Kuliah di Jerman, Apa Saja Tantangannya?

Citra Listya Rini: Di Jerman, dosen ingin kita untuk memberikan 'feedback' secara langsung.

Katolikana.com—Studi ke luar negeri bukan hal asing lagi anak muda Indonesia. Studi di luar negeri ditempuh oleh mahasiswa karena sejumlah manfaat. Selain menambah ilmu, studi di luar negeri dapat memberikan akses relasi dengan orang-orang dari berbagai negara.

Jerman menjadi salah satu negara tujuan studi. Negara ini terkenal karena menawarkan kesempatan studi secara gratis bagi mahasiswa internasional serta kesempatan untuk berkarir setelah lulus studi.

Selain manfaat yang ditawarkan, studi di Jerman juga memiliki sejumlah tantangan karena mereka belajar di lingkungan yang berbeda dengan Indonesia.

Citra Listya Rini yang menempuh pascasarjana di Tecnische Universität Ilmenau, Jerman mengungkapkan, selama dua semester kuliah di Jerman, dia menghadapi berbagai macam tantangan terkait kegiatan akademik hingga lingkungan social.

Citra Listya Rini, mahasiswa S2 di Tecnische Universität Ilmenau, Jerman. Foto: Istimewa

Keinginan Studi Lanjut

Awalnya Citra penasaran karena dirinya sering mendapatkan dukungan dari salah satu anggota keluarganya yang telah lulus dari salah satu perguruan tinggi di Jerman.

Citra kemudian mencoba berlatih bahasa Jerman sembari menjalani profesi sebagai jurnalis, hingga dirinya memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai jurnalis demi menjalani kuliah S2 di Jerman.

Langkah awal yang dilakukan Citra yakni dengan melakukan riset pada kampus-kampus dan program yang diminati.

Tidak hanya itu, Citra juga sering mengunjungi pameran pendidikan.

“Kebetulan sempat diterima di kampus Belanda setelah mendatangi pameran pendidikan” ujarnya.

Hadirnya internet dan media sosial turut membantu Citra mendapatkan informasi terkait pendidikan pascasarjana seperti melalui akun kedutaan besar Jerman, DAAD, atau dari kampus itu sendiri.

“Untuk kampus yang saya pilih ini pertama saya dapati setelah melakukan searching di internet, kemudian saya kunjungi kampusnya dan melakukan komunikasi dengan mereka.” ujarnya.

Perbedaan Sistem Pendidikan

Terdapat berbagai macam perbedaan antara sistem pendidikan di Indonesia dan di Jerman.

“Di Jerman ini kita harus menyampaikan pendapat, memberikan pertanyaan, dan dosen ingin kita untuk memberikan feedback secara langsung. Di Indonesia kalau kita bertanya kesannya kita dikira bodoh. Di Jerman, dosen akan mengapresiasi pertanyaan kita” ujar Citra.

“Sistem penilaian dibandingkan S1 berbeda karena di sini ada group working dan individual seperti ujian tertulis, ujian lisan, dan makalah di setiap akhir semester,” tambah Citra.

“Tantangan dalam hal akademik adalah bagaimana caranya melakukan sitasi dan melakukan penulisan ilmiah,” tegasnya.

Di tengah tantangan itu, Citra mengaku senang apabila berhasil menyelesaikannya. Bag dia, keberhasilan dalam menyelesaikan tugas kuliah hingga mendapatkan nilai yang bagus merupakan sebuah pencapaian tersendiri.

Salah satu aktivitas wajib saat kuliah di luar negeri adalah presentasi. Foto: Istimewa

Tantangan Kuliah di Jerman

Awalnya Citra sempat ragu apakah dirinya bisa mengikuti kebiasaan orang Jerman yang dikenal selalu tepat waktu dan disiplin karena kecenderungan orang Indonesia untuk tidak datang pada tepat waktu.

“Kalau kita masuk kelas, dosen lebih suka kita datang 15 menit sebelum kelas dimulai karena jika kita datang setelah kelas dimulai, beberapa dosen menganggap hal tersebut mengganggu proses pembelajaran kelas seperti membuka laptop dari tas,” ujarnya.

Jerman juga dikenal dengan keragaman budaya. Citra menyukai adanya keragaman budaya karena dirinya belajar budaya lain seperti budaya orang yang berasal dari Amerika Latin, Asia, Eropa, Amerika, atau dari negara lain.

“Ternyata orang yang berasal dari Amerika Latin cenderung suka banyak bicara dan orang Eropa cenderung lebih individual,” ujarnya.

Citra yang pada awalnya menempatkan prasangka pada orang dari negara lain kini memahami setiap orang memiliki karakternya masing-masing setelah komunikasi dengan mereka.

Pascastudi di Jerman

Kecintaan Citra pada dunia sepak bola membuat Citra berkeinginan untuk bekerja di salah satu klub sepak bola di Jerman.

Setelah menempuh pendidikan pascasarjana Citra juga akan mendapatkan job-seeking visa yang membuatnya dapat mencari pekerjaan di Eropa selama 18 bulan.

“Untuk Anda yang memiliki impian menempuh pendidikan pascasarjana, selalu berdoa dan diiringi dengan usaha karena selalu ada jalan seperti melalui beasiswa,” pesan Citra. (*)

Kontributor: Nico Prakasa Anandadea, mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Studi Luar Negeri
Comments (0)
Add Comment