Nabire, Katolikana.com—Bertepatan dengan Hari Raya Pentakosta, Keuskupan Regio Papua menggelar Misa Penjubaan bagi 36 frater Tahun Orientasi Rohani (TOR) St. Paulus Interdiosesan Regio Papua di Yayanti, Nabire, Keuskupan Timika, Minggu (8/6/2025).
Misa berlangsung khidmat di halaman Gedung TOR St. Paulus Yayanti dan dipimpin langsung oleh Uskup Agats-Asmat, Mgr. Aloysius Murwito, OFM.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, perayaan kali ini memadukan tiga peristiwa penting dalam satu momen penuh sukacita: pelayanan Sakramen Krisma, penjubaan frater, dan serah terima jabatan rektor seminari TOR Yayanti Nabire.
Satu Misa, Tiga Peristiwa Sakral
Perayaan diawali dengan pelayanan Sakramen Krisma oleh Mgr. Murwito kepada salah satu frater peserta penjubahan yang belum menerima sakramen tersebut.
Setelah itu, dilanjutkan dengan ritual penjubaan bagi para frater dari empat keuskupan di Regio Papua, kecuali Keuskupan Agung Merauke yang kini menyelenggarakan TOR secara mandiri.
Mgr. Murwito dalam homilinya menegaskan, “Keuskupan Merauke berdiri sendiri dalam pembinaan TOR karena sumber daya manusia mereka sudah mencukupi. Sedangkan TOR Yayanti menjadi pusat formasi untuk empat keuskupan lainnya di wilayah Papua.”
Agenda ketiga dalam misa ini adalah serah terima jabatan Rektor TOR dari RD Yanuarius Pudu Wiyai Douw, Pr kepada penggantinya, RD Stepanus Wadogoubi Yogi, Pr. Surat keputusan pengangkatan rektor baru dibacakan langsung oleh Mgr. Murwito atas nama para Uskup Se-Regio Papua.
Delapan Tahun Mengabdi
Dalam sambutan perpisahannya, RD Yanuarius P.W. Douw mengungkapkan rasa syukurnya setelah delapan tahun dipercaya memimpin TOR Yayanti. “Saya hanya alat. Allah Tritunggal Maha Kudus adalah inisiator utama TOR ini. Saya bersyukur atas dukungan para Uskup, umat Dekenat Teluk Cenderawasih, dan Pemerintah Kabupaten Nabire,” ujarnya.
Ia juga menegaskan pentingnya rasa syukur kolektif dalam momen ini. “Kita persembahkan semua ini kepada Tuhan sendiri. TOR bukan hanya milik satu pihak, tetapi karya bersama seluruh umat Regio Papua.”
RD Yanuarius juga menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang pernah tersakiti, sembari menegaskan prinsip hidupnya: “Yang salah ya salah, yang benar ya benar. Lebih dari itu berasal dari roh jahat.”
Suara Hati Frater
Perayaan penjubaan menjadi momen emosional bagi para frater. Dalam kesaksian bersama, mereka mengakui hari penjubahan sebagai tonggak sejarah dan permenungan panggilan.
“Ini momen yang menggugah hati. Pertanyaan yang menghantui kami: apakah benar Tuhan memanggilku?” kata salah satu frater.
Dengan motto angkatan Duc In Altum (Lukas 5:4 – “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam”), mereka menyadari pentingnya pendalaman panggilan secara rohani dan intelektual.
“Banyak calon imam jatuh karena tidak punya niat mendalam, karena tidak ada cinta terhadap panggilan dan prosesnya,” ungkap mereka.
Rektor baru, RD Stepanus Wadogoubi Yogi, dalam sambutannya mengakui dirinya belum pernah mengalami Tahun Orientasi Rohani. Namun, ia berkomitmen untuk belajar bersama para frater.
“Saya tidak ingin menjadi direktur, tapi teman belajar. Setiap anak yang datang harus siap dibina dan membina, siap diubah dan mengubah,” tegasnya.
Pastor Stepanus menekankan bahwa TOR bukan hanya tempat pembinaan spiritual, tetapi juga olah rasa. “Kita perlu ruang berbicara tentang rasa gelisah, malas, takut. Karena iman bukan hanya soal doktrin, tapi juga soal rasa dan pengalaman,” ujarnya.
Ia juga menambahkan perlunya sarana olahraga. “Raga yang sehat mendukung jiwa yang kuat. Kami harap ada dukungan untuk fasilitas olahraga di sini.”
Jubah adalah Simbol Kristus
Mgr. Aloysius Murwito, OFM dalam pesannya menyatakan bahwa penjubahan adalah simbol penerimaan Yesus Kristus sebagai model hidup religius. “Ini bukan hanya prosesi, tapi inisiasi serius. Jubah adalah lambang Kristus yang kini kalian kenakan,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya kesinambungan antara pembinaan rohani dan tahap akademik ke depan. “Anak-anak muda yang menerima jubah hari ini harus siap membangun integritas waktu: kapan belajar, kapan berdoa, kapan melayani,” ujarnya.
Menutup pesannya, Mgr. Murwito menyampaikan harapan besar kepada para frater, “Gereja di Papua sangat membutuhkan tunas-tunas baru. Kalianlah harapan masa depan untuk meneruskan misi para misionaris yang kini jumlahnya semakin sedikit.” (*)
Kontributor Katolikana.com di Paniai, Papua. Lahir di Ibumaida, Paniai, tahun 1989. Penulis bekerja di Komisi Keadilan dan Perdamaian Keutuhan Ciptaan Paroki Kristus Sang Gembala (KSG) Wedaumamo, Keuskupan Timika. Ia juga aktif di organisasi Pemuda Katolik Komisariat Cabang di Kabupaten Paniai.