Katolikana.com—Ketika tinggal di Seminari Santo Paulus Palembang tahun 1989-1993, setiap sore setelah bangun dari istirahat siang, saya sering melihat Bruder Odolphus SCJ yang umurnya 60-an tahun sering berjalan bolak-balik di depan kamar.
Saya pun penasaran. Apa yang dilakukan rutin oleh bruder? Olahragakah dia? Semacam jogging, berjalan bolak balik di lorong di lantai dua di depan kamarnya?
Di kesempatan lain saya menyapu di aula di dekat kamarnya. Saya punya kesempatan mengamati bruder Odolphus lebih seksama sembari menyapu lantai aula.
Biasanya kami piketnya tiga-empat orang. Ketika istirahat sebentar, saya gunakan mengamati bruder berjalan bolak-balik. Saya terus mengamati Bruder setiap kali ada kesempatan.
Saat belajar sore, saya duduk dipinggir kelas sehingga dapat melihat bruder.
Dari pengamatan beberapa hari, saya mendapatkan jawaban mengenai aktivitas dan kebiasaan Bruder Odolphus. Ternyata, bagi seorang biarawan kegiatan doa rutin dilakukan setiap hari. Ada doa pagi, doa siang, doasore, dan malam hari.
Itu pula yang dilakukan Bruder Odolphus. Dia rutin berdoa. Setiap pukul 15.00 beliau rutin doa Rosario sendirian di lantai dua di lorong depan kamarnya.
Kebiasaan doa yang dilakukan oleh Bruder Odolphus, ini menarik bagi saya. Biasanya orang ketka berdoa mengambil posisi duduk atau bersujud.
Bruder Odolphus justru berbeda. Ia berjalan-jalan bolak balik dilorong depan kamarnya sembari menenteng rosario besar.
Kalau belum selesai, rosarionya ditaruh di atas teras. Dia masukke kamar atau pergi ke tempat lain. Setelah kembali, dia pun melanjutkan dan menyelesaikan berdoanya.
Masih karena penasaran, saya mencari kesempatan melihat Rosario bruder dari dekat. Ketika Bruder pergi ia menaruh rosarionya di atas pagar teras.
Saya amati benar Rosario tersebut. Ternyata ujung salib pada Rosario tersebut ditunjukkan pada buah terakhir Bruder Odolphus berdoa. Ketika dia datang lagi, tinggal melanjutkan sisanya.
Di lain waktu, saya rutin seminggu sekali mendapat giliran piket membersihkan aula atau alat musik di aula.
Ketika naik ke aula selalu saya menengok bruder. Ketika bruder tidak ada tetapi ada rosarionya ada, saya membantu bruder mengubah ujung salib di buah Rosario bruder.
Di situ ada lima kelompok persepuluhan. Ketika ujung salibnya di buah persepuluhan ke empat, ujung salib dimajukan ke buah persepuluhan ketiga. Ini membantu Bruder Odolphus untuk lebih banyak berdoa, kan sudah sepuh.
Biasanya doa Rosario lima puluh kali Salam Maria. Khusus untuk Bruder Odolphus: rosario sebanyak 60 kali, karena 50 kali belum cukup.**
Alumnus Seminari Santo Paulus Palembang angkatan 1989, guru di Lampung.
Hemmmm
Umat Katolik berdoa sama siapa sebenarnya? Sampai puluhan kali, kalian pikir doa itu jimat ya? Makanya saya tidak setuju Katolik itu Kristen, karena Kristus tidak pernah ajar doa demikian, apalagi doa sama Maria, emangnya Maria itu Tuhan?