Felix Kris Alfian: Keluar Seminari Tidak Melulu Karena Cewek

Saya sedang dieram delapan tahun. Saatnya kini saya mengepakkan sayap untuk terbang.

Katolikana.com—Frater keluar karena cewek, ya? Pertanyaan ini sering ditanyakan ketika seorang Frater memutuskan untuk keluar dari seminari.

Tanpa disadari banyak pergumulan yang dilalui seorang Frater ketika hendak membuat keputusan untuk keluar dari seminari seperti pengalaman Felix Kris Alfian.

Felix adalah mantan frater berusia 23 tahun yang beralih menjadi penulis. Salah satunya buku berjudul ‘Frater Keluar Karena Cewek?’

Felix Kris Alfian membagikan cerita dan pengalaman menulis buku ini dalam dalam Live Talkshow #RumahBibi yang dipandu oleh Emmy Kuswandari, Minggu (3/10/2021).

Felix Kris Alfian. Foto: Istimewa

Awal Masuk Seminari

Panggilan saya itu lucu karena saya dulu ikut misdinar, saya tidak tahu misdinar itu apa. Tiba-tiba masuk.

Dalam riuhnya misddinar itu saya ditanya oleh Suster pendamping misdinar: ‘Felix kalau besok kamu lulus SMP mau masuk seminari, ya?’ Yang saya dengar, ‘Felix besok setelah SMP kamu masuk sekolah negeri, ya?’

Dengan lantang saya jawab: ‘Ya, Suster’. Entah bagaimana ceritanya tersebar berita kalau Felix mau masuk seminari.

Ya, sudah. Karena sudah kepentok, saya cari-cari seminari itu apa. Justru dari pengalaman itu saya kenal seminari, hingga akhirnya saya tertarik untuk masuk.

Alasan Keluar Seminari

Ini pergulatan saya terkait personalitas panggilan. Menjadi orang baik, mengabdi kepada Tuhan, melayani sesama dan seterusnya. Hal-hal baik menjadi tujuan hidup, lalu kita pilih jadi imam atau jadi awam?

Saya merasa menjalankan visi hidup untuk menjadi orang baik dengan sarana imamat kok kurang mendalam.

Lalu dilanjutkan juga dengan pergulatan lain. Saya pribadi memang belum punya pacar. Tapi masuk dalam kesendirian itu kadang merasa sepi. Kemudian, hidup dalam asrama seterusnya itu kadang kenapa ya, bahagiaku itu kurang penuh.

Lalu dari sisi ketaatan, saya olah betul. Kemudian akhirnya saya jalan. Saya mungkin lebih bisa mengepakkan sayap saya di dunia luar, dan saya merasa hidup. Yang pertama, dialog dengan Tuhan. Artinya, Tuhan Engkau punya kehendak apa sih dengan diriku?

Reaksi Orangtua

Kebetulan ketika saya ngobrol pertama kali, ketika saya ingin keluar bertepatan dengan kakak saya resign. Waktu pandemi banyak PHK. Kakak saya resign, nenek saya juga kebetulan sakit keras hingga akhirnya meninggal.

Tiga peristiwa besar dalam keluarga saya yang akhirnya saya merasa bersalah. Aduh, ditambah saya keluar. Itu yang membuat berat untuk keluarga.

Pada dasarnya saya masuk seminari keluarga tidak memaksa menyuruh masuk dan keluar pun welcome. Artinya, silakan keluar, kamu tetap anakku, kok. Kamu tetap bagian dari keluarga ini. Jadi, walau pun berbarengan dengan dua peristiwa besar, tapi keluarga tetap welcome, tidak kecewa.

Mungkin menangis di belakang saya, iya. Tapi welcome keputusanmu saya hargai, katakanlah begitu. Itu yang menyemangati saya.

Alasan Menulis Buku

Ini perlu digarisbawahi: fokus saya bukan menentang promosi panggilan. Saya juga tidak menjelekkan biarawan.

Saya tidak menjelekkan seminari. Saya pernah berada di seminari. Melalui seminari saya sungguh menemukan diri sebelum menemukan bahwa jalan menjadi awam menjadi jalan saya.

Setidaknya saya lebih dimurnikan. Sebagaimana bayangan seperti burung: saya sedang dieram delapan tahun. Saatnya kini saya mengepakkan sayap untuk terbang.

Justru yang ingin saya katakan: keluar dari seminari bukan karena cewek, tetapi karena proses pemurnian yang panjang, terutama perjumpaan dengan Tuhan yang lebih penting dan juga mengenal gerak batin.

Sobat Katolikana tertarik untuk membeli buku ini? Hubungi Felix di Instagram @_wargasekitar

Mahasiswa asal Papua, Jurusan Ilmu Komunikasi Unika Widya Mandala Surabaya.

bukuFraterSeminari
Comments (0)
Add Comment