Katolikana.com—Indonesia memiliki sedikitnya 30,38 juta warga difabel yang terlibat dalam aneka kegiatan dan pekerjaan, di sektor publik, media, ekonomi, pendidikan. Ada pula yang menganggur. Meski merupakan anugerah dalam kebhinekaan, kaum disabilitas masih terus mengalami diskriminasi, terutama di tengah pandemi.
Hal ini dibahas dalam Live Talkshow yang dipandu oleh Lukas Ispandriarno, Kamis (5/8/2021), dengan tema “Disabilitas adalah Anugerah Kebhinekaan” yang dilengkapi juru bahasa isyarat.
Live Talkshow kali ini menghadirkan narasumber Pendiri dan Ketua SIGAB Indonesia di Yogyakarta Muhammad Joni Yulianto, Seksi Pemberdayaan Perempuan Himpunan Wanita Disabilitas di Yogyakarta Maria Goreti Sri Kusdiyati dan Guru SLB/B “Dena Upakara” di Wonosobo Sr. Agnes Santi Kadaryati, PMY.
Maria Goreti Sri Kusdiyati menjelaskan diskriminasi memang masih ada. Hanya saja dia memilih berorganisasi, menjalin relasi dengan dengan siapa saja.
Sekalipun sebagai penyandang disabilitas, Sri tetap belajar tentang politik dan bergabung sebagai pemantau Pilkada maupun Pemilu, bahkan sering dilibatkan dalam rapat DPR Daerah Istimewa Yogyakarta terutama tentang pembuatan Perda disabilitas.
Dampak Pandemi bagi Kaum Difabel
Dampak pandemi yang paling dirasakan Sri dan komunitasnya secara ekonomi karena banyak kegiatan rutin yang terpaksa dihentikan.
Baginya, perbedaan latar belakang bukan merupakan halangan karena justru perbedaanlah yang menguatkan dan meneguhkan kebersamaan mereka.
“Gereja sangat memperhatikan dan memelihara iman umat berkebutuhan khusus. Bukan hanya menerima sakramen inisiasi tapi diperhatikan secara baik, saling mengunjungi, mengingatkan, dan keluarga juga direngkuh,” jelasnya.
Suster Agnes Santi Kadaryati, PMY mengisahkan pandemi telah mengubah semua situasi yang awalnya riang menjadi sepi. Di masa pandemi, anak-anak sekolah sekaligus penghuni asrama mulai dari PAUD hingga SMA, terpaksa dipulangkan.
Kegiatan belajar-mengajar tetap dilakukan secara daring dan kendala terbesarnya adalah jaringan. Apalagi anak- anak yang tunarungu benar-benar mengandalkan tulisan yang muncul di layar gawai atau laptop. Jika jaringan terkendala maka pesan yang disampaikan menjadi kurang maksimal.
Disabilitas Sebagai Anugerah?
Suster Agnes menekankan bahwa semua manusia terlahir sebagai pribadi yang unik. Semua itu tidak bisa ditolak. Hanya bisa diterima dan disyukuri. Semua manusia tetap bermartabat, dan perbedaan bukan untuk dibeda-bedakan.
Muhammad Joni Yulianto menceritakan pengalamannya sejak teridentifiasi sebagai difabel, pendidikan yang ditempuh, hingga usaha keras yang dilakukannya untuk menjadi sosok yang berdaya dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
Ia mendirikan organisasi Sasana Inklusi & Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia, yang menjadi tempat belajar bagi anak-anak muda difabel.
Dia menjelaskan bahwa dampak paling besar dari pandemi adalah keuangan dan akses terhadap teknologi yang cukup sulit, karena persoalan fisik masing-masing.
Joni setuju bahwa disabilitas adalah suatu anugerah. Karena baginya, jika semua orang berada pada tingkat yang sama, maka tidak ada interaksi antarmanusia karena menusia bisa melakukan segalanya seorang diri.
“Cacat itu hanya kalau kita merendahkan Tuhan karena ciptaanNya. Tapi Tuhan itu maha sempurna, jadi ciptaanya juga sempurna,” lanjut Joni.
Ketiga narasumber memiliki harapan yang hampir sama. Pertama, agar disabilitas tidak lagi didiskriminasi dan mendapatkan kepedulian serta ruang untuk mengembangkan diri. Mereka akan merasa bahagia jika mampu menyumbangkan kreativitas dan potensi yang mereka miliki.
Kedua, agar anak-anak disabilitas tetap sekolah. Dibutuhkan ruang edukasi agar memberikan pemahaman kepada masyarakat dan keluarga karena keluarga adalah lingkungan pertama yang menentukan berdaya atau tidaknya seorang difabel. Dukungan orang tua yang membuat anak-anaknya bertumbuh dengan baik.
Terkait implementasi UU 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, Joni mengakui masih ada kejanggalan antara kebijakan yang dibuat dengan situasi sebenarnya di lapangan. Dua narasumber lain mengakui pelayanan pemerintah sudah sangat baik. **
Perempuan yang gemar membekukan kenangan dalam bentuk tulisan dan gambar. Hobi membaca, dan juga pencinta kucing. Mahasiswa asal NTT, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya