Oleh Sr.Maria Yohanista Dhongo, SSpS, mahasiswa Program Studi Teologi Universitas Santo Paulus Ruteng, Nusa Tenggara Timur
Katolikana.com—Perbedaan kerap kali menjadi sumber masalah. Perbedaan membawa perpecahan dan permusuhan sampai harus mengorbankan martabat dan nyawa manusia.
Perbedaan ini tidak turun dari langit dan tidak berasal dari Tuhan melainkan tumbuh dan berkembang dalam pikiran manusia. Mekanisme otak lebih mudah mengenali makna perbedaan ketimbang indahnya persamaan.
Ketika perbedaan ditelusuri secara mendalam dan diterima dengan gembira akan menjadi sesuatu yang unik dan memberi nuansa indah. Hal itu kami rasakan selama bersama Komunitas Srikandi Lintas Iman (Srili) di Yogyakarta.
Komunitas Srikandi Lintas Iman merupakan komunitas khusus kaum perempuan dari berbagai usia, profesi, latar belakang dan agama (Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Penghayat kepercayaan, dengan berbagai alirannya).
Srili dengan semangat persaudaraan, kekompakan, kerja sama, rendah hati, dan rela berkorban telah memberikan teladan berjuang membela kebenaran dan perdamaian.
Walau pun banyak suka duka yang dialami, komunitas Srili telah menghapus perbedaan yang menjadi penghalang dan permusuhan yang terjadi dalam realita hidup.
Komunitas Srili dibentuk pada 2015. Berbagai peristiwa sukacita, kegembiraan, penolakan, penghinaan, kritikan, kekecewaan dan pengalaman yang menantang, tak menjadi penghalang bagi komunitas Srili untuk bersatu dan bekerja sama dalam cinta kasih.
Komunitas Srili juga telah membuktikan indahnya toleransi di tengah keberagaman. Komunitas Srili melaksanakan berbagai kegiatan seperti membangun dialog dengan berbagai agama serta melaksanakan seminar dan diskusi dalam menciptakan perdamaian.
Komunitas Srili terbuka untuk menerima sesama dari berbagai negara dalam mengenal moderasi beragama di Indonesia khususnya di Yogyakarta dan terbuka untuk belajar dari agama lain. Perbedaan ini menjadi suatu keunikan, dan bisa saling melengkapi satu sama lain.
Magang Merdeka di Komunitas Srili
Dengan adanya Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), lima orang mahasiswa Program Studi Teologi Unika St. Paulus Ruteng, yang terdiri dari Raty, Necy, Delcy, Vensa dan Sr.Yohanista, SSpS mendapat tugas untuk magang di Komunitas Srikandi Lintas Iman.
Dosen pembimbing mahasiswa Unika Santo Paulus Ruteng Dr. Fransiska Widyawati M,Hum menyerahkan kami, kelima mahasiswa magang kepada Srili untuk dibimbing dan belajar bersama tentang toleransi beragama di Yogyakarta pada 23 Agustus 2023.
Kami merasa bahagia telah mendapatkan kesempatan berharga dan mengalami Kasih Allah yang hadir dalam diri sesama yang berbeda keyakinan.
Komunitas Srili menerima kehadiran kami dengan sukacita. Meski sebelumnya ada peristiwa-peristiwa intoleransi di Yogyakarta, dari interaksi di Srili kami menemukan masyarakat sesungguhnya saling menghargai satu sama lain dan mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri. Bukan melihat agamanya, tetapi melihatnya sebagai manusia yang memiliki akal budi dan martabat yang luhur.
Selama magang di Komunitas Srili kami menganggap anggota komunitas Srili sebagai orang tua, saudara dan sahabat. Setiap anggota di tengah kesibukan berupaya bekerja sama dan meluangkan waktu untuk membimbing dan menemani kami untuk berdiskusi dan dialog dengan sesama agama lain.
Ketika kami merasa jenuh dan bingung dengan keadaan di Yogyakarta, anggota komunitas Srili dengan cara mereka masing-masing membantu kami untuk menikmati setiap proses dan memberikan kenyamanan bagi kami.
Live In di Pesantren
Pengalaman kami hidup bersama teman-teman santri di Pondok Pesantren Putri Nurul Ummahat Kotagede, pada 22 September s.d. 21 Oktober 2023 merupakan momen luar biasa dan tak terlupakan.
Kami diterima dengan baik oleh pemilik pesantren KH Abdul Muhaimin beserta santri. Awalnya kami merasa canggung dan sedikit culture shock dengan perbedaan suasana di pesantren.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, melihat keterbukaan hati dan sukacita dari Pak KH Abdul Muhaimin dan teman-teman santri; melalui senyuman, sapaan, tata krama, sopan santun dan perhatian setiap hari memampukan kami merasakan suasana di pesantren bukan sebagai perbedaan, tetapi memberi rasa nyaman, tenang dan damai.
Sebagai seorang religus, ketika mendengar teman-teman salat lima waktu dan belajar Al Quran, mendorong saya dan kami semua untuk lebih meluangkan waktu untuk membaca dan merenungkan Sabda Tuhan dan berdoa menurut program dalam biara.
Kadang kami mengikuti dari belakang saat mereka salat dan membersamai kegiatan santri di pondok pesantren. Kami juga diberi kesempatan berdoa bersama sebagai seorang Katolik, berdoa Rosario dan berbagi pengetahuan dari kitab suci. Pada hari Minggu, para santri menyempatkan waktu mengantar kami mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja.
Sebagai saudara berbeda keyakinan, ternyata hal itu tidak menjadi penghalang untuk saling membantu dan melengkapi satu sama lain. Teman-teman santri dengan hati terbuka berbagi pengalaman iman, begitu pun kami pun berbagi pengalaman rohani sesuai ajaran agama Katolik.
Selama live in di pesantren kami tetap mengikuti kegiatan bersama komunitas Srili. Kami tidak dibiarkan sendirian seperti anak yatim piatu. Kami selalu diperhatikan dan diberikan motivasi untuk tetap semangat, sukacita dan selalu bersyukur telah mendapat pengalaman baru dari setiap peristiwa yang terjadi.
Melalui magang bersama anggota komunitas Srili, kami terdorong untuk meluangkan waktu berdoa. Kami diingatkan untuk selalu bersyukur, tetap semangat, setia, membuka diri menerima keunikan sesama, memampukan untuk belajar hal baru, mengubah pandangan negatif tentang umat beragama lain dan membangun dialog yang baik sebagai saudara dan saudari, tanpa melihat latar belakang budaya, agama, suku, dan rasnya.
Pengalaman ini menyadarkan kami untuk senantiasa bergandengan tangan, berjalan bersama menciptakan perdamaian dan keharmonisan dalam hidup.
Seperti peribahasa bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, kami berharap, pengalaman keberagaman bersama Srili akan juga terwujud. Menjadi Indonesia yang rukun, damai dan membangun semangat cinta kasih dalam relasi dengan sesama manusia. (*)
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.