Minggu Panggilan di Nabire

Saat Gereja dan Anak-anak Belajar Mendengar Suara Tuhan

Nabire, Katolikana.com— Suasana hangat dan penuh semangat mengisi Gereja Kristus Sahabat Kita, Nabire, pada Minggu (11/5/2025).

Dalam kalender liturgi Gereja Katolik, hari ini dikenal sebagai Hari Minggu Panggilan, yang dirayakan setiap tahun pada Minggu Paskah IV.

Di tengah hiruk-pikuk dunia yang kerap lupa hening, Paroki Nabire menggelar sebuah perayaan yang justru menyentuh akar kehidupan rohani: mengajak anak-anak belajar mendengar panggilan Tuhan.

Bukan sekadar ritual rutin, perayaan kali ini menjadi ruang istimewa untuk menyemai benih panggilan dalam hati anak-anak, khususnya mereka yang tergabung dalam Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner (SEKAMI).

Dengan mengenakan pakaian simbolik imam, bruder, dan suster, anak-anak ini mengambil peran penting dalam perayaan liturgi — menghadirkan wajah Gereja masa depan yang bersinar melalui senyum dan semangat mereka.

Liturgi yang Dihidupkan oleh Anak-anak

Seluruh rangkaian Misa Kudus pada hari itu — pagi dan sore — dipersembahkan oleh para imam dari Serikat Jesus (SJ).

Misa pukul 07.00 WIT dipimpin oleh Pastor Yacobus Toto Y., S.J., S.S., dilanjutkan pukul 09.00 WIT oleh Frater Engelbertus Viktor Daki, S.J., S.Fil, bersama Pastor Harry Setyanto, S.J., dan Pastor Adrianto Dwi Mulyono, S.J. Sementara Misa sore dipimpin oleh Pastor Rikhardus Sani Wibowo, S.J., S.Pd., S.S., M.Hum dan Pastor Seno Hari Prakoso, S.J.

Anak-anak dari Kolese Le Cock d’Armandville berperan sebagai lektor, pemazmur, pembawa persembahan, serta paduan suara. Partisipasi aktif ini bukan hanya memperindah liturgi, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran iman yang konkret — bahwa menjadi bagian dari Gereja bukan sekadar hadir, melainkan terlibat.

Dalam homilinya, Pastor Sani mengajak umat merenungkan makna panggilan bukan sebagai sesuatu yang datang tiba-tiba di usia dewasa, melainkan benih yang sering kali ditanam oleh Tuhan sejak masa kanak-kanak.

“Jangan hanya mendoakan panggilan anak orang lain. Doakanlah juga anak-anak kita sendiri agar berani berkata ‘ya’ pada panggilan Tuhan,” ujarnya.

Menyentuh Hati Sejak Dini

Setelah perayaan Ekaristi, kegiatan berlanjut dengan formasi panggilan khusus bagi anak-anak SEKAMI. Dalam suasana akrab dan edukatif, anak-anak diajak memahami bahwa Tuhan memanggil dengan cara yang sederhana namun mendalam: melalui bisikan hati, ketertarikan pada pelayanan, atau kepekaan terhadap penderitaan sesama.

Cerita inspiratif tentang tokoh-tokoh panggilan — seperti Paus Leo XIV dan Uskup Timika terpilih — dibagikan kepada anak-anak, membantu mereka mengenali bahwa hidup untuk Tuhan bukanlah kehilangan kebebasan, melainkan menemukan panggilan yang sejati.

Nyanyian seperti “Dengar Dia Panggil Namaku” dan “Yesus Pokok dan Kita Carang-Nya” menyatukan anak-anak dalam semangat dan sukacita panggilan. Lagu-lagu itu bukan hanya pengisi waktu, melainkan sarana mendalam untuk menyerap makna bahwa Tuhan tidak berhenti memanggil—dan anak-anak pun diajak untuk mendengarkan.

Persaudaraan yang Membuka Hati

Hari Panggilan di Paroki Kristus Sahabat Kita Nabire tidak hanya menjadi selebrasi panggilan rohani, tetapi juga menjadi ruang untuk menegaskan bahwa Gereja hadir sebagai rumah pembinaan iman, dari anak-anak hingga orang dewasa. Para orang tua, pembina SEKAMI, dan umat dari berbagai komunitas basis (kombas) turut mendukung penuh acara ini, menciptakan atmosfer persaudaraan yang hidup dan hangat.

“Anak-anak ini adalah Gereja kita hari ini dan masa depan. Jika kita mencintai Gereja, kita tidak bisa tidak mencintai mereka, membimbing mereka, dan mendoakan mereka,” ujar seorang pembina SEKAMI dengan mata berkaca.

Hari Minggu Panggilan bukan semata soal panggilan menjadi imam atau biarawan-biarawati. Ini adalah momen di mana seluruh umat diajak untuk merefleksikan: Apakah aku sungguh telah mendengarkan suara Tuhan? Apakah aku memberi ruang bagi Tuhan berbicara dalam hidupku?

Seperti kata Yesus dalam Injil Yohanes 10:27, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, dan Aku mengenal mereka, dan mereka mengikuti Aku.” Dalam dunia yang makin bising dan serba cepat, Gereja di Nabire memberikan teladan kecil namun kuat: bahwa iman bertumbuh dari telinga yang terbuka dan hati yang hening.

Melalui perayaan Hari Panggilan ini, Paroki Kristus Sahabat Kita Nabire menyampaikan pesan kuat: Gereja harus dan akan selalu menjadi tempat di mana suara Tuhan bisa didengar — bahkan oleh mereka yang paling kecil.

Dan siapa tahu, dari balik jubah putih mini yang dikenakan anak-anak SEKAMI hari ini, tersembunyi seorang imam masa depan, seorang biarawati misioner, atau seorang awam penuh dedikasi — yang kini sedang belajar satu hal penting: mendengar dan menjawab panggilan Tuhan. (*)

Kontributor Katolikana.com di Nabire, Papua Tengah. Gemar sepedaan dan bermusik. Alumnus FEB Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Bisa disapa via Instagram @reinaldorahawarin

Hari Minggu PanggilanNabire
Comments (0)
Add Comment