Katolikana.com—Media dan wartawan dipandang mengemban peran krusial untuk menggaungkan moderasi beragama di tengah masyarakat Indonesia. Melalui perantaraan media dan wartawan, pesan moderasi beragama diharapkan dapat terus hidup di tengah masyarakat dan mampu menjauhkan Indonesia dari fenomena ekstremisme beragama.
Kesan itu sangat kentara dalam Kegiatan Orientasi Pelopor Penguatan Moderasi Beragama yang diadakan oleh Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama pada Selasa (5/12) hingga Jumat (8/12). Bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta, kegiatan tersebut mengundang sejumlah media Katolik, wartawan Katolik, dan perwakilan komisi Komunikasi Sosial (Komsos) dari berbagai keuskupan di seluruh Indonesia.
Dalam kegiatan orientasi selama 4 hari 3 malam itu, para peserta diminta untuk mengenali gagasan besar moderasi beragama yang diinisiasi oleh Kementerian Agama. Gagasan ini pertama kali digulirkan pada masa kepemimpinan Menteri Agama periode 2014-2019, Lukman Hakim Saifuddin. Namun demikian, gagasan ini tetap dilanjutkan oleh Kementerian Agama hingga saat ini.
Bahkan, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama. Ke depan, penguatan moderasi beragama menjadi mandat semua kementerian dan lembaga negara, baik dari pusat hingga daerah, dengan dikomandoi oleh Kementerian Agama.
Selain itu, para peserta juga diajak menengok kembali beberapa sketsa kehidupan beragama di Indonesia. Ragam sketsa yang berangkat dari peristiwa nyata di Indonesia tersebut lantas dijadikan contoh kasus betapa pentingnya pemahaman moderasi beragama di tengah masyarakat yang beragam.
Google Sang “Juru Selamat”
Salah satu sesi yang cukup heboh dalam kegiatan orientasi tersebut adalah saat para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok. Kemudian, mereka ditantang untuk mencari ayat-ayat Alkitab yang berkaitan dengan 9 kata kunci moderasi beragama.
Sontak, para peserta menjadi riuh. Setelah terbagi rata ke dalam kelompok, mereka segera hanyut dalam diskusi di kelompok masing-masing untuk mencari sabda-sabda Yesus yang selaras dengan kata kunci moderasi beragama.
Canda dan gelak tawa pun terdengar saat para peserta menyadari tak satupun dari mereka yang benar-benar hafal ayat Alkitab yang disebut dalam diskusi kelompok. Alhasil, Google pun menjadi “juru selamat” saat mereka sibuk berusaha mencari ayat spesifik yang memuat perikop yang tengah didiskusikan melalui gawai masing-masing.
Pada akhir sesi, banyak diantara peserta yang merujuk Matius 22:21 sebagai salah satu contoh sabda Yesus yang selaras dengan kata kunci moderasi beragama. Adapun ayat tersebut secara lengkap berbunyi, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
Ayat tersebut dianggap secara jelas menyuarakan pesan Yesus untuk tidak mempertentangkan agama dan negara. Pesan ini juga dinilai relevan dalam konteks Indonesia. Sebab, kadangkala paham keberagamaan tertentu di Indonesia menuntut masyarakat untuk memposisikan agama vis a vis negara secara ekstrem. Padahal seyogyanya kedua entitas tersebut tidak untuk dihadap-hadapkan.
Kebajikan Ada di Tengah-Tengah
Dalam sesi tersebut, para undangan juga diminta menciptakan sebuah motto yang singkat dan mudah diingat terkait pesan utama moderasi beragama. Diantara banyak usulan yang dilontarkan, tercetuslah motto Virtus Stat In Medio. Motto dalam Bahasa Latin ini diserukan oleh Pemimpin Redaksi Katolikku.com, Abraham Runga Mali.
Abraham lantas menjelaskan kalimat Virtus Stat In Medio memiliki makna “Kebajikan ada di tengah-tengah”. Menjadi orang yang moderat dalam beragama artinya mampu meletakkan diri di tengah-tengah. Sebuah ungkapan bijak yang rasanya mudah dicerna oleh siapa saja sebagai sinonim dari istilah moderasi beragama.
Motto ini menjadi semakin spesial karena Medio juga merupakan akar kata dari “media”. Maka pepatah tersebut bisa saja diterjemahkan lain sebagai “Kebajikan ada di media”. Dengan demikian, media-media Katolik dan wartawan-wartawan Katolik diharapkan mampu memainkan peranan sebagai agen moderasi beragama di tengah masyarakat.
Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha