Katolikana.com — Iman dalam ajaran Katolik adalah sesuatu yang lebih dari sekadar pengetahuan atau perasaan. Dalam teologi, iman dipandang sebagai suatu karunia dari Allah yang memampukan manusia untuk berjumpa dengan-Nya. Dalam pemahaman ini, iman bukanlah hasil usaha manusia, tetapi pemberian ilahi yang patut disyukuri. Dengan iman, kita diberi kesempatan untuk mengenal dan mendekat kepada Allah.
Dalam konteks iman Katolik, terdapat dua aspek penting yang dikenal dengan istilah Fides Qua dan Fides Quae. Kedua aspek ini menunjukkan bagaimana iman melibatkan dimensi subjektif dan objektif. Namun, apa sebenarnya arti dari kedua istilah ini, dan bagaimana keduanya berperan dalam kehidupan rohani umat Katolik?
Fides Qua: Iman sebagai Tindakan Pribadi
Fides Qua merujuk pada tindakan atau sikap batin seseorang dalam percaya. Ini adalah kepercayaan subjektif kita kepada Allah. Fides Qua melibatkan dimensi pribadi dalam iman, yaitu ketika seseorang memilih untuk percaya kepada Allah dengan segenap hatinya. Ini adalah respons individu yang didorong oleh rahmat ilahi, yang memampukan seseorang untuk menerima dan mempercayai kebenaran Allah yang diwahyukan.
Santo Agustinus dalam karyanya De Trinitate (13, 2, 5) menekankan bahwa iman adalah karunia dari Allah yang menggerakkan kehendak manusia untuk menyetujui kebenaran-Nya. Bagi Agustinus, iman ini adalah sebuah hubungan pribadi antara manusia dan Allah. Dalam Fides Qua, manusia bukan hanya menerima kebenaran intelektual, tetapi juga mengarahkan seluruh keberadaannya untuk berpegang pada Allah. Dengan kata lain, Fides Qua adalah iman sebagai tindakan kepercayaan dan keterbukaan hati kepada Sang Pencipta.
Fides Quae: Iman sebagai Isi Kepercayaan
Di sisi lain, Fides Quae mengacu pada isi atau objek dari iman, yaitu kebenaran-kebenaran yang dipercayai dalam iman Katolik. Fides Quae melibatkan aspek intelektual dari iman, di mana kita memahami dan menerima kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh Gereja.
Fides Quae mencakup doktrin-doktrin iman yang dirumuskan dalam pengakuan iman seperti Kredo Nicea-Konstantinopel atau Syahadat Para Rasul. Ini adalah ajaran yang disusun oleh Gereja, mencakup semua dogma dan pernyataan iman yang diterima sebagai kebenaran oleh umat beriman.
Santo Thomas Aquinas, dalam Summa Theologica (II-II, q. 1, a. 2), menjelaskan bahwa Fides Quae adalah “kebenaran yang dipercayai,” yang diterima oleh pikiran manusia sebagai sesuatu yang pasti. Bagi Aquinas, iman bukan hanya sebuah persetujuan kehendak, tetapi juga suatu penegasan intelektual terhadap kebenaran yang diwahyukan oleh Allah.
Dalam hal ini, Fides Quae berperan sebagai fondasi intelektual bagi iman, di mana pengetahuan tentang Allah dan ajaran Gereja memperkuat keyakinan kita kepada-Nya.
Keterkaitan Fides Qua dan Fides Quae
Meski Fides Qua dan Fides Quae berfokus pada aspek yang berbeda dari iman, keduanya tidak dapat dipisahkan. Fides Quae menyediakan fondasi intelektual, sedangkan Fides Qua memberikan kepercayaan pribadi kepada Allah.
Jika seseorang hanya memiliki Fides Qua tanpa Fides Quae, maka ia mungkin memiliki kepercayaan kepada Allah tetapi tanpa dasar ajaran yang kuat. Sebaliknya, Fides Quae tanpa Fides Qua akan membuat iman menjadi sekadar pengetahuan intelektual yang kering tanpa keterikatan batin atau keterlibatan pribadi.
Santo Agustinus dan Santo Thomas Aquinas mengakui pentingnya hubungan antara kedua aspek ini. Menurut Agustinus, iman yang sejati bukan hanya pengetahuan intelektual, tetapi juga melibatkan respons pribadi yang tulus kepada Allah.
Sedangkan Aquinas menegaskan bahwa Fides Qua merupakan tindakan kehendak yang mengarahkan hati kepada Allah, sementara Fides Quae adalah kebenaran yang diimani.
Dengan demikian, iman tidak hanya menjadi sekadar pemahaman tetapi juga sebuah kepercayaan aktif yang melibatkan kehendak, pengetahuan, dan rahmat Allah.
Pengalaman Praktis dalam Hidup Umat
Dalam kehidupan sehari-hari umat Katolik, Fides Qua dan Fides Quae hadir dalam berbagai tindakan iman. Ketika seorang Katolik mendoakan Kredo dalam perayaan Ekaristi, ia tidak hanya mengakui kebenaran-kebenaran iman (Fides Quae), tetapi juga melibatkan hatinya untuk mempercayai Allah (Fides Qua). Demikian pula, ketika seseorang menerima sakramen, ia menggabungkan kepercayaan pribadi dengan ajaran Gereja yang diwariskan sejak masa para rasul.
Melalui Fides Qua dan Fides Quae, umat beriman diarahkan untuk memiliki iman yang holistik, iman yang tidak hanya mengandalkan intelektual tetapi juga melibatkan hati dan kehendak untuk berserah kepada Allah.
Iman yang sejati melibatkan pemahaman mendalam tentang ajaran Gereja (Fides Quae), serta kepercayaan pribadi yang intim kepada Allah (Fides Qua).
Dengan cara ini, iman menjadi suatu tindakan yang menyeluruh, di mana pikiran, hati, dan jiwa bekerja bersama dalam perjalanan menuju keselamatan.
Mengembangkan Iman Sejati
Dalam perspektif teologi, Fides Qua dan Fides Quae menunjukkan bahwa iman adalah lebih dari sekadar pengetahuan rasional, tetapi juga merupakan relasi yang hidup antara Allah dan manusia.
Kedua aspek ini diperlukan untuk membentuk iman yang utuh, yang tidak hanya mempelajari ajaran tetapi juga menghidupi hubungan dengan Allah.
Santo Agustinus dan Santo Thomas Aquinas memperlihatkan bahwa iman Kristen melibatkan baik aspek pengenalan akan kebenaran maupun keterbukaan batin kepada Allah.
Bagi umat beriman, memahami Fides Qua dan Fides Quae berarti menyadari bahwa iman bukanlah sekadar rutinitas atau ritual, tetapi sebuah relasi dengan Allah yang menuntut tanggapan penuh dari seluruh aspek diri kita.
Ketika umat merenungkan ajaran Gereja, mereka diundang untuk tidak hanya memahaminya secara intelektual, tetapi juga menerima dengan hati yang tulus. Hal ini menjadi dasar bagi iman yang hidup dan menggerakkan hati, membawa kita kepada persatuan dengan Allah.
Harmoni antara Fides Qua dan Fides Quae
Keseimbangan antara Fides Qua dan Fides Quae sangat penting dalam membangun iman yang kokoh dan bermakna. Fides Quae menyediakan kerangka ajaran yang menjadi dasar iman, sementara Fides Qua memastikan bahwa ajaran ini tidak hanya menjadi pengetahuan belaka, tetapi sebuah kepercayaan yang memengaruhi hidup kita.
Santo Agustinus dan Santo Thomas Aquinas mengajarkan kita bahwa iman yang sejati harus menggabungkan keduanya; ia adalah tindakan kehendak yang diarahkan oleh rahmat Allah menuju kebenaran yang diimani.
Ketika kita memahami peran Fides Qua dan Fides Quae, kita menyadari bahwa iman sejati adalah iman yang tidak hanya berpijak pada kebenaran intelektual, tetapi juga menuntun hati kita untuk merangkul dan memercayai Allah. Dengan begitu, iman Kristen bukanlah sekadar ide atau ajaran, tetapi sebuah perjalanan spiritual menuju persatuan yang lebih mendalam dengan Allah, Sang Pencipta.
Melalui Fides Qua dan Fides Quae, umat Katolik dapat membangun iman yang kokoh, yang tidak hanya berpegang pada doktrin, tetapi juga menggerakkan mereka untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Inilah iman yang sejati, iman yang tidak hanya mengakui kebenaran, tetapi juga mencintainya. (*)
Penulis: RD Yudel Neno, Pr, imam asal Keuskupan Atambua, sekarang bertugas di Paroki Santa Filomena, Mena
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.