur Eksekutif. Baru kemudian, kelengkapan lain menyusul: Divisi Program, Divisi Marketing Communication, Divisi Teknis, dan lain-lain.
Hingga kini, pengelolaan radio ini masih bersifat non-profit. Teman-teman penyiar Radio Katolikana bekerja secara probono. Sebagai volunteer, mereka menjalankan siaran di sela-sela aktivitas atau pekerjaan utama.*
Baca juga: Wawancara Khusus dengan Penyiar Radio Katolikana: Radio Katolikana Membuat Otak Saya Tidak Karatan
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.