Katolikana.com—Perayaan Ekaristi pada hari Pentekosten 2023 di Casa Generalizia SVD, Minggu (28/5/ 2023) dipimpin oleh Pater Superior General SVD Pater Paul Budi Kleden, SVD.
“Inilah perayaan kelahiran Gereja. Adalah Roh Kudus yang menjadi potensi ilahi, yang mengumpulkan berbagai ragam latar manusia ke dalam satu komunitas para murid,” kata Pater Budi dalam awal homili.
“Roh Kudus itu pula yang membuka hati dan pikiran dari setiap orang yang mendengar warta para rasul itu. Dan mereka tiba pada kesadaran akan kesatuan iman dalam Yesus sebagai Putra Bapa,” lanjut Pater Budi.
Iman yang sekian kuat karena kehadiran Allah Roh Kudus membuat para pendengar itu mulai belajar untuk “menerima satu sama lain sebagai saudara dan saudari.”
Merujuk pada keyakinan Santo Arnoldus Janssen, pendiri SVD, Pater Budi ungkapkan, “Arnoldus Janssen yakin akan Roh Kudus, sebagaimana Bapa, adalah Pendiri Sejati dari Serikat Sabda Allah. Dan Roh Kudus itu, dalam Kasih yang agung, memanggil setiap anggota SVD sekaligus mengutus para anggota untuk memberikan kesaksian tentang Kasih itu. Tanpa syarat dan tanpa batas.”
Kita dan Gereja mesti tak henti-hentinya berdoa demi karunia-karunia Roh yang nyata. Dan para anggota SVD, dalam karunia-karunia Roh itu, mesti bersaksi untuk nyatakan kasih itu dalam dunia yang terluka.
Tiga Aspek Penting
Dalam refleksinya, Pater Budi nyatakan tiga aspek penting dalam menghidupkan tujuh Karunia Roh itu:
Pertama, penerimaan karunia Roh Kudus menjadikan para murid berani, teguh hati dan berterus terang untuk mewartakan kebenaran iman tentang Yesus yang sungguh nyata dalam hidup, kematian dan kebangkitan-Nya.
Keberanian yang dibarengi dengan ketulusan demi wartakan kebenaran iman adalah tanda kebijaksanaan hidup sebagai murid Tuhan dalam kehadiran Roh Kudus.
Kita butuh kehadiran karunia Roh agar secara benar dan berani menantang sekian simpang siurnya hoaks, segala drama penuh kepalsuan, penyesatan dan segala arus penuh provokatif yang merusakkan.
Kedua, adalah komunio atau persekutuan! Merujuk pada pewartaan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, direnungkan “Tubuh” sebagai simbol dari Persekutuan. Dalam cahaya Pentekosten. Persekutuan atau komunio ingatkan siapa pun akan kesatuan, sambil selalu tetap memberikan ruang pada keragaman.
Setiap anggota dalam kebersamaan memiliki sesuatu (karisma) demi membangun kebersamaan itu sendiri. Hal inilah yang menjadi tantangan yang tak kecil dalam dunia masa kini. Ini terjadi ketika egoisme sudah menjadi ‘arus suram dari satu gaya hidup individualistik.’
Gaya hidup ‘penuh selfi’ juga menjadi ancaman tersendiri ketika diri sendiri jadi fokus yang harus dicahayai. Tanpa kehadiran sesama serentak jauh dari kepedulian akan sesama.
Pater Budi menandaskan, “Gaya hidup seperti ini tidak hanya berhenti di pintu di komunitas-komunitas religius, tetapi telah jadi satu kebiasaan dan sikap mental harian…”
Karunia Roh Kudus pun tetap kita serukan sebagai doa tak jemu “demi mengatasi batasan-batasan bahasa, budaya, etnis dari indivualisme pun dari kelompokisme (grupisme) yang dibentuk hanya untuk merawat kepentingan sendiri dan memecah-bela satu kebersamaan,” kata Pater Budi.
Ketiga, Doa. Doa adalah “sikap beriman yang lahir dari kerendahan hati dan kesadaran bahwa tanpa Tuhan tiada sesuatu apa pun dapat kita kerjakan.”
Doa membawa siapa pun kepada kedalaman relasi dengan Tuhan, dengan sesama dan juga dengan diri sendiri. Doa membuat hidup sungguh berakar dalam iman dan dalam nilai-nilai kemanusiaan.
“Doa adalah kekuatan rohani untuk mengalahkan kecenderungan hidup dan tinggal dalam kedangkalan di berbagai sisi,” kata Pater Budi.
Gereja, kita, dalam doa pun sungguh membutuhkan rahmat kehadiran dan kekuatan Allah Roh Kudus agar sanggup menatap dunia dan sesama secara benar, sebagai tanda kehadiran Yesus sendiri.
Kita berdoa agar tetap memandang Yesus yang hadir “tidak hanya dalam sakramen, tetapi juga secara khusus dalam diri sesama yang menderita dan terluka.”
Mengutip kata-kata Iganius IV Hazim di Kontantinopel, Patriakh Yunani-Ortodoks di Anthiokia, refleksi ditutup: “Tanpa Roh Kudus: (dapat ditafsir dan ditangkap) sebagai berikut:
- Allah itu jauh
- Kristus itu kisah masa lalu
- Injil itu kumpulan kisah-kisah yang mati
- Gereja adalah organisasi sederhana belaka
- Otoritas adalah satu serial dominasi
- Misi (perutusan) hanya sebatas propaganda
- Kultus hanyalah seruan kosong
Tetapi oleh kehadiran Roh Kudus, bumi diangkat dalam kemuliaan Kerajaan semesta, Kristus yang bangkit sungguh hadir, otoritas menjadi pelayanan yang membebaskan, perutusan (misi) adalah satu kisah Pentekosten, liturgi adalah satu kenangan agung dan mengarah ke masa datang, dan di situ tindakan manusia diilahikan…”
“Utuslah Roh-Mu, ya Tuhan.. dan jadi baru seluruh muka bumi”
Verbo Dei Amorem Spiranti
Kontributor: P. Kons Beo, SVD, Collegio del Verbo Divino–Roma
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.