Katolikana.com—Posisi sebagai anak tunggal tak membuat Denice Luisa Rusli menjadi anak manja yang hanya mengandalkan orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Wanita kelahiran Jakarta, 10 Agustus 2000 ini sedang sibuk mengelola bisnis online shop yang menjual produk-produk lokal, yakni tas dan pakaian rajut.
Melalui produk lokal yang ia jual, Denice ingin mengangkat kebanggan masyarakat terhadap tanah air dan ingin menunjukkan bahwa pengrajin lokal juga punya kualitas dan bisa dipertanggungjawabkan.
Hobi naik gunung dan travelling mendorong Denice untuk tetap berbisnis walaupun masih duduk di bangku kuliah. Ia sadar, travelling membutuhkan uang yang banyak.
Denice pernah mengunjungi Labuan Bajo, Bali, Kalimantan, dan hampir semua daerah di Jawa. Namun banyak bucket list yang belum terpenuhi.
Ia ingin mengeksplor Indonesia bagian Timur, sehingga Denice harus mengumpulkan uang sendiri tanpa harus meminta uang orang tuanya.
Denice merupakan sosok berprestasi. Ia pernah mengikuti lomba debat Bahasa Inggris dan selalu mendapatkan ranking di sekolahnya.
Orang tuanya memang tidak pernah memanjakannya. Didikan orang tua memotivasi Denice untuk menjadi anak yang mandiri dan berprestasi hingga sekarang.
“I always work for what I want or what I need. Kenapa gue bisa ranking karena bokap selalu bilang, kalau kamu mau ini kamu harus tunjukan prestasi,” ujar Denice.
Perempuan penyuka martabak dan kopi black Americano ini mulai terjun ke bisnis online shop sejak ia duduk di bangku SMP.
Jatuh bangun pun sudah dirasakan, mulai dari berjualan baju, skincare, hingga makanan sudah pernah ia coba.
Kini Denice tengah menempuh studi di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan. Sebagai anak komunikasi, ia berani membuka online shop karena memang suka berjualan, terbukti ia mulai mencoba membuka online shop sejak SMP.
Kegigihan Denice dan segala proses yang telah ia lalui membawa dirinya dan online shopnya bisa berkembang seperti sekarang ini.
Sebelumnya, ia hanya menjual barang supplier. Namun ketika bisnisnya mulai ramai dan berkembang, ia memutuskan punya brand sendiri dan memproduksi barang sendiri.
Kekhawatiran muncul ketika Denice menyadari bahwa ia tidak mempunyai pengalaman dan background di bidang desain ataupun produksi.
“Amreta itu sebenernya tempat gue berproses. Gue bisa melakukan kesalahan apa aja di situ karena itu punya gue. Jadi tidak ada yang bisa marah. Ini jadi tempat gue belajar sebenarnya,” ungkap Denice.
Kondisi yang paling berat ialah ketika awal pandemi COVID-19 melanda. Dengan segala usaha dan perjuangannya, Denice bisa bangkit dan pendapatannya pun kembali normal.
Ada cerita menarik di balik alasan Denice hingga akhirnya memutuskan untuk berjualan tas local. Ia melihat mahasiswi-mahasiswi di kampusnya selalu memakai tas designer brand dengan harga yang sangat mahal.
“Kenapa tidak ada satu brand tas lokal yang harganya terjangkau tapi gue nggak malu pakainya?” ujar Denice.
Denice pun memutar otak, memikirkan cara untuk membentuk tas yang terlihat mewah, namun tetap dengan harga murah dan terjangkau.
“Nah disitu baru, oh gue jualan tas aja deh karena gue merasa gue butuh, untuk bawa laptop, untuk bawa ini, untuk bawa itu,” ujarnya.
Dari segala perjalanan hidup yang telah ia lalui, Denice mengatakan hal yang terpenting ialah just keep going.
“Gue inget-inget lagi semua apa yang gue lakuin, kepala gue tuh selalu mikir: Den banyak hal yang belum lu liat. Lu belum liat aurora di Kutub Utara. Lu belum berenang sama ini sama itu. Lu belom liat Menara Eiffel. Lu masih belum ngelakuin banyak hal,” ucapnya.
Ketika ia tidak tahu harus melakukan apa dan merasa terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan, jalan satu-satunya hanya terus berjalan saja.
“Kita harus berani untuk memikirkan mimpi terbesar yang kita punya, lalu berusaha dan mencoba, sehingga ketika kemungkinan terburuk datang, seperti kegagalan, kita bisa menghibur diri dengan mengatakan at least gue dah coba. Dari pada harus menyesal seumur hidup dan tidak tahu seberapa besar kemampuan yang kita punya,” pungkasnya. *
Kontributor: Filma Dewi Lukito, Vanessa Salvathea, Maria Grace Evanda, Yudha Setya Nugraha (mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.