Katolikana.com—Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma mengapresiasi Rapimda Pemuda Katolik Komda Sumut karena Komda Sumut termasuk Komda yang aktif dan dinamis.
Stefanus Asat Gusma meminta Komcab untuk fokus dua hal. Pertama, menjawab identitas Pemuda Katolik sebagai institusi organisasi kemasyarakatan. Kedua, menjawab tantangan Pemuda Katolik secara genetik sebagai kawah candradimuka organisasi tempat lahirnya kader patriot kebangsaan.
Komcab harus lebih dahsyat melaksanakan rekrutmen, proses pembinaan, dan kaderisasi orang muda Katolik di wilayah masing-masing.
Stefanus Asat Gusma menyampaikan hal ini saat membuka Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) Pemuda Katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara di Ballroom Lt. 8 Gedung Catholic Centre Medan, Jumat-Minggu (24-26/2/2023).
Identitas Pemuda Katolik
Stefanus Asat Gusma menambahkan, setiap Komcab wajib melakukan cluster Kader. Setiap Komcab harus mampu melihat enam kelompok kader yang harus diisi, yaitu: Jurnalis, Lawyer, Akademisi, ASN, Politisi, UMKM/Pengusaha.
Menurut Stefanus, enam cluster harus terisi di setiap cabang untuk mulai dianalisa. Misalnya, anggotanya ada 20 orang ceminannya ini di cluster apa saja.
- Jurnalis: Supaya saat berkomunikasi dengan pihak luar, jaringan, dan sebagainya kita mempunyai daya tarik.
- Lawyer: Secara nasional kita sedang mengupayakan terbentuknya konsultasi bantuan hukum. Pemuda Katolik di setiap kejadian dan peristiwa kasus harus mengadvokasi, tidak hanya selesai di tataran pernyataan sikap tapi harus turun melalui pendampingan hukum.
- Akademisi/Dosen: Supaya ada suara orisinal sesuai background pendidikan yang konkret dan real dan secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan. Misalkan, di Komcab Nias Utara, kalau ada kebijakan Pemkab atau ada Perda yang dibuat DPRD bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, akademisi harus bicara.
- Politisi: Organisasi Pemuda Katolik ini panggilan sosial kemasyarakatan. Politisi tidak melulu soal partai politik tetapi menyiapkan kader di Panwascam, KPU dan Bawaslu.
- UMKM/Pengusaha
- Aparat Sipil Negara (ASN)
Berbicara mengenai tahun politik menurut Stefanus, saat ini ada 20 propinsi yang melakukan rekrutmen di KPU. Maka, kita harus berkolaborasi dengan Kerawam dan organisasi Katolik lain untuk menyiapkan kader-kader untuk masuk di KPU daerah dan Bawaslu daerah.
“Bila tidak ada, kita bekerja sama dengan kelompok aliansi kebangsaan. Sehingga orang terbaik di kelompok ini kita dukung dan dampingi. Siapa tahu kita bisa berkomunikasi lebih strategis menyambut tahun Pemilu,” ujar Stefanus.
“Pada Rapimnas bulan Mei 2023 di Riau, kita mau lebih konsen untuk teman-teman yang sedang running di legislatif. Kita bantu animasi parpol dan dapilnya di mana, nomor urutnya sudah ada atau belum serta potensi dapat kursi apa tidak,” tambahnya.
Menurut Stefanus, Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) KWI membuat Satuan Tugas (Satgas) atau gugus tugas kerja politik dalam menyambut Pemilu. Itu salah satunya untuk membuat supaya suasana menjadi solid.
“Bagaimana menjelaskan kepada Caleg bahwa kita harus bersatu. Kalau kita pecah-pecah tidak akan dapat kursi termasuk mengarah ke Pilpres,” lanjutnya.
Mengenai Pilpres, menurut Stefanus Asat Gusma, kelompok Katolik sebagian besar arahnya sudah jelas. “Konsolidasi sebagai pemanasan menuju Pilkada serentak setiap Komcab akan terlibat secara pasif atau aktif dalam konstetasi Pilkada. Uji materialnya harus ada di dalam proses ini,” tambahnya.
Petra Preneurship
Kebetulan saat ini, kata Stefanus, pra kick off gerakan Petra Preneurship, Pemuda Katolik membuat Memorandum of Understanding dengan Gojek-Tokopedia. Pemuda Katolik sudah punya berbagai macam produk yang bisa dipakai teman-teman di Komcab untuk konsolidasi dan membangun jejaring.
Pada saat berkomunikasi dengan kepala daerah, kita punya posisi tawar seperti: Produk Desa Terhubung, Produk Petra Natural, Bank Sampah dan CU. Untuk gerakan nasional kita punya Petra Digital bekerjasama dengan Kominfo. Gerakan Stunting bekerjasama dengan BKKBN, Gerakan Pengiriman Pekerja Imigran ilegal kita bekerjasama dengan BP2M.
“Kita mau memperkuat kerja bisnis organisasi. Ekosistem ini yang mau kita bangun. Kita mengenalkan kepada teman-teman fondasi ekonomi. Kemandirian organisasi harus kuat supaya kita bisa berpikir yang lain. Kalau hanya mengandalkan proposal program itu agak repot. Kita harus punya proposal gagasan yaitu proposal komplit program,” pungkas Stefanus. (*)
Kontributor: Parulian Tinambunan
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.
Organisasi Keagamaan seharusnya Fokus pada bimbingan mental, moral dan perilaku saja.
Dengan memasuki wilayah profesi anggota dalam bentuk klaster, sama dengan pengkotak kotakan yg pasti akan dimanfaatkan oleh kepentingan politik, yg akan berdampak pada kesatuan bangsa.
Semoga organisasi seperti ini tidak diberi badan hukum kelembagaan.