Tanjung Redeb, Katolikana.com – Orang Muda Katolik (OMK) Paroki St. Eugenius de Mazenod (Eudema), Tanjung Redeb, Keuskupan Tanjung Selor, Kalimantan Timur, menggelar kegiatan Temu Yubileum OMK se-Paroki pada Jumat hingga Minggu, (30/5/2025–1/6/2025) di di Stasi Hati Kudus Yesus, Sukan Tengah.
Kegiatan ini diikuti lebih dari 200 peserta dari 10 stasi perwakilan yang ada dalam wilayah pelayanan paroki dengan mengusung tema “Berziarah Bersama Bunda Maria: OMK Dipanggil untuk Semakin Humanis dan Ekologis”.
Kegiatan ini mengajak kaum muda Katolik untuk meneladani sikap iman Bunda Maria dalam semangat kepedulian terhadap sesama dan alam semesta.
Merawat Kepekaan
Pastor Moderator OMK Eudema, RD. Alfrid Mali, menjelaskan bahwa semangat ziarah bersama Bunda Maria mengajak orang muda untuk mendengarkan kehendak Tuhan dan berserah seperti Bunda Maria.
“Seperti Maria yang rendah hati menerima kabar dari Malaikat Gabriel, OMK pun dipanggil untuk rendah hati dan terbuka pada panggilan Tuhan,” ujarnya.
Senada dengan itu, Elton Wada, Ketua OMK Eudema, menekankan bahwa tema ini menjadi bahan refleksi konkret bagi OMK untuk semakin membangun kepedulian terhadap orang miskin dan sesama yang menderita.
“Momen tahun Yubileum ini kami maknai sebagai ziarah batin yang diaktualisasikan lewat kegiatan-kegiatan nyata, termasuk pelayanan lintas stasi,” ujarnya.
Elton juga menyebut bahwa fokus ekologis selaras dengan arah pastoral Keuskupan Tanjung Selor tahun 2025 sebagai Tahun Ekologis.
Ia berharap semangat mencintai bumi dapat ditanamkan lewat kebiasaan kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan, hingga pembentukan kelompok Laudato Si’ sebagai bagian dari gerakan ekologis OMK ke depan.
“Tindakan peduli lingkungan lewat hal paling sederhana, seperti membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan lingkungan gereja dan sekitar kita, diharapkan menjadi refleksi nyata akan pemaknaan ziarah ekologis di lingkup OMK. Ini juga menjadi dasar akan adanya pembentukan kelompok Laudato Si ke depannya,” ujarnya.
Dinamika Humanis
Selama tiga hari kegiatan, para peserta terlibat dalam program live-in di rumah-rumah warga Stasi Sukan Tengah, membangun relasi yang erat dengan umat lokal, sebagian besar merupakan warga transmigran asal Nusa Tenggara Timur.
Konsep ini menjadi sarana membentuk sikap solider dan menghargai perbedaan latar belakang.
Peserta juga dilibatkan dalam dinamika iman dan tradisi lokal umat, salah satunya mempersiapkan dekorasi basis untuk prosesi penutupan Bulan Maria. Budaya perarakan patung Bunda Maria di stasi ini telah berlangsung secara turun temurun setiap Mei dan Oktober.
Malam keakraban yang diisi dengan pentas seni turut menambah semarak kegiatan. Tiap kontingen diberi kesempatan menampilkan lagu, puisi, tarian daerah, dan ekspresi kreatif lainnya.
Agnes Liwun, peserta dari pusat paroki, membagikan kesannya mengikuti kegiatan ini.
“Seru banget! Bisa kenalan dengan teman-teman dari berbagai stasi. Panitianya juga sigap banget,” katanya. Ia mengaku paling terkesan saat mengikuti perarakan patung Bunda Maria. “Jauh, capek, tapi justru di situlah terasa iman diuji dan dikuatkan,” tambahnya.
Namun Agnes juga memberi masukan agar ke depan pembagian kelompok live-in dan sesi diskusi bisa lebih acak supaya semakin membuka ruang perjumpaan antarstasi.
OMK Harus Peka
Pada hari terakhir, Pastor Paroki Eudema, RP. Stefanus Tri Supriatno, MSC, mengajak OMK untuk menjadi pribadi yang peka terhadap gereja, masyarakat, keluarga, dan lingkungan. Ia menekankan pentingnya kehadiran OMK yang aktif dan berani mengambil peran, baik di dalam maupun luar gereja.
“Semangat cinta lingkungan tidak bisa hanya menjadi aktivitas kelompok, tapi harus menjadi tanggung jawab iman kita sebagai umat Katolik,” tegasnya. Pastor Stefanus juga menyatakan harapan agar kelompok Laudato Si OMK dapat segera terbentuk sebagai wujud komitmen ekologis kaum muda Katolik di Paroki Eudema.
Sebagai penutup kegiatan, Pastor Stefanus secara simbolis memukul gong sebagai tanda dimulainya babak baru dalam gerakan pelayanan OMK yang semakin humanis dan ekologis.
“Ziarah bukan hanya soal berjalan, tetapi menyelaraskan hati pada arah yang Tuhan tunjukkan. Dan OMK harus siap berjalan bersama Tuhan, sesama, dan ciptaan-Nya,” pungkas Pastor Stefanus. (*)
Komsos Keuskupan Tanjung Selor
Trima kasih Abang Iya Sudah Meliput Berita Tentang Kegiatan ini.. Semakin Maju Katolikana