THS-THM Distrik Keuskupan Tanjung Selor Gelar Pendadaran Gabungan Perdana

Mereka melakukan bentuk latihan fisik seperti olah raga pagi, long march, outbound, dan lain-lain.

Katolikana.com—Ibarat telur yang diolah menjadi telur dadar, di dalamnya ada telur, garam, bawang, cabai, penyedap rasa, yang diaduk menjadi satu lalu digoreng dan akhirnya kita nikmati di meja makan. Itulah THS-THM.

Anda sekalian mengikuti pendadaran agar bisa menyatu baik secara organisasi, pelayanan gereja, dan bagi masyarakat.

Pesan ini disampaikan oleh moderator organisasi pencak silat Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria Distrik Keuskupan Tanjung Selor (THS-THM KTS) RP Agustinus Maming, MSC pada perayaan Ekaristi dalam rangkaian kegiatan pendadaran calon anggota THS-THM KTS, Rabu hingga Minggu (5-9/7/2023) di Stasi Santo Yohanes, Desa Pimping, Paroki Katedral Santa Maria Assumpta, Tanjung Selor, Kalimantan Utara.

Sebanyak 84 orang calon anggota mengikuti pendadaran kali ini. Mereka merupakan gabungan empat ranting dari enam ranting di distrik KTS.

Kecuali ranting Tarakan dan Juata, empat ranting lain yang terlibat dalam kegiatan kali ini adalah ranting Tanjung Selor, Tanjung Redeb, Mara Satu, dan Mansalong.

Ini merupakan pendadaran gabungan perdana di distrik KTS di mana sebelumnya pendadaran biasa dilakukan di masing-masing ranting.

Adegan pembasuhan kaki calon anggota oleh senior. Foto: Agustinus Fian

Men sana in corpore sano. Pepatah ini tidak asing dalam dunia olah raga dan kesehatan. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Demikian harapan dari anggota senior THS-THM KTS kepada para calon anggota yang mengikuti pendadaran kali ini.

“Di sini, calon anggota ditempa fisiknya dan dibina kerohaniannya,” ungkap Wakil Koordinator Distrik THS-THM KTS Albertus Lallung.

Pendadaran merupakan salah satu tahapan ujian bagi calon anggota sebelum dikukuhkan menjadi anggota THS-THM.

Selayaknya sebuah organisasi bela diri, anggota THS-THM dituntut untuk memiliki raga yang tangguh dan sehat.

Berbagai bentuk latihan fisik mereka lakukan, seperti olah raga pagi, long march, outbound, dan berbagai kegiatan fisik lainnya.

Namun, lebih dari itu, anggota THS-THM juga harus mampu menjadi pribadi Katolik yang rendah hati, berbela rasa, dan setia dalam memberi diri dalam pelayanan di dalam Gereja dan masyarakat.

“THS-THM itu beda dari organisasi bela diri lain. Selain latihan bela diri sebagai bentuk olah raga, mereka juga dibina mental dan rohaninya menurut nilai-nilai kekatolikan,” jelas Romo Agus.

Salah satu teladan kerendahan hati yang dilakukan saat pendadaran ini adalah saat prosesi pembasuhan kaki calon anggota oleh anggota senior. Ini merupakan refleksi dan cerminan dari Yesus sendiri.

“Kita meneladani kerendahan hati Yesus yang membasuh kaki para murid malam perjamuan terakhir bersama para murid-Nya,” terang Koordinator Ranting Tanjung Redeb Fernandus Pakanda.

Selain itu, segi kerohanian juga menjadi sasaran pembinaan. Bentuk pendampingan dilakukan lewat ibadat dan Ekaristi harian, doa-doa harian, jalan salib, pengakuan dosa, meditasi, dan materi-materi rohani seperti pemahaman tujuh sakramen, pengenalan liturgi dan alat-alat liturgi.

Bentuk pelatihan antara lain dengan ‘Dadakan Malam’ di mana peserta yang tengah tertidur pulas, tiba-tiba dibangunkan pada pukul 02:00. Foto: Agustinus Fian

Mental Pemberani

Untuk apa punya fisik yang kuat tapi mentalnya penakut? Ya, anggota THS-THM harus punya mental pemberani. Berani dan siap sedia dalam menghadapi apa pun.

Keberanian di sini bukan berarti sok jagoan, tapi berani tampil dalam setiap pelayanan menggereja dan bermasyarakat. Berani untuk berbicara dan berperilaku yang benar, jujur. Berani mengakui kesalahan.

Bentuk pelatihan antara lain dengan ‘Dadakan Malam’ di mana peserta yang tengah tertidur pulas, tiba-tiba dibangunkan untuk latihan fisik pada pukul 02:00 dini hari.

Selain membentuk mental pemberani, hal ini juga menjadi bagian refleksi saat Yesus membangunkan para murid di taman Getsemani untuk berdoa dan berjaga-jaga.

Selain itu dengan sesi sharing, peserta dilatih untuk berani tampil dan berbicara di hadapan orang banyak.

Pada sesi ini, peserta diminta untuk membagikan pengalaman dan alasan memilih THS-THM sebagai wadah pengembangan diri dan bakat mereka.

Ada pula sesi pengakuan dosa dan sesi saling meminta maaf antara peserta dengan anggota senior.

Refleksi

Tujuan lain yang ingin dicapai lewat pendadaran kali ini adalah agar peserta mampu memahami dan mengimani sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus.

Menurut Fernandus, hal inilah yang mendasari pemilihan hari dan waktu pelaksanaan.

“Kamis kita mengenangkan saat-saat terakhir Yesus, ditandai dengan pembasuhan kaki seperti di Kamis Putih. Ada juga Dadakan Malam seperti saat murid berjaga-jaga. Jumat, kita akan buat long march dan Jalan Salib. Dan puncaknya pada Sabtu malam dan Misa bersama umat di hari Minggu. Di sana kita bersukacita dan bersyukur atas apa yang sudah kita lewati, seperti sukacita saat Yesus bangkit,” paparnya.

RP Agustinus Maming, MSC memimpin perayaan Ekaristi. Foto: Agustinus Fian

Pro Patria et Ecclesia

THS-THM harus mampu memberi diri secara utuh untuk bangsa dan gereja. Segala kuasa dan kemampuan adalah milik Tuhan. THS-THM bukan sekadar wadah menempa fisik dan kemampuan bela diri.

“Segala ilmu yang didapat kiranya dapat diolah dan dibentuk menjadi sebuah persembahan syukur atas anugerah kuasa dari Tuhan yang dinyatakan dalam pelayanan hidup menggereja dan bermasyarakat,” kata Romo Agus.

Ia juga dengan tegas mengatakan bahwa anggota THS-THM harus mampu menghidupi semboyan Pro Patria et Ecclesia. Artinya, segala tindak-tanduk dan perilaku anggota THS-THM adalah murni sebagai bentuk pelayanan bagi bangsa dan bagi Gereja.

Setelah merayakan Ekaristi Minggu Biasa XIV, kegiatan pendadaran calon anggota THS-THM KTS ditutup dengan makan siang dan foto bersama. (*)

Komsos Keuskupan Tanjung Selor

Keuskupan Tanjung SelorTHMTHS
Comments (1)
Add Comment
  • Yohanis

    Semangat terus OMK. Semoga menjadi generasi yang cerdas dan bermanfaat bagi keluarga,Gereja dan Negara.