Katolikana.com—Meraih gelar S3 dan mendapatkan beasiswa di luar negeri bagi perempuan merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Dosen Program Studi Akuntansi di Univeritas Lampung Susi Sarumpaet S.E., MBA., Ph.D., Akt berhasil mendapatkan beasiswa S2 dan S3 di Filipina dan Australia.
Awalnya Susi mengaku, bidang Akuntansi yang dia geluti bukan merupakan cita-citanya.
Menurutnya, apa yang yang kita cita-citakan tidak selalu bisa kita dapatkan. Perjalanan hidup itu kadang membawa kita belum tentu ke arah yang kita bayangkan.
“Tetapi saya rasa dengan kita menyukai, mencintai apa yang kita sudah terima, saya yakin kita semua bisa menjalani itu dengan baik,” ujar Susi.
Menurut Susi, hal yang harus dipersiapkan ketika mengajukan beasiswa kuliah S1 hingga S3 di luar negeri yaitu kesiapan dalam berbahasa Inggris dan mencari informasi tentang syarat yang harus dipenuhi untuk menerima beasiswa.
Pengalaman Berkesan
Susi diterima untuk studi S2 di University of the Philippines. Universitas ini banyak menerima mahasiswa internasional. Susi tinggal di sebuah asrama besar bernama International Center yang memuat 150 mahasiswa dari berbagai negara.
“Kadang kami masak bersama, kemudian orang membawa makanannya dari negara masing-masing, dan ada acara-acara internasional lainnya. Kita mengenal budaya dan bahasa orang-orang dari berbagai negara. Mungkin itu pengalaman yang menarik bagi saya untuk tinggal di sana, ” tambah Susi.
Susi suka bertemu dengan orang baru dan melihat tempat baru dengan bahasa dan budaya yang berbeda. Itu yang menjadi salah satu motivasi baginya untuk mencari beasiswa ke luar negeri.
“Pengalaman di luar negeri yang paling berkesan tentunya saat kita melihat sesuatu yang berbeda dengan yang kita punya di Indonesia. Kemudian kita kerap membandingkan. Wah ini bagus nih, bisa diterapkan di saat saya pulang.”
Fasilitas dan Durasi Studi
Susi menjelaskan, fasilitas yang didapatkan bisa berbeda-beda, tergantung pemberi beasiswa. Ada beasiswa yang sangat ‘royal’ uangnya banyak, fasilitasnya banyak. Ada juga beasiswa yang bersifat basic, hanya memberikan kebutuhan-kebutuhan dasar, seperti SPP, biaya hidup, uang buku.
“Untuk fasilitas saya rasa ada yang biasa, ada juga yang mewah. Tergantung beasiswa mana yang kita dapatkan untuk pendidikan,” jelasnya.
“Untuk S2 sebenarnya bisa dilompati. Beberapa perguruan tinggi banyak yang bisa menerima S3 dari S1. Tapi ada juga yang memang harus lewat S2. Nah, S2 ini juga ada yang tidak perlu membuat tesis, ada juga yang perlu membuat tesis,” jelasnya.
Di negara lain seperti di Australia, Inggris dan Amerika, S2 itu banyak yang cuma 1 tahun selesai.
Diskriminasi Perempuan
Terkait dengan isu diskriminasi perempuan, Susi melihat bahwa masalah perempuan kadang dipandang lebih rendah bahkan di negara maju.
“Hanya mungkin derajatnya yang lebih maju. Persamaan hak itu mungkin lebih tinggi, tapi bukan berarti di Indonesia juga tidak buruk saya rasa, karena sudah maju,”ujarnya.
Susi melihat bawa perempuan dan laki-laki di mana-mana tidak terlalu membedakan.
“Di Indonesia masyarakat masih ada beban-beban kepada perempuan walaupun tidak terlalu terbelakang seperti kita lihat negara-negara lain yang lebih mundur emansipasinya dari pada Indonesia,” paparnya.
Bagi Sobat Katolikana, khususnya perempuan yang ingin mencapai cita-cita mendapatkan beasiswa, Susi memberikan pesan tiga hal:
- Bulatkan tekad dan komunikasikan dengan orang yang dekat dengan kita karena mereka pasti membantu.
- Berusaha serius, sekuat tenaga untuk mencapai itu.
- Berdoa karena segala sesuatunya itu sudah diatur oleh Tuhan.
Mahasiswa asal Papua, Jurusan Ilmu Komunikasi Unika Widya Mandala Surabaya.