Pesona Watukrus, Jejak Iman di Tepian Pantai Bola

Watukrus berada di bibir Pantai Bola, Desa Ipir, Kecamatan Bola, Sikka. Penampakannya sederhana, sebuah kayu Salib tertancap di atas batu.

Katolikana.com—Pulau Flores di Provinsi Nusa Tenggara Timur terkenal dengan keragaman budaya dan panorama alam yang indah.

Gugusan pulau dengan perbukitan yang hijau tatkala musim hujan dan tampak kecoklatan saat musim kemarau memberi nuansa berbeda bagi setiap orang yang berkunjung ke pulau ini.

Ada sejumlah destinasi wisata alam, budaya, dan rohani yang layak menjadi pilihan untuk dikunjungi.

Untuk wisata alam dan budaya sebut saja Pulau Padar, Pulau Rinca, Pantai Pink, Manta Point, Golomori, Kampung Adat Waerebo, Air Panas Soa, Kebun Raya Wolobobo dan Kampung Adat Bena di Ngada, Danau Kelimutu di Ende, Pantai Koka di Sikka dan banyak tempat wisata lainnya yang menunjukkan kekayaan Pulau Flores, Nusa Bunga.

Selain wisata alam dan budaya, ada pula destinasi wisata rohani yang tersebar di berbagai tempat di Flores. Sebut saja beberapa yang berada di wilayah Kabupaten Sikka, seperti Patung Maria Bunda Segala Bangsa di Nilo, Wisung Fatima di Lela, Gereja Tua Sikka, Wair Nokerua St. Fransiskus Xaverius di Kolisia Magepanda dan Watukrus (Batu Salib) di Bola.

Mengenal Watukrus di Bola, Sikka

Saat berada di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, pada Minggu (24/9/2023) saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi salah satu tempat ziarah rohani yang ada di Pantai Selatan Flores, yaitu Watukrus (Batu Salib) di Bola yang berjarak sekitar 26 km dari pusat kota.

Setelah melewati jalanan berliku dengan sajian panorama perbukitan, lembah, dan pepohonan kemiri yang memanjakan mata, kami tiba di tempat yang dituju.

Watukrus berada di bibir Pantai Bola, Desa Ipir, Kecamatan Bola, Sikka. Penampakannya sederhana, sebuah kayu Salib tertancap di atas batu.

Watukrus yang berdiri kokoh di atas batu karang merupakan penanda pertama kalinya Bangsa Portugis menginjakkan kaki di Tanah Flores pada tahun 1600-an silam.

Monumen yang letaknya tak jauh dari Paroki St. Martinus Bola ini masih berdiri kokoh hingga sekarang meskipun setiap hari diterpa ombak Pantai Selatan Flores yang kuat.

Masyarakat di sekitar Watukrus menjaga dan merawat peninggalan jejak sejarah hadirnya iman Katolik di Pulau Flores ini dengan baik.

Beruntung, saat saya tiba air laut sedang surut sehingga bisa turun dan berjalan mendekat ke Watukrus, menyusuri pasir pantai yang bersih dan merasakan segarnya air laut yang jernih.

Saya berjalan di bebatuan karang ditemani deru ombak yang menghambur di tepian. Saat itu sedang sepi, tak ada pengunjung lain, kecuali rombongan kami. Saya mengambil beberapa foto Watukrus yang berdiri kokoh dengan latar belakang Laut Flores.

Setelah mengambil sejumlah foto, saya melihat ada beberapa orang yang sedang duduk berbincang menikmati siang di teras rumah, tak jauh dari bibir pantai. Kami berbincang tentang sejarah keberadaan Watukrus. Satu di antaranya bernama Kardianus.

“Salib di atas batu karang itu menjadi penanda datangnya Portugis pertama kali di sini. Mereka datang dari Larantuka ke Pantai Bola dengan perahu. Tujuan mereka adalah mencari mata air tawar untuk air minum,” ungkap Kardianus.

Ia menambahkan, saat Portugis datang, di Pantai Bola tidak ada mata air tawar atau sumur, karena masyarakat setempat hanya minum dari air hujan yang ditampung saat musim hujan atau air dari batang pisang saat musim kemarau tiba.

Meski menemukan kondisi demikian, orang-orang Portugis itu tidak putus asa, mereka bahkan datang lagi dan tetap berusaha mencari mata air dan membuat sumur untuk sumber air minum.

“Usaha mereka tak sia-sia, mereka menemukan mata air dan membuat sumur. Sumur itu diberi nama Wair Baluk, wair artinya air dan Baluk adalah nama seorang pahlawan yang berasal dari daerah ini. Letak sumur itu tak jauh dari sini, tak pernah kering dan masih dimanfaatkan oleh masyarakat,” tuturnya.

“Menurut cerita, awalnya salib yang ditancapkan di atas batu itu terbuat dari kayu Pohon Lontar dan sudah beberapa kali diganti. Seingat saya terakhir kali diganti menggunakan Kayu Ulin dari Kalimantan pada tahun 1970-an dan belum pernah diganti sampai sekarang. Salib ini pada waktu itu ditancapkan sebagai tanda jika masyarakat disini sudah dibaptis menjadi orang Katolik,” imbuhnya.

Objek wisata alam Tanjung Watukrus di Pantai Bola, Sikka, NTT. Foto: Jatra Kelana

Doa Meminta Hujan

Kardianus menjelaskan pula bahwa masyarakat Bola memiliki kepercayaan dan tradisi yang berkembang turun-temurun, yaitu saat musim kemarau panjang tiba mereka akan berkumpul bersama di sekitar Watukrus untuk berdoa meminta hujan.

“Masyarakat datang berdoa bersama di sini minta hujan, dan pasti tidak lama setelah doa bersama hujan datang. Masyarakat percaya itu, sehingga kalau seperti sekarang ini kemarau lalu hujan tidak datang pasti akan kumpul dan berdoa,” tegasnya.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat orang Portugis yang datang ke Pantai Bola adalah dua orang imam Katolik, yaitu Pastor Dominicus (yang meninggal dan dimakamkan di Bola) dan Pastor Fransiskus Xaverius yang kelak dikenal sebagai orang kudus dalam Gereja Katolik.

Kisah perjalanan Santo Fransiskus Xaverius yang mencari mata air tawar juga berkembang di daerah Kolisia, Magepanda, Sikka, di sana ada objek wisata Wair Nokerua (Air Imam/Pastor).

Mari berkunjung ke Pantai Bola. Selain melihat jejak sejarah kehadiran iman Katolik di Flores, kita juga bisa berkunjung ke objek wisata Tanjung Watukrus yang dibangun di atas bebatuan karang, menikmati sepoi angin dan pemandangan Pantai Selatan Flores yang indah. (*)

Imam Diosesan Keuskupan Agung Palembang, saat ini berkarya di Seminari Menengah St. Paulus Palembang.

SikkaWatukrus
Comments (0)
Add Comment