Katolikana.com—Uskup Agung Medan Mgr. Cornelius Sipayung, OFMCap. memimpin perayaan ekaristi penerimaan sakramen krisma di Gereja Katolik Santo Antonius Padua, Paroki Hayam Wuruk, Medan, Minggu, (28/5/2023). Uskup Agung Medan didampingi oleh Parochus Paroki Santo Antonius Padua RP John Rufinus Saragih, OFMCap. Segenap umat juga turut mengikuti perayaan ekaristi kedua di paroki ini.
“Lima puluh hari setelah Paskah, gereja merayakan hari Pentakosta, hari turunnya Roh Kudus atas para Rasul. Peristiwa ini jelas dikisahkan dalam Kisah Para Rasul. Roh yang turun atas para Rasul memberi mereka daya istimewa. Kehadiran Roh Kudus adalah kehadiran dalam rangka pelayanan. Demi karya keselamatan Allah dalam Kristus.”
“Daya roh itu membuat kita, teristimewa Saudara-saudara yang menerima sakramen penguatan saat ini, mengingat Kristus untuk selalu setia kepada-Nya,” kata Uskup Agung Medan mengawali perayaan ekaristi yang dipimpinnya.
Lebih lanjut, Mgr. Cornelius mengajak umat untuk berseru, “Datang ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu, dan nyalakan di dalamnya api cinta kasih, dan baharuilah bumi.”
Dengan seruan tersebut Bapa Uskup mengajak agar segenap umat yang sudah dipenuhi dengan Roh Kudus menjadi tangan Allah untuk membaharui dunia ini.
Semangat Mengampuni
Mgr. Cornelius dalam homilinya menuturkan perbedaan orang yang Roh Kudus sudah tinggal dalam dirinya dengan orang yang Roh Kudus belum tinggal dalam dirinya. “Sangat gampang melihat. Jika di dalam diri kita ada Roh Kudus, ada roh Yesus. Semangat Yesus adalah semangat mengampuni.”
“Kalau roh Yesus belum tinggal dalam diri seseorang, maka seperti yang dikatakan Perjanjian Lama, gigi ganti gigi. Orang yang bersalah kepadanya, ya dibalas. Kalau bisa balas lebih kejam. Entah cara yang halus atau kasar. Di bibir mengatakan aku memaafkanmu, tetapi dalam hati tetap sakit, yang seperti itu belum ada roh Kristus didalam dirinya. Kalau ada dendam, tidak mau bicara, tidak mau bertemu satu sama lain atau dengki, berarti belum ada roh Kristus dalam dirinya,” tegas Mgr. Cornelius.
Mgr. Cornelius lantas memberikan tanda bahwa Roh Kudus hadir dalam diri kita, yakni kesediaan untuk memberi damai dan mengampuni kesalahan. Kendati pun orang tersebut telah menyakiti, mencelakakan, atau bahkan merencanakan kematian kita.
“Berat ya…? Jangan-jangan belum ada Roh Kudus yang hadir dalam diri kita. Orang yang sungguh roh Kristus, semangat Kristus, gelora hati kasih Kristus, kalau itu tinggal dalam diri kita, semangat pengampunan dan mengasihi itu ada. Termasuk mengampuni orang yang bersalah,” cetus Mgr. Cornelius di hadapan para penerima Krisma.
Lebih lanjut, Bapa Uskup berpesan tentang kaitan erat antara Roh Kudus dan pengampunan. Roh pengampunan, semangat pengampunan dan semangat kasih itulah semangat Yesus. Semangat roh itulah yang dicurahkan kepada para Rasul. Maka, Yesus mengatakan jika kamu mengampuni dosa orang maka dosanya diampuni. Roh pengampunan dan roh kasih dicurahkan.
“Non sense jika seseorang mengatakan mengasihi seseorang tetapi tidak sanggup mengampuni. Seorang suami yang mengasihi istri akan sanggup juga mengampuni istri yang bersalah. Kendati kesalahannya sangat berat, seperti selingkuh, tidak setia. Orang yang punya kasih mempunyai kesanggupan untuk juga mengampuni. Roh pengampunan dan semangat pengampunan, itulah salah satu daya kekuatan Roh Kudus. Tidak usah dipikirkan Roh Kudus itu apa. Tetapi semangat mengampuni ada dalam diri, itulah Roh Kudus,” pungkas beliau.
125 Penerima Krisma
Menurut RP John Rufinus, kali ini ada sebanyak 125 orang penerima krisma di Paroki Hayam Wuruk yang berasal dari 5 stasi, yakni Stasi St. Antonius Padua Hayam Wuruk (stasi induk), Stasi St. Yoseph Dr. Mansyur, Stasi St. Fransiskus Xaverius Sunggal, Stasi St. Maria Pintu Surga Sei Agul, dan Stasi Karya Kasih Polonia.
“Bukan semua murni dari gereja paroki ini yang ikut menjadi peserta calon penerima krisma. Ada beberapa dari paroki lain, seperti Paroki Binjai dan Tebing Tinggi. Tapi itu tidak terlalu banyak karena mereka sudah sekolah dan tinggal di sini, karena bergereja di Paroki Hayam Wuruk,” sebutnya.
Lebih lanjut, RP John Rufinus menjelaskan setiap tahun dilaksanakan penerimaan sakramen krisma di paroki ini. Umumnya diadakan pada saat hari Pentakosta dan supaya sesuai dengan penanggalan liturgi gereja. Adapun syarat bagi yang mau menerima sakramen krisma, tentu yang sudah dewasa, yaitu usia SMA ke atas.
Paroki menganjurkan pula dari tiap stasi maupun orang tua yang belum ikut krisma selama ini untuk menerima sakramen krisma. “Apa karena tidak tahu atau lupa (orang tua yang belum ikut krisma)? Sebenarnya kita mau mengecek kembali, supaya diperiksa tentang buku/lembaran mereka, itu yang kita anjurkan.” ujar RP John Rufinus.
Folulu F. Laia sebagai salah satu Seksi Katekese Paroki memaparkan sebelumnya peserta calon krisma lebih dari 125 orang, tapi tidak semua bisa mengikuti sampai penerimaan sakramen krisma. Namun, menurut Folulu mereka tidak ada menemui kendala dalam proses pembelajaran dan pembekalannya.
“Mungkin bagi mereka yang tidak bisa meneruskan/mengikutinya sampai selesai, mungkin ada masalah keluarga, orang tua dan pekerjaan. Kita sudah mempersiapkannya dengan baik dan para tenaga katekis cukup banyak membantu,” ujar Folulu.
Dewasa Dalam Iman
Sementara itu, Seksi Katekese Paroki memegang peranan penting untuk mempersiapkan calon penerima krisma. Mulai dari pembelajaran selama 3 (tiga) bulan, di bulan Februari-Mei 2023. Lalu setelah proses pembelajaran usai, diadakan rekoleksi bersama dengan orang tua calon penerima krisma. Terakhir, dilaksanakan pengakuan dosa bagi semua calon penerima krisma.
Folulu menjelaskan detail proses seseorang dapat menerima sakramen krisma di Paroki Hayam Wuruk. “Proses ini diawali dengan pendaftaran di stasi-stasi. Lalu diadakan kurang-lebih 12 kali pertemuan untuk pembelajaran dan pembekalan. Seksi Katekese Paroki memberikan pembelajaran dan pembekalan materi pada calon penerima Krisma di stasi-stasi,” jelasnya.
“Setelah proses pembekalan, ada rekoleksi selama sehari, dari pukul 08.30 WIB hingga 17.00 WIB. Dalam rekoleksi itu, para orang tua calon penerima krisma turut diundang mengikuti rekoleksi. Pemberian materi rekoleksi bukan lagi dari katekis, tapi langsung pastor dan juga mengundang ahli IT yang paham gadget dan HP. Supaya peserta rekoleksi tahu menggunakan serta akibatnya menggunakan media sosial seperti sekarang ini. Kemudian rekoleksi ditutup dengan perayaan ekaristi,” tambah Folulu.
“Selesai itu, dilanjutkan dengan pengakuan dosa yang dilakukan pada hari Jumat lalu, karena tidak boleh (menerima) krisma kalau tidak mengaku dosa. Kemudian hari Minggu, 28 Mei 2023, acara penerimaan sakramen krisma diberikan langsung oleh Bapa Uskup,” pungkas Folulu.
“Kita harapkan para penerima krisma, dewasalah dalam iman, karena kita itu hidup dewasa bersama Tuhan,” demikian Folulu berharap. (*)
Kontributor Katolikana, tinggal di Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat Medan, Keuskupan Agung Medan.