Oleh Tantrini Andang
Katolikana.com—Kafe itu tidak terlalu penuh. Aku duduk di bangku sudut dekat jendela. Hujan di luar sudah mulai reda. Kopiku tinggal seperempat cangkir. Namun aku belum mau beranjak dari situ.
Entah mengapa ada keinginan kuat untuk kembali ke kafe ini lagi setelah tiga tahun lewat aku meninggalkan kota ini.
Kafe ini mengingatkanku pada David, lelaki yang kucintai sekaligus kubenci. Dulu kami sering menghabiskan waktu bersama di kafe ini. Segala hal yang tampak di tempat ini mengingatkanku padanya.
Tiba-tiba seseorang menarik bangku kosong di depanku. Aku mendongak lalu terpana. David! Bagaimana mungkin ia tiba-tiba hadir saat aku sedang melamunkannya? Telepatikah? Tapi mungkinkah kami masih punya kontak batin itu sementara dia telah memutuskan untuk meninggalkanku demi gadis lain tiga tahun lalu?
David menyebut namaku dan meminta ijin untuk duduk di depanku. Aku masih terdiam saat dengan segala kata-kata manisnya ia memohon maaf atas apa yang telah dia lakukan padaku tiga tahun lalu. Katanya ia sangat menyesal telah menyakiti hatiku.
Kata-kata maaf bertaburan dari mulutnya. Tak hanya itu, matanya pun berkaca-kaca. Aku menghela nafas tanpa berkata apapun. Ternyata aku belum cukup tabah untuk melupakan semuanya. Segera kutinggalkan kafe itu tanpa mempedulikan panggilannya lagi.
Kulangkahkan kakiku lebar-lebar dengan perasaan campur aduk. Aku menyesal telah kembali ke kota ini. Kafe itu telah membuat luka lama itu membasah lagi. Lalu kudengar seseorang memanggil namaku dari belakang.
Nadya!
Sahabatku itu langsung memelukku. Kami pun saling bercerita tentang keadaan masing-masing. Lalu Nadya mulai menyebut nama David.
Tubuhku menggigil hebat saat dikatakannya bahwa David meninggal karena kecelakaan dua bulan lalu. Beberapa hari sebelumnya lelaki itu mencari informasi tentang keberadaanku pada Nadya. Namun Nadya pun tak tahu apa-apa.
Katanya setelah kematiannya, beberapa orang sering melihat seseorang yang mirip David duduk di kafe langganan kami itu.
“Kurasa jiwanya belum bisa pulang jika ia belum menyelesaikan masalahnya denganmu,” lanjut Nadya.
Aku menghela nafas panjang. Dengan masih berurai air mata, kutolehkan kepalaku ke arah kafe itu.
“Aku telah memaafkanmu. Pulanglah,” bisikku.
Setelah itu aku mulai merasa lega. Kini aku tahu mengapa aku ingin mengunjungi kota ini lagi. (*)
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.