Katolikana.com, Surakarta — “Makan permen minum kopi. Ladies and gentlemen, are you happy?”
Begitulah pantun pembuka dari dr. Erayanti Saloka, SST OT, MKM. PHD OT (ahli terapi okupasi) saat menyapa 126 orang adiyuswa (lansia) di Ruang Berthier Gereja Santo Paulus, Kleco, Surakarta, pada hari Minggu (6/10/2024).
Dokter yang berasal dari Paroki Santa Maria Kartosuro, Sukoharjo, itu didapuk menjadi narasumber Pendampingan Iman Usia Lanjut (PIUL) atau Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB) bagi lansia. Sedangkan ratusan adiyuswa yang berkumpul tengah mengikuti pertemuan adiyuswa yang bertema “Keseimbangan Hidup Menua dengan Bahagia”.
Pertemuan ini digelar oleh Tim Pelayanan PIUL Bidang Pewartaan dan Evangelisasi, Paroki Kleco. Pada acara ini juga dilakukan pengecekan kesehatan bagi para adiyuswa yang mengikuti pertemuan.
Pastor Paroki Kleco, Romo Haryasmoro, MSF, dalam kata pengantarnya mengajak para adiyuswa untuk merasakan syukur, gembira, dan bahagia di usia senja. Caranya adalah dengan tetap terlibat dalam berbagai aktivitas hidup dan kegiatan, termasuk kegiatan menggereja.
Bahagia adalah Kunci
Kebahagiaan memiliki kaitan penting dengan kesehatan adiyuswa. Maka saat mengawali pertemuan, dr. Erayanti berinisiatif menanyakan suasana hati para adiyuswa yang hadir. “Apakah Nenek, Kakek, Oma, Opa bahagia?” tanyanya.
Melihat tatapan mata dan gestur tubuh para peserta, ia lantas menyimpulkan sendiri, “Saya merasakan suasana dan menemukan jawaban jika Eyang, Oma, dan Opa bahagia di hari ini. Tampak dari pancaran wajah peserta yang hadir. Bergembira dan bersemangat mengikuti pertemuan adiyuswa hari ini.”
Pertemuan lantas menjadi semarak saat dr. Erayanti mengajak semua peserta bergembira dengan mengajak bernyanyi dengan gerakan. Suasana pun berubah meriah.
Dokter ahli terapi okupasi itu kemudian menjelaskan bahwa “bahagia” merupakan satu kata yang memiliki nilai tersendiri di dalam sistem kesehatan sekarang. World Health Organisation (WHO) sampai pernah memberikan suatu pernyataan bahwa orang yang disebut sehat pada akhirnya adalah orang yang bahagia atau “well-being“.
“Dari data yang ada, saat ini populasi lansia meningkat. Ini terjadi karena peningkatan kesehatan. Jika seseorang sehat maka usia harapan hidup menjadi tinggi. Angka harapan hidup seorang kakek di Indonesia rata-rata 70 tahun dan nenek 75 tahun,” kata dr. Erayanti.
Hanya saja, ia juga menjelaskan kalau pada usia lanjut biasanya lansia mulai memiliki gangguan kesehatan masing-masing. “Gangguan kesehatan memberikan isyarat bagaimana seseorang merawat diri dan memfokuskan pada apa yang bisa dilakukan,” lanjutnya.
Menumbuhkan Kebahagiaan
Menurut dr. Erayanti, menjadi tua adalah proses alami yang melibatkan perubahan fisik, mental, dan sosial seiring bertambahnya usia. Dalam konteks fisik, penuaan ditandai dengan penurunan fungsi organ, kekuatan, dan elastisitas tubuh.
Namun, ia juga menjelaskan kalau proses penuaan bukan berarti membuat adiyuswa tidak dapat memiliki aktivitas dan harus diam saja di rumah. Maka, ia cepat-cepat menambahkan, “Pada usia tua, Bapak, Ibu, Eyang, Oma, Opa masih bisa terlibat dalam kegiatan keluarga, gereja dan masyarakat.”
Bahkan dr. Erayanti juga mengingatkan bahwa para peserta perlu memiliki keseimbangan hidup agar dapat menua dengan bahagia. Adiyuswa bisa bertambah bahagia saat menua jika senantiasa bersyukur tanpa jeda dan memiliki pengharapan.
Selain dua hal yang bersifat rohani tersebut, adiyuswa juga perlu terhubung dengan sistem sosial yang baik. Lantas tetap mempunyai aktivitas fisik dan hobi, serta pola istirahat seimbang. Tidak lupa, adiyuswa juga harus rutin melakukan perawatan kesehatan.
Ia juga mengajak adiyuswa untuk menumbuhkan dan meneguhkan ungkapan “iman, harapan, dan kasih”. Sebab ungkapan sederhana tersebut sangat berpengaruh untuk membentuk keseimbangan hidup di usia lanjut.
“Melalui iman, harapan, dan kasih, akan membentuk keseimbangan hidup. Menumbuhkan kebahagiaan. Bisa berpartisipasi dan terlibat dan menghadirkan rasa syukur, ” ungkap dr. Erayanti di hadapan ratusan adiyuswa Paroki Kleco. (*)
Penulis: FX Juli Pramana, katekis Paroki Kleco, Surakarta
Editor: Ageng Yudhapratama
Katekis di Paroki Kleco, Surakarta