Oleh Agust Wahyu
Katolikana.com—Sebenarnya yang aku cari adalah kau, sosok bayangan yang selalu bersembunyi dalam pikiranku. Kau juga sering muncul dalam imajiku dan berkreasi dalam jemari membentuk aksara-aksara yang kadang sukar tuk kumengerti sendiri.
Saat berada di permukaan alam sadarku, kau akan mengusik dan menguliti sepiku. Tapi saat kusengaja mencarimu, kau menghilang bagai berada di tengah pasar dengan keramaiannya sehingga aku tak pernah mampu mencarimu.
Mataku tak cukup awas untuk mengamatimu. Bagaimana aku dapat memilikimu? Jadilah kau tokoh-tokoh imajiku yang terkadang malah mengelabui pikiranku sendiri, tapi pasti akan kau mengerti suatu saat nanti.
Aku tak pernah mengerti apa yang ditulis Hans, walau telah berulang kali aku baca. Aku juga tak tahu untuk siapa dan untuk apa dia menulis demikian. Dan di sela-sela kesibukannya dan berbagai kesempatan, dia terus menulis.
Semangatnya luar biasa walau belum banyak tulisannya yang dimuat di media massa serta belum ada yang di bukukan. Aku tak pernah melarangnya, tapi aku selalu mengingatkan akan kondisi fisik dan matanya untuk tidak berlama-lama di depan laptop.
Pernah suatu kali aku bertanya tentang kegemarannya menulis, Hans hanya mengatakan, “Mungkin aku masih bisa berbagi untuk orang lain.”
Aku sempat membaca salah satu tulisannya saat aku membereskan kertas-kertas yang sudah tak digunakannya lagi.
“Ketika tak ada lagi yang bisa diharapkan dari hidupku dan tak ada lagi yang bisa dibanggakan, setidak-tidaknya aku sudah menciptakan sesuatu yang akan menemanimu kelak, sesuatu yang barangkali akan menjadi satu-satunya sejarah yang tercatat atas namaku, sebagai bukti aku pernah mencintaimu.”
Malam belum begitu larut tetapi hanya terdengar celoteh hewan malam mengisi kesenyapan. Makin terasa senyap lagi karena di meja pojok dalam bilik itu, laptop hitam sudah ditinggal pemiliknya.
Malam ini sebenarnya sungguh indah apalagi bulan dan bintang membuat malam ini menjadi lebih sempurna. Aku masih terkulai lemas, belum mampu membuka tumpukan buku yang sudah dipersiapkan dan ditinggalkan Hans untukku.
Kepergiannya begitu cepat tanpa pernah terduga apalagi terpikir olehku.
Kubuka buku pertama di halaman pertama, “Untukmu Kekasihku…. Lewat tulisan ini, ku akan selalu memelukmu.” Ada setitik kebahagian di antara lara yang kurasakan. Terima kasih Hans. (*)
Santa Ursula, 24 Januari 2018
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.