Katolikana.com—Kegiatan membaca kerap dianggap tak menarik. Hal ini karena selalu berhubungan dengan topik-topik khusus.
“Orang di luar duta bahasa, kalau membaca dengan topik-topik khusus kurang menarik. Jika membaca buku seperti ensiklopedia bergambar maupun dengan video, orang akan tertarik membaca,” ungkap Pemenang 1 Duta Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta Josse Darwanto Armando, Minggu (24/10/2021).
Kebanyakan orang tertarik membaca ketika pembacaan dikemas secara menarik. Penyajian dan pengemasan informasi menjadi hal yang perlu diperhatikan. Di era digital ini kebanyakan media melakukan hal itu. Media mulai menerapkan prinsip multimedia.
Minat membaca tak hanya terpaku pada topik-topik khusus, membaca komik maupun novel secara digital sebenarnya juga bentuk dari minat membaca.
Menurut Josse, sebenarnya kegiatan membaca komik digital atau novel digital bukanlah masalah.
“Membaca apa pun tak masalah, asalkan di sana dapat memberikan pengetahuan. Namun jika dilihat komik dan novel mampu mengemas topik pembacaan menjadi lebih menarik,” ujar Josse.
Era Digital dan Hoaks
Era digital berdampak positif di mana informasi disajikan secara menarik. Di sisi lain, era digital juga memberikan dampak negatif, salah satunya hoaks.
Keadaan tersebut merugikan didukung dengan minat membaca yang kurang, khususnya membaca koran.
“Sekarang membaca koran sudah malas. Padahal koran itu berita yang sudah terverifikasi. Artinya, validasi sudah tidak diragukan. Sayangnya, sekarang ada koran digital yang mudah dibelokkan karena gampang banget,” ungkap Josse.
Menurut Josse, hoaks dapat dicegah dengan menumbuhkan minat membaca, terlebih membaca secara kritis.
“Kalau kita membaca berita secara kritis, kita banyak membaca lalu kita mengunjungi situs atau laman-laman yang sudah terverifikasi oleh pemerintah bisa mengurangi berita berita bohong,” ungkap Josse.
Selain membaca secara kritis, hoaks dapat dicegah dengan memberi tahu pada grup WhatsApp untuk membaca dari artikel lain.
Hoaks kerap ditemukan di grup WhatsApp keluarga. Cara lain yang perlu diperhatikan adalah mengontrol jari kita.
“Hati-hati menggunakan Internet, karena jempol kita sangat susah dikendalikan jika bukan kita yang mengendalikan,” ujar Josse.
Minat membaca menjadi hal yang perlu diperhatikan di era digital. Kehadiran Internet membuat makin banyak informasi yang diproduksi maupun dikonsumsi.
Keadaan itu juga mendorong adanya hoaks. “Hoaks dapat kita cegah dan atasi dengan kegiatan dan minat membaca,” ujar Josse.
Misi Duta Bahasa
Sebagai pemenang 1 Duta Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, Josse memiliki tugas pada tingkat nasional yang mengangkat tema Literasi Digital.
“Kebetulan tema duta bahasa nasional adalah literasi digital. Mereka menggunakan aplikasi dan website yang mempermudah menemukan bahan bacaan,” ungkap Josse.
Kemudahan tersebut setidaknya dapat menumbuhkan minat baca, di sisi lain keadaan itu memunculkan hoaks.
“Misi Duta Bahasa DIY juga berusaha menjunjung trigatra bahasa,” ujar Josse.
Trigatra bahasa tak hanya dilakukan oleh pemenang 1 saja, melainkan oleh seluruh finalis Duta Bahasa DIY.
“Sebenarnya namanya duta, kita panutan dari DIY. Ada 30 finalis bertugas, kebetulan saya diberi amanah Juara 1 mewakili gelaran nasional. Bukan berarti aku nomor 1 di Jogja, ada 29 rekan lain yang menjadi finalis bertugas menjaga trigatra bahasa,” ungkapnya.
Misi mereka adalah mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing.
Duta Bahasa tidak hanya fokus pada pembelajaran bidang bahasa, melainkan mereka juga belajar menjadi panutan.
Duta Bahasa juga mempelajari cara penyampaian bahasa, baik melalui, gerak tubuh, wicara publik, cara menjawab pertanyaan juri, dan mengeluarkan potensi mereka. Proses tersebut mereka jalani selama satu bulan.
Josse berpesan kepada generasi muda untuk terus membaca buku dan berhati-hati dalam menggunakan sosial media.
Ia mengajak Sobat Katolikana untuk membaca buku. “Sekarang jendela dunia tapi buku itu dimasukkan dan diunggah ke media internet yang gampang diakses,” ujarnya.
“Berhati hatilah menggunakan itu semua. Karena jempolmu sangat susah dikendalikan. Jika bukan kita yang mengendalikan, maka kendalikan jempolmu. Berhatilah dalam bersosial media. Berhatilah dalam berbahasa,” demikian pesan Josse.**
Kontributor: Joshua Stefanuslee, Benedikta Ave, Yohana Reni, Calvin Jordan (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.