Ritapiret, Katolikana.com—Seminari Tinggi Interdiosesan St. Petrus Ritapiret kembali mencatat sejarah penting dengan pentahbisan 26 frater menjadi Diakon oleh Uskup Denpasar, Mgr. Silvester San, Minggu (8/6/2025) di Aula Utama Seminari Tinggi Intediosesan St. Petrus Ritapiret (Sait Peter’s Hall).
Para diakon yang ditahbiskan berasal dari keuskupan yang berada di wilayah Provinsi Gerejawi Ende, yakni Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Maumere, Larantuka, Ruteng, Labuan Bajo, dan Denpasar. Keberagaman asal usul ini menunjukkan semangat kebersamaan dalam Gereja Katolik Indonesia dan mencerminkan karakter Interdiosesan dari Seminari Tinggi Ritapiret.
Wujud Gereja yang Melayani
Dalam homilinya, Mgr. Silvester San menekankan bahwa diakon adalah simbol nyata dari Gereja yang melayani. Ia menegaskan bahwa pelayanan diakonat bukan sekadar tahapan menuju imamat, melainkan panggilan khas untuk mewujudkan kasih Kristus dalam tindakan nyata.
“Diakon harus hadir sebagai wajah Gereja yang rendah hati, yang mengunjungi yang sakit, menguatkan yang lemah, dan menjadi sahabat bagi mereka yang kecil dan tersingkir,” ungkapnya.
Pelayanan bukan hanya tugas, tetapi identitas yang harus dihidupi setiap hari dalam kesetiaan dan pengorbanan.
Selain itu, Mgr. San juga mengaitkan tahbisan ini dengan perayaan Hari Raya Pentakosta yang dirayakan hari ini. Ia mengingatkan bahwa kekudusan Gereja tidak berasal dari manusia, melainkan dari Tuhan sendiri yang dicurahkan-Nya melalui Roh Kudus.
“Jangan mengandalkan kekuatan sendiri. Harapan kita satu-satunya adalah Tuhan. Roh Kudus yang dicurahkan hari ini membarui wajah Gereja dan membarui juga hati kalian, para diakon,” tegasnya.
Dengan semangat Pentakosta, para diakon diundang untuk senantiasa memperbarui diri dalam doa dan pengharapan, agar pelayanan mereka tidak menjadi beban, melainkan buah kasih yang terus mengalir dari sumber ilahi.
Pesan dan Harapan Seminari Tinggi Ritapiret
Dalam sambutannya, Praeses Seminari Tinggi Interdiosesan St. Petrus Ritapiret, RD. Guidelbertus Tanga menyampaikan rasa syukur dan haru atas pentahbisan 26 diakon.
Dengan merujuk pada tema perayaan tahbisan tahun ini, “Dikuatkan oleh Roh, Diutus Membawa Harapan”, Romo Hilde, demikian ia akrab disapa, mengatakan bahwa para diakon tidak perlu cemas dalam menjalani panggilannya. Sebab, Roh Kudus selalu menyertai karya mereka.
Lebih lanjut, Romo Hilde juga menekankan bahwa para diakon yang baru ditahbiskan harus menjadi pembawa harapan di tengah dunia yang haus akan kasih, keadilan, dan pengharapan baru. Ia mengajak para diakon untuk tidak hanya hadir sebagai pelayan altar, tetapi juga pelayan kemanusiaan yang siap menjawab jeritan umat.
“Harapan itu tidak lahir dari kata-kata indah, tetapi dari kehadiran yang tulus dan pelayanan yang setia,” tandasnya.
Mengakhiri sambutannya, Praeses mengajak seluruh umat dan komunitas formator untuk terus mendoakan dan mendampingi para diakon agar tetap berjalan dalam terang Roh Kudus dan menjadi berkat bagi Gereja dan dunia.
Profil Diakon:
- Keuskupan Agung Ende: Diakon Viktorianus A. Dhae Doke (Ipin), Diakon Frederikus Dhedu Veto (Riki), Diakon Stefanus Kebu Kapo (Stef).
- Keuskupan Ruteng: Diakon Jean Loustar Jewadut (Jean), Diakon Handrianus Hambur (Handri) Diakon Ephifanio Mariano Mane (Fano), Diakon Emilianus K. Jehamun (Wawan), Diakon Herman Jewarut (Herman)Diakon Agustinus P. Naring (Kiven).
- Keuskupan Larantuka: Diakon Marianus Hali Wuwur (Marno), Diakon Antonius Kopong Open (Open), Diakon Gergorius Lawe Weking (Goris), Diakon Fransiskus Viligius Dua (Figa).
- Keuskupan Maumere: Diakon Fransisco M. Adisaputra (Frandy) Diakon Frengkinadus Budu (Frengky), Diakon Martinus B. Manuk (Us), Diakon Yosef Pehe (Karel), Diakon Yohanes Sumario (Yani), Diakon Barnabas Putra Selamat (Putra), Diakon Melgy Setya Permana (Melgy), Diakon Yohanes Berkams Lele (Yance), Diakon Wenselaus Dhiki (Didit), Diakon Fulgensius Prisaly Asar (Fulgens), Diakon Petrus Kanisius M. Mite (Piter), Diakon Mathius Jado (Tius).
- Keuskupan Labuan Bajo: Diakon Yohanes Sudir (Yohan). (*)
Mahasiswa Program Sarjana Ilmu Filsafat Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero, Maumere.