TERTATIH MENUJU KASIH-MU
Di tengah malam yang dingin dan kelam
Di bawah beban salib kehidupan
Aku berjalan tertatih, penuh derita
Kehidupan terasa begitu berat dan pahit.
Seruanku seakan hilang tanpa balasan
Seolah surga menutup pintunya rapat.
Di manakah Engkau, Tuhan?
Mengapa Engkau membiarkanku jatuh dan rapuh?
Oh Tuhan, mengapa?
Mengapa aku dilahirkan untuk menanggung luka?
Dalam pandangan dunia, aku terlupakan
Mungkinkah aku juga hilang dari pandangan-Mu?
Ah, tidak mungkin!
Engkau adalah penciptaku
Engkau yang rela mati di kayu salib kehinaan
Yang menanggung dosa dan memeluk derita dunia.
Melalui salib-Mu, Tuhan
Aku mengerti kasih-Mu tak pernah berakhir.
Kepada cinta-Mu aku bersandar dan percaya
Karena rencana-Mu selalu melampaui akal manusia.
***
PELAYAN
Kata mereka
Ada ribuan jalan menuju pelayanan
Ada sejuta cara dalam setiap tarikan napas
Ada kesempatan yang berbisik lembut di sela waktu.
Pelayanan, oh pelayanan
Ia tak terpaku pada satu rupa
Ia tak terjebak dalam bentuk yang kaku.
Ia bersemayam dalam ketulusan hati
Dalam jiwa yang ikhlas tanpa pamrih.
Bagaimana engkau melayani?
Dengan tangan yang memberi
Atau senyum hangat yang menyapa?
Di mana engkau melayani?
Di altar kesucian
Di ruang kelas yang penuh harapan
Atau di sudut tersembunyi yang jarang terlihat?
Pelayanan tak butuh seragam megah
Ia hadir dalam wujud kerendahan hati.
Seperti imam yang berdoa dalam sunyi
Guru yang menanamkan mimpi
Pegawai yang memberi makna pada tugas kecilnya
Atau pemimpin yang memilih berjalan di belakang
Bukan di depan.
Dan engkau, wahai pelayan
Engkaulah sang tuan sejati
Yang menomorsatukan kebahagiaan orang lain
Yang menundukkan diri demi harmoni bersama.
Pelayanan sejati adalah seni yang abadi
Tak mengenal pangkat
Tak mengukur usia.
Ia hanya butuh hati yang penuh cinta
Dan jiwa yang tak pernah letih membagi cahaya.
***
SYUKUR SANG PELAYAN
Aku bersyukur pada-Mu, Tuhan
Engkau yang mengubah kepahitan menjadi pelajaran
Yang menjadikan luka sebagai lentera
Menuntun langkahku melintasi gelap gulita.
Aku bersyukur pada-Mu, Tuhan
Engkau yang menerangi jiwaku
Membingkai kebahagiaan di setiap jejak waktu
Meski singkat, ia mengukir keabadian di hatiku.
Kepahitan tak pernah membuatku jatuh
Ia hanya mengasah keikhlasan yang tersembunyi di dalam jiwa.
Dan kebahagiaan
Bukan alasan bagiku untuk terbang tanpa arah
Hanya menjadi pengingat bahwa Engkau setia.
Hidup ini adalah perputaran musim
Kadang dihiasi bunga, kadang badai mengguncang.
Namun aku tahu, di setiap musim
Ada tangan-Mu yang memelukku erat.
Jangan biarkan aku terkapar oleh pahitnya hidup
Jangan biarkan aku melayang karena manisnya dunia.
Segalanya hanyalah titipan yang berganti
Hadir untuk mengajar, lalu pergi.
Di atas setiap rintangan, aku melihat wajah-Mu.
Di setiap tantangan, aku merasakan kehadiran-Mu.
Aku bersyukur, Tuhan
Bukan karena hidupku sempurna
Tapi karena Engkau selalu ada.
Engkaulah kekuatanku saat aku jatuh
Engkaulah cahaya saat jalanku gelap.
Aku, pelayan-Mu yang kecil ini
Hanya ingin hidup dalam rasa syukur
Hingga napas terakhirku berpulang pada-Mu.
***
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.