Tari Gundala-Gundala Tampil di Hadapan Uskup Agung Medan

Upaya SMP RK Deli Murni Delitua Lestarikan Budaya Karo

Deli Serdang, Katolikana.com — Sekitar 17 siswa-siswi SMP Swasta RK Deli Murni Delitua mempersembahkan Tari Gundala-Gundala, sebuah tarian tradisional khas Suku Karo, di hadapan Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap dalam perayaan Pesta Kebangkitan Kaum Bapak se-Paroki St. Yosep Delitua dan HUT ke-5 Ecosophy pada Sabtu (31/5/2025) di Jambur Arih Ersada, Cinta Damai, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang.

Tarian ini dipersembahkan dengan penuh semangat di hadapan para tamu undangan, termasuk Direktur PSE KAM RP. Stefanus Sitohang, OFMCap, para pengurus PSE paroki-paroki se-Keuskupan Agung Medan, serta ratusan umat Paroki St. Yosep Delitua yang turut hadir dalam perayaan tersebut.

Lestarikan Budaya Lokal

Maximiliano Sobat Ginting, Kepala Sekolah sekaligus pembimbing kegiatan seni di SMP RK Deli Murni Delitua, menjelaskan bahwa keikutsertaan siswa dalam pertunjukan ini merupakan bagian dari komitmen sekolah untuk menanamkan nilai-nilai cinta tanah air dan pelestarian budaya Nusantara kepada generasi muda.

“Yang kami tampilkan bukan hanya pertunjukan seni biasa, tetapi ekspresi budaya yang hampir punah. Tarian Gundala-Gundala ini adalah warisan budaya Suku Karo yang perlu diangkat kembali agar tidak dilupakan oleh anak-anak muda,” ujar Sobat Ginting.

Ia menyebut bahwa tarian ini berasal dari tradisi masyarakat Seberaya, Karo, dan biasa digunakan dalam ritual pemanggilan hujan saat kemarau panjang.

“Tarian ini diyakini memiliki kekuatan spiritual. Menurut kepercayaan, setiap kali tarian ini dipentaskan, hujan deras akan turun,” tambahnya.

Uskup Agung Medan berfoto bersama Penari Gundala-Gundala. Foto: Parulian Tinambunan

Ekstrakurikuler Seni Tradisi

Tarian Gundala-Gundala yang ditampilkan merupakan hasil dari latihan rutin siswa dalam sanggar seni sekolah yang telah mendapat izin resmi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Deli Serdang. Di sanggar tersebut, para siswa bebas menyalurkan minat mereka dalam bidang tari, musik tradisional, maupun vokal.

“Kami memiliki ekstrakurikuler seni yang terorganisasi dengan baik. Selain tari, ada juga pelatihan musik tradisi dan kegiatan vokal. Untuk bidang olahraga, kami fasilitasi dengan kegiatan futsal, basket, karate, dan lainnya yang dilakukan hampir setiap hari,” jelas Sobat Ginting.

Ia juga menyampaikan bahwa sanggar seni sekolah ini sudah beberapa kali mendapat undangan tampil di berbagai kegiatan, termasuk pembukaan MTQ tingkat kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan sekolah Katolik dalam pelestarian budaya lokal mendapat apresiasi luas.

Tari Gundala-Gundala ditampilkan di hadapan Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap dalam perayaan Pesta Kebangkitan Kaum Bapak se-Paroki St. Yosep Delitua dan HUT ke-5 Ecosophy pada Sabtu (31/5/2025). Foto: Parulian Tinambunan

Pendidikan Budaya

Dalam kesempatan tersebut, Sobat Ginting juga menekankan empat manfaat utama dari penampilan dan pelatihan tarian daerah di sekolah:

  1. Meningkatkan kesadaran budaya – Anak-anak menjadi lebih sadar akan pentingnya keberagaman budaya Indonesia.
  2. Melestarikan budaya hampir punah – Kegiatan ini menjadi upaya konkret dalam menyelamatkan tarian yang nyaris hilang dari peredaran.
  3. Pengembangan pribadi siswa – Tarian tradisional melatih koordinasi, motorik, serta memperluas pengetahuan budaya.
  4. Pengayaan pengalaman seni – Tampil di depan publik menjadi pengalaman edukatif dan memperkuat karakter siswa.

“Melalui kegiatan ini, sekolah Katolik menunjukkan peran strategisnya dalam pendidikan karakter sekaligus pelestarian warisan budaya bangsa. Tarian Gundala-Gundala bukan sekadar tontonan, tetapi sarana pendidikan yang membentuk anak menjadi pribadi yang peka terhadap akar budayanya,” pungkas Sobat Ginting.

Penampilan Tari Gundala-Gundala di hadapan Uskup Agung menjadi simbol harmonis antara iman, pendidikan, dan pelestarian budaya. Ini adalah bentuk nyata dari misi gereja dan lembaga pendidikan Katolik dalam merawat kekayaan budaya lokal sebagai bagian dari peradaban Kristiani yang inkulturatif. (*)

Kontributor Katolikana, tinggal di Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat Medan, Keuskupan Agung Medan.

Mgr. Kornelius SipayungSMP Swasta RK Deli Murni Delitua
Comments (0)
Add Comment