Katolikana.com—Pada tanggal 1 Juni 1945, di hadapan anggota sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), untuk kali pertama Sukarno menawarkan istilah Pancasila sebagai dasar negara.
Rumusan Pancasila Sukarno kemudian mendapat persetujuan dari anggota sidang saat itu. Nilai-nilai yang dirumuskan dalam Pancasila, hingga kini menjadi dasar hidup dan pedoman bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana implementasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
Makna Hari Lahir Pancasila
Dosen Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta Dr. Ignatius Sumarsono, S.H., M.Hum mengatakan peringatan Hari Pancasila secara formal, misalnya dengan upacara, sebetulnya boleh saja.
“Namun, ada yang lebih penting: Pancasila yang secara substansial harus hidup, mengakar, dan dinamis,” ujar Sumarsono Ketika dihubungi Katolikana, Kamis (27/5/ 2021) lalu.
Menurut Sumarsono, sayangnya masih ada beberapa orang yang bingung dalam mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, sikap Pancasilais dapat dilakukan dengan berbagai hal sederhana.
Implementasi Pancasilais
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yehezkiel Obey Yoneda mengatakan, dengan menaati rambu-rambu lalu lintas, sebenarnya itu sudah merupakan bagian kecil dalam implementasi Pancasila.
“Dengan menaati rambu-rambu lalu lintas, itu tandanya kita menghargai hak orang lain. Selain itu, dengan tahu waktu, misalnya tidak memutar musik keras-keras di atas jam 12 malam, menurutku itu bisa jadi contoh sederhana,” kata Obey.
Menurut mahasiswa asal Cilacap angkatan 2018 keikutsertaannya di organisasi kampus yaitu Komunitas Anti Korupsi (Komutasi) merupakan salah satu sumbangsih implementasi jiwa Pancasilais.
“Dengan gabung di komunitas itu, secara tidak langsung aku ingin memberantas korupsi dan menolong hak banyak orang,” tutur Ketua Komutasi periode 2019/2020 ini.
Anggota Paskibraka Kabupaten Cilacap tahun 2015 Elizabeth Anindita Putri memberi contoh berbeda.
“Kalau aku, sering banget kumpul-kumpul dengan teman-teman beda agama. Ketika makan, kami berdoa masing-masing dan menghargai itu,” kata Anin.
Sebagai generasi muda banyak hal kecil yang dapat dilakukan untuk menunjukan sikap Pancasilais. Sikap pancasilais bukanlah konsep rumit yang memiliki penjabaran khusus.
Sumarsono menjelaskan kriteria seorang yang Pancasilais adalah memiliki sense of belonging atau rasa memiliki satu sama lain atau kepedulian terhadap sekitar.
Menurut Sumarsono, masa pandemi ini dapat menjadi momentum yang baik untuk menyalurkan sikap Pancasilais seseorang dengan hidup bersama secara gotong royong.
“Masa pandemi ini dapat menjadi kesempatan yang baik dalam bergotong-royong untuk kehidupan bersama, bukan hanya nyinyir dan menyalahkan pemerintah. Selain itu, dengan tidak menyebarkan berita bohong seputar Corona juga bisa menjadi langkah sederhana,” ujarnya.
Contoh nyata ketika salah satu tetangga terpapar Covid-19, warga pun saling membantu. “Semua ini didasarkan atas dasar kepedulian. Inilah salah satu contoh sikap Pancasilais,” tambahnya.
Memang tidak mudah menanamkan sikap Pancasila. Namun dengan dinamika dan dialektika, mampu membuat nilai-nilai Pancasila masuk dalam kehidupan masyarakat. Apalagi Pancasila juga kerap dinilai sebagai ideologi terbuka.
Sumarsono mengatakan nilai-nilai Pancasila dapat dikatakan sebagai Etika Pancasila. Konteks etika menurutnya lebih tinggi dari pada hukum karena hukum memiliki keterbatasan dan tidak bisa memanage konflik.
“Kalau etika, lebih difokuskan pada win-win solution, di mana yang dikedepankan adalah harmoni, bukan konflik. Sejatinya makna Pancasila adalah memanusiakan manusia. Jadi pendekatan yang ada adalah pendekatan harmoni, menyatukan,” katanya.*
Kontributor: Maria Fransiska Ayu Diva Yulita, Maria Friday Letisia, Maria Aufrida Ardhieawati,
Nicholas Feby Kurniawan (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.