Mojokerto, Katolikana.com—Dalam suasana syukur dan refleksi, sekitar 1.500 umat Paroki Santo Yosef Mojokerto mengikuti Misa Hari Ulang Tahun (HUT) ke-92 Gereja Paroki sekaligus pemotongan tumpeng sebagai ucapan syukur di halaman Gereja pada Kamis (1/5/2025).
Perayaan Ekaristi ini juga menjadi momen peringatan pesta pelindung paroki, Santo Yosef Pekerja, serta pengingat akan jejak sejarah misionaris Katolik yang pertama kali menanamkan iman di wilayah ini.
Dalam homilinya, RD. Andreas Putra Krishananta mengajak umat merenungkan perjalanan panjang Gereja Santo Yosef Mojokerto, sekaligus menimba inspirasi dari spiritualitas Santo Yosef sebagai teladan pekerja sejati.
Romo Andreas mengangkat kembali semangat para misionaris awal, terutama para imam Belanda yang datang ke Mojokerto dengan penuh tantangan, menempuh perjalanan bolak-balik dari Surabaya di tengah situasi perang dan keterbatasan sarana.
“Jika kita melihat ke belakang perjalanan 92 tahun sejarah Gereja Santo Yosef Mojokerto, kita akan menemukan para pendahulu awali, yakni para romo misionaris Belanda yang memulai pekerjaan baik Allah di bumi Mojokerto,” kata Romo Andreas.
“Seperti para misionaris yang memulai pekerjaan baik Allah di bumi Mojokerto, kita semua juga dipanggil untuk melanjutkan karya itu dengan ketekunan dan kesetiaan, meskipun tidak selalu mudah,” tambah Romo Andreas.
Ia menegaskan pentingnya merefleksikan karya pelayanan bukan sebagai ajang bersaing atau mencari panggung, melainkan sebagai sarana pertumbuhan iman bersama.
Tantangan Pelayanan
Merenungkan Injil Matius 13:34-38, Romo Andreas menyoroti bagaimana Yesus, dalam karya pewartaannya, menghadapi tantangan berupa ketidakpercayaan dan hati yang tertutup.
Pengalaman Yesus ini, menurutnya, relevan dengan tantangan pelayanan di paroki saat ini, di mana kadang pekerjaan atau perutusan justru menjadi sumber persaingan, rasa iri, dan sikap menyepelekan sesama pelayan.
“Ada kalanya, karena merasa lebih mampu, kita menutup kesempatan orang lain untuk tumbuh. Yang tua merasa terancam oleh yang muda, yang berpengalaman cemas jika muncul kader baru. Ini realitas yang tidak bisa kita tolak,” ungkapnya.
Romo Andreas mengutip pesan Bapa Uskup Surabaya dalam kunjungannya yang mengajak umat untuk membangun Gereja sebagai komunitas umat Allah yang berjalan bersama.
Dalam semangat sinodalitas, Gereja harus menjadi ruang belajar dan bertumbuh, terutama dalam hal kaderisasi dan regenerasi pelayanan.
Belajar dari Santo Yosef
Peringatan 92 tahun ini menjadi momen strategis untuk meneguhkan kembali hakikat pelayanan Gereja.
“Kita semua dipanggil untuk meneladan Santo Yosef yang bekerja dalam diam dan penuh dedikasi. Dalam kesenyapannya, ia mempersembahkan seluruh karya sebagai ibadah kepada Allah dan kasih kepada sesama,” terang Romo Andreas.
Ia mengajak seluruh umat untuk menanggalkan rasa iri dan kecewa yang menghambat pertumbuhan komunitas iman.
“Hari ini kita diminta untuk tidak hanya melanjutkan karya para pendahulu, tetapi menghidupinya dalam semangat baru: tekun, rendah hati, dan terbuka untuk membangun bersama,” imbuhnya.
Perayaan HUT ke-92 ini ditutup dengan pemotongan tumpeng sebagai ungkapan syukur atas perjalanan panjang dan berkat yang diterima Gereja Santo Yosef Mojokerto.
Dalam suasana penuh kekeluargaan, umat diajak tidak hanya mengenang sejarah, tetapi membangun komitmen baru untuk menapaki masa depan pelayanan Gereja dengan semangat kebersamaan, teladan Santo Yosef, dan penyertaan Bunda Maria. (*)
Guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdB), Anggota Pustaka Bergerak Indonesia, Pendiri Sa’o Pustaka dan beberapa Taman Baca serta pegiat literasi nasional. Lewat GKdB penulis menggerakan masyarakat baik secara pribadi maupun komunitas dalam mendonasikan buku untuk anak-anak di seluruh Indonesia. Guru Motivator Literasi (GML) tahun 2021.