Menjadikan Spirit dan Pemikiran Romo Mangun Terus Hidup Lewat Film

Sebelum syuting, pemeran Romo Mangun dalam film ‘Sang Manyar: Nyanyian Pinggir Kali’ Ojing J. Raharjo melakukan meditasi. Ia selalu meminta izin kepada Romo Mangun untuk memerankan sosoknya.

Katolikana.com—Sejumlah kisah dalam balutan spirit Romo Mangun dituangkan dalam layar dokumentasi.  Mulai dari kisah perjuangan Rama Mangun di Kali Code, Waduk Kedung Ombo, hingga Grigak.

Romo Mangun sebagai seorang imam diosesan, arsitek, penggagas konsep pendidikan anak, sastrawan, budayawan, memang menaruh perhatian penuh dalam komitmen untuk berpihak kepada masyarakat kecil.

Bagi Romo Mangun, di mana hati diletakkan, di situlah proses belajar dan maju dimulai. Seharusnya spirit Rama Mangun bisa menjadi teladan untuk kaulah muda.

Pemeran Tokoh Rama Mangun Ojing J. Rahardjo dan mantan Ketua Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Agung Semarang Romo Petrus Agung Nugroho Pr membagikan kisah tentang spirit Romo Mangun dalam film pada Live Talkshow Youtube Katolikana, Minggu (5/9/2021).

Karakter Romo Mangun

Romo Agung Nugroho menceritakan karakter Romo Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau yang dikenal dengan panggilan Romo Mangun.

“Romo Mangun itu orangnya tegas. Kalau menghendaki sesuatu, harus sesuai dengan apa yang dia pikirkan. Lalu kalau ada sesuatu yang tidak cocok bagi beliau ya langsung diganti,” ujar Romo Agung.

Namun dalam ketegasannya, Romo Mangun merupakan salah satu orang yang peduli terhadap karyawan yang berlatar belakang orang-orang ‘kecil’.

Selain itu, Romo Mangun punya prinsip unik. Ketika membangun rumah atau tempat tertentu, ia akan membayar tenaga kerja sebesar 70 persen dari total biaya, sementara untuk bahan bangunan dialokasikan sebesar 30 persen. Romo Mangun merasa bahwa tenaga kerja layak untuk mendapatkan sesuatu yang lebih.

“Romo Mangun selalu menggunakan bahan-bahan lokal. Biasanya jadi tidak awet. Tapi bagi beliau, supaya para karyawan bisa memperbaiki dan akhirnya jadi punya kerjaan terus,” jelasnya.

Suatu ketika, Romo Mangun kembali membangkitkan sekolah yang hampir ‘mati’ menjadi bangunan SD Kanisius Mangunan.

Di situ, ia mengembangkan metode-metode pengajaran yang dapat mencerdaskan anak-anak dan fokus pada anak-anak yang kurang mampu.

Romo Petrus Agung Nugroho Pr., mantan Ketua Komisis Sosial Keuskupan Agung Semarang. Foto: Istimewa

Romo Agung mengaku, dalam pemilihan peran tidak menggunakan casting khusus.

“Saya cuma lihat dari profilnya saja dan kesesuaian dengan kriteria yang akan diperankan,” ungkapnya.

Menurut Romo Agung film berjudul ‘Percikan Kemanusiaan Romo Mangun’ yang diproduksinya menonjolkan jiwa kemanusiaan dari Romo Mangun.

“Yang ingin kami angkat itu Romo Mangun mempunyai hati untuk mengangkat martabat manusia,” ujarnya.

Romo Agung mengaku tertarik dengan kepribadian Romo Mangun, di mana seorang pastor mempunyai jiwa untuk menghadirkan keadilan dalam kehidupan manusia.

Romo Mangun bukan  sekadar membela, namun membela orang miskin secara adil. Salah satunya, mencerdaskan anak bangsa terutama mereka yang berkekurangan.

“Kalau kata Romo Mangun, karena orang-orang itu mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan dan pengakuan. Maka dari itu, saya tertarik bagaimana pemikiran-pemikiran Romo Mangun bisa hidup sampai sekarang ini,” imbuhnya.

Tantangan

Tantangan bagi Romo Agung dalam pembuatan film Romo Mangun, pertama anak-anak merupakan tokoh utamanya. Menjaga mood anak-anak bukan hal mudah.

Kedua, pembuatan film ini merupakan pengalaman perdana. “Kami tidak punya alat make up untuk bisa membantu peran mirip dengan tokoh asli,” ujar Romo Agung.

Setiap tantangan justru membuat Romo Agung makin tertarik, sebab antarpribadi dalam tim saling mendukung satu sama lain, sehingga semua bisa saling membantu dalam pengerjaan.

Meminta Restu

Ojing J. Rahardjo merupakan pemeran dalam tokoh Romo Mangun dalam film ‘Sang Manyar: Nyanyian Pinggir Kali’ yang ditulis dan disutradarai oleh Sergius Sutanto.

Ia mengakui, passionnya adalah bermain teater dan sudah belajar peran sejak lama.

Awalnya, Ojing mengetahui tentang Romo Mangun melalui media dan cerita teman-temannya yang mengenal Romo Mangun hingga tahun 90-an. Ojing pun mencoba mengulik sendiri tentang Romo Mangun.

Saat dinyatakan lulus casting, Ojing meminta restu kepada Allah Bapa, Bunda Maria dan Romo Mangun dengan meditasi.

“Saya minta restu, supaya saat saya memerankan karakter ini, tak hanya sekadar acting tapi spiritnya juga bisa saya dapatkan,” ungkapnya.

Ojing J. Raharjo, pemeran Romo Mangun dalam film Sang Manyar: Nyanyian Pinggir Kali. Foto: Istimewa

Ojing mendapatkan pengumuman lulus casting pada H-1 sebelum syuting. Ia pun tidak sempat membaca dialog dari awal hingga akhir dan mempelajari kembali saat berada di lokasi syuting.

“Saya beruntung karena mendapatkan sutradara yang baik, selalu support. Rekan-rekan pemain hampir semua saya kenal karena semuanya orang Jogja. Untungnya kendala-kendala tersebut bisa diatasi dan terlewati karena adanya kerja sama tim yang sangat solid,” jelasnya.

Untuk menjiwai peran untuk karakter tersebut, Ojing mempelajarinya dengan melihat film-film yang berhubungan dengan Romo Mangun.

“Saya membayangkan bagaimana proses beliau dulu ketika jadi Romo Mangun, bagaimana caranya berdialog, cara berjalan, mengajar, dan juga karakter beliau,” tegasnya.

Meditasi

Sebelum syuting Ojing melakukan meditasi. Ia selalu meminta izin kepada Romo Mangun untuk memerankan sosoknya.

“Supaya, saya bukan sebatas memerankan tapi benar-benar ada sosok Romo Mangun dalam diri saya,” jelasnya.

“Ketika memohon restu kepada beliau, saya selalu menangis. Hal itu tidak pernah saya rasakan saat memerankan film-film lain,” imbuhnya.

Bagi Ojong, bermain peran itu bukan hanya sekadar jago acting, tapi hafal dialog dan lokasi syuting aman, nyaman dan bahagia. Hal itulah yang membuat Ojing membuat karakter yang diperankan hidup dan berkesan untuknya.

Dalam memerankan film Romo Mangun, Ojing merasakan dampak yang baik untuk hidupnya.

“Saya belajar menjadi  rendah hati dan lebih menghargai kehidupan dengan memanusiakan manusia,” tandasnya.**

Pribadi yang terus belajar dan berusaha menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Mahasiswa asal Pandaan, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.

Romo Mangun
Comments (0)
Add Comment