Oleh Susy Haryawan
Katolikana.com—Paseduluran Brayat Minulya Nusantara (PBMN) adalah komunitas persaudaraan yang mewadahi para mantan seminaris, frater, maupun imam yang pernah menimba ilmu dan spiritualitas bersama Misionaris Keluarga Kudus (MSF).
Berawal dari semangat untuk membantu para mantan imam MSF yang kesulitan beradaptasi setelah keluar dari biara, komunitas ini kini tumbuh menjadi ruang berbagi dan saling meneguhkan bagi siapa saja yang pernah menjalani hidup membiara dan kemudian kembali ke kehidupan awam.
Hidup membiara dan hidup di tengah masyarakat umum adalah dua dunia yang sangat berbeda. Adaptasi yang tidak mudah—baik secara sosial maupun ekonomi—menjadi pergumulan banyak “mantan”.
Saat hidup membiara, mencari pekerjaan dan mengurus kebutuhan hidup bukan bagian dari keseharian, karena kehidupan dibangun atas dasar kaul dan pelayanan. Sebaliknya, ketika kembali ke masyarakat, mereka harus menghadapi tantangan mandiri secara ekonomi, sosial, bahkan spiritual.
Di sinilah PBMN hadir sebagai ruang penguatan. Para anggota senior yang telah berhasil membangun hidup di luar biara ikut membimbing rekan-rekan lainnya. Dalam keseharian, mereka aktif berkumpul dalam forum-forum berbagi cerita, diskusi, hingga menerbitkan buku bersama. Baik dalam jumpa darat regional maupun nasional, pertemuan daring, atau touring santai dengan sepeda motor, semangat paseduluran tetap menyala.
Dari Jubah ke Alba
Salah satu bentuk kesaksian pelayanan para mantan frater dan imam itu kini terwujud dalam sebuah buku baru bertema Prodiakon. Buku ini menghimpun 22 tulisan dari anggota PBMN—baik mantan MSF maupun mantan frater diosesan—yang kini melayani sebagai prodiakon di paroki masing-masing.
Bukan sembarang tulisan, kisah-kisah ini diwarnai pengalaman yang unik, jenaka, menyentuh, sekaligus menggugah. Ada yang selalu dipanggil “Romo” meski berkali-kali mengklarifikasi statusnya.
Ada pula yang diminta mendoakan seseorang agar “segera dipanggil Tuhan”, atau yang menghadapi umat yang tak mau menerima komuni dari tangannya karena tidak lagi berjubah.
Meski demikian, semua pengalaman itu disyukuri sebagai bagian dari penyelenggaraan ilahi. Para penulis, yang pernah dididik dalam filsafat dan teologi serta pernah membaktikan hidup untuk menjadi imam, tetap menghayati pelayanan sebagai panggilan sejati.
Mereka tidak melihat tugas prodiakon sebagai “pengganti romo”, melainkan sebagai cara baru untuk tetap melayani Tuhan dan umat dengan sepenuh hati.
Pelayanan yang Menyuburkan Iman
Buku ini menjadi kesaksian bahwa panggilan hidup tidak selalu harus berakhir di altar tahbisan. Para “mantan” ini membuktikan bahwa kembali ke dunia awam tidak berarti meninggalkan panggilan melayani.
Justru, dalam kesederhanaan tugas sebagai prodiakon—membagikan komuni, memimpin doa, menemani keluarga berduka—mereka menemukan kembali makna pelayanan yang tulus dan membumi.
Lebih dari itu, buku ini juga memberi inspirasi bagi siapa saja yang selama ini merasa enggan menjadi prodiakon karena merasa tidak pantas atau terlalu sibuk. Melalui kisah-kisah dalam buku ini, kita diingatkan bahwa pelayanan itu membawa berkat, bukan hanya bagi umat yang dilayani, tetapi juga bagi diri sendiri dan keluarga.
Bunga-bunga kecil pelayanan inilah yang dirangkai dalam kesaksian penuh makna, mengajak kita semua untuk melihat tugas prodiakon bukan sebagai beban, tetapi sebagai anugerah. Sebagai bentuk keterlibatan aktif umat awam dalam hidup menggereja, dan sebagai cara menyatakan cinta kepada Tuhan—dalam wujud yang paling nyata: melayani dengan sepenuh hati.
Penulis: Susy Haryawan, bukan siapa-siapa
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.
Penuh inspiratif, dibalik tulisan ini saya yakin lebih menceritakan pengalaman penulisnya…
Jelas to Bro
Terima kasih untuk informasi dan pencerahannya melalui tulisan Anda.
Semoga buku tentang Prodiakon ini bisa laris manis dan semakin banyak mantan yang sadar untuk mewujudkan bentuk pelayanan kepada Tuhan. (Ayr)
Amin amin
Semangat para prodiakon, terus melayani