Katolikana.com—Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru memberi kesaksian yang berbeda tentang para malaikat pelindung.
Kitab Keluaran (bdk. Kel. 23:20-23a) menggambarkan tentang malaikat pelindung bak kesatria perang.
Atas perintah Allah, “mereka (para malaikat) akan menggempur musuhmu” (bdk. Kel. 23:22b). Keren dan seru, bukan? Kalau dikisahkan kepada anak-anak kecil, pasti akan sangat membakar dan menyenangkan, karena memang sangat dekat dengan imajinasi kita.
Cukup kontras dengan gambaran sebelumnya, Kitab Suci Perjanjian Baru, dalam konteks pembicaraan tentang “siapakah yang terbesar di antara para Murid” (bdk. Mat. 18:1-5.10), menggambarkan malaikat sebagai “sosok-sosok” yang ada di Surga dan selalu memandang wajah Allah yang ada di Surga (bdk. Mat.18:10).
Matius menyodorkan gambaran yang cukup berbeda dari ciri-corak keterlibatan para Malaikat dalam kehidupan manusia. Bukan lagi sebagai kesatria perang, mereka terlibat dengan mendoakan kita.
Malaikat dalam kisah Keluaran dilukiskan seperti petarung sakti: terlibat secara fisik di dalam setiap pertempuran yang dihadapi oleh manusia.
Para malaikat dalam gambaran Matius seakan begitu jauh dan tidak tersentuh. Harus dikatakan, cukup abstrak dan tidak mudah dibayangkan.
Model penggambaran tentang Malaikat yang tidak sama saja dari Keluaran yang merepresentasikan corak konteks perjanjian lama dan Matius yang mewakili ciri-corak dunia Perjanjian Baru kiranya tidak usah membingungkan kita.
Manakah ciri malaikat yang benar dan sesungguhnya? Pertanyaan ini terbilang naif. Bukankah dua-duanya, baik Keluaran maupun Matius, dalam memberikan gambaran tentang corak peran para Malaikat tersebut, tidak mengatakannya dari perspektif manusia yang mengalami kehadiran mereka?
Jika dicermati dengan baik, baik dalam Keluaran maupun Matius, penggambaran tentang Malaikat sama-sama dikatakan oleh Allah sendiri.
Dalam Kitab Keluaran, Allah-lah yang bilang kalau “mereka (para malaikat) akan menggempur musuhmu.”
Demikian juga dalam Matius, Yesuslah yang mengatakan bahwa mereka ada di Surga dan selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di Surga.
Baik orang Israel, maupun para Murid, tak mengatakan apa pun tentang para Malaikat itu. Dari pihak kita, tidak dapat diajukan kesangsian apakah orang Israel yang mungkin keliru, atau sebaliknya, terkait bagaimana para malaikat terlibat dalam kehidupan mereka.
Poinnya bagaimana? Satu-satunya hal yang mau dikatakan bahwa Malaikat itu sungguh-sungguh ada! Tidak dapat tidak. Allah-lah yang telah memberikan kesaksian itu.
Terkait bagaimana mereka terlibat di dalam kehidupan manusia, kita tidak begitu tahu pasti.
Yang jelas kedua kisah dalam bacaan-bacaan suci ini, mengatakan kisahnya sesuai dengan latar dan konteks kehidupan masanya masing-masing.
Tetapi, yang benar ialah para Malaikat itu ada dan mengambil peran dalam perjalanan (hidup) kita.
Nah, kiranya cukup jelas, persoalan kita yang sesungguhnya bukan pada keragu-raguan: manakah peran yang sesungguhnya dilakoni oleh para Malaikat itu dalam kehidupan kita. Sebagai panglima tempur atau pendoa yang saleh? Itu terlalu jauh dan bahkan bukan urusan kita. Itu perkara Allah.
Tantangan yang senyatanya ada sebetulnya, apakah kita sungguh sadar bahwa para Malaikat itu terlibat di dalam perjalanan kita?
Lalu kalau sudah sadar, sejauh mana kita membiarkan mereka menggempur kelemahan-kelemahan kita?
Pada peringatan Malaikat pelindung, mari kita membangun kembali hubungan kita dengannya yang barangkali telah lama retak, dengan memohon rahmat dari Allah sendiri.**
Mahasiswa STF Driyarkara Jakarta, asal Manggarai, Flores. Tertarik pada ulasan-ulasan filsafat; menyukai puisi.
The best
Saya setuju pandangan ini