Santo Bonaventura dan Terang Pendidikan Sejati

Belajar untuk Mengasihi, Mengajar untuk Mengabdi

Katolikana.com—Di era di mana pendidikan kerap terjebak pada kompetisi dan prestasi, Santo Bonaventura—pujangga Gereja, teolog, mistikus, dan pengajar besar dalam tradisi Fransiskan—menawarkan napas segar tentang makna belajar dan mendidik.

Ia tidak hanya mengajarkan bagaimana berpikir secara benar, tetapi juga bagaimana mencintai secara benar. Dalam dirinya, dunia akademik dan dunia rohani tak pernah saling bertentangan; keduanya justru saling menyempurnakan dalam ziarah menuju Allah.

Santo Bonaventura dan Dunia Akademik

Santo Bonaventura tidak sekadar seorang sarjana, ia adalah pelita dalam sejarah pendidikan Gereja. Sebagai seorang Fransiskan sekaligus teolog skolastik, ia menolak dikotomi antara akal dan iman.

Dalam karya agungnya Itinerarium Mentis in Deum (Perjalanan Jiwa Menuju Allah), Bonaventura menggambarkan pendidikan sebagai ziarah batin: proses yang melibatkan akal, kehendak, dan kasih untuk bersatu dengan Sang Kebenaran Sejati.

Menurut Paus Benediktus XVI, Bonaventura adalah “penyair serafik penciptaan” dan pencari Allah yang tak kenal lelah.

Ia menolak pandangan apokaliptik yang memisahkan zaman Roh Kudus dari Gereja, dan justru menegaskan bahwa seluruh sejarah manusia menemukan pusatnya dalam Kristus.

Dengan demikian, pendidikan tidak boleh terlepas dari Kristus, karena di dalam Dialah segala pengetahuan menemukan makna terdalamnya.

Santo Bonaventura dan Santo Thomas Aquinas. Foto: Wikipedia

Ziarah Intelektual Menuju Allah

Dalam Itinerarium Mentis in Deum, Santo Bonaventura mengajukan enam tahap perjalanan menuju Allah—dimulai dari kontemplasi atas ciptaan hingga pencapaian kesatuan mistik. Ia menegaskan bahwa pengetahuan sejati tidak hanya dicapai melalui argumen, tetapi melalui kasih, pengalaman, dan perasaan terdalam yang dibimbing oleh Roh Kudus.

Ia menulis dengan penuh semangat: “Jika kamu ingin mengetahui bagaimana hal ini terjadi, bertanyalah bukan kepada argumen, tetapi kepada kasih; bukan kepada pengajaran, tetapi kepada pengalaman; bukan kepada tulisan, tetapi kepada perasaan terdalam; bukan kepada terang, tetapi kepada api yang membakar jiwa.” (Itinerarium VII,6)

Bonaventura menunjukkan bahwa pendidikan bukan sekadar alat untuk memahami, tetapi untuk mengalami. Belajar bukan sekadar proses intelektual, melainkan jalan menuju penyatuan dengan Allah.

Dari Pengetahuan Menuju Pelayanan

Bagi Santo Bonaventura, belajar adalah tindakan spiritual. Ia percaya bahwa tidak ada pengetahuan yang benar tanpa kasih. Pengetahuan tanpa kasih akan melahirkan kesombongan; tetapi pengetahuan yang disertai cinta akan melahirkan pengabdian.

Pendidikan sejati, menurut Bonaventura, harus menjadikan kita lebih rendah hati, lebih peduli, dan lebih siap melayani. Belajar bukan untuk menjulang, melainkan untuk turun menyapa yang lemah. Maka, tujuan akhir dari proses akademik adalah perjumpaan dengan Allah dan sesama dalam kasih.

Dalam terang Santo Bonaventura, pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi pembentukan pribadi seutuhnya. Kutipannya yang terkenal, “Studium autem bonorum et virtutum radix est felici vitae”“semangat untuk kebaikan dan kebajikan adalah akar dari kehidupan yang bahagia.”

Kampus ini mengintegrasikan empat pilar UNESCO:

  • Learning to know – memperkaya pengetahuan.
  • Learning to do – mengasah keterampilan dan kemampuan praktik.
  • Learning to be – membentuk karakter dan kedewasaan pribadi.
  • Learning to live together – menumbuhkan semangat kebersamaan dalam keberagaman.

Dengan pendekatan ini, mahasiswa tidak hanya dibekali dengan kecakapan akademik, tetapi juga formasi spiritual dan moral. Dalam semangat Bonaventura, mahasiswa diajak menjadi pribadi yang mengajar bukan dari buku, tetapi dari hidupnya sendiri.

Membumikan Visi Sang Pujangga

Semangat Santo Bonaventura kini dihidupi di Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura (STP Bonaventura) di bawah naungan Keuskupan Agung Medan. Terletak di Delitua, kampus ini menjadi rumah formasi para calon pendidik agama Katolik dan pelayan pastoral yang dipanggil untuk menyinari umat dengan ilmu dan iman.

Dengan visi menjadi institusi unggul dalam pendidikan keagamaan Katolik yang berpijak pada ilmu pengetahuan, teknologi, dan spiritualitas pastoral, STP Bonaventura membentuk katekis dan pendidik yang reflektif, adaptif, dan siap terjun ke tengah umat dan masyarakat majemuk.

Empat misi utama yang dijalankan:

  1. Menyelenggarakan pendidikan berbasis IPTEKS dalam semangat pastoral.
  2. Mengembangkan penelitian humaniora dan etika untuk solusi konkret.
  3. Melakukan pengabdian masyarakat secara kontekstual dan bertanggung jawab.
  4. Menjalin kerja sama strategis di tingkat nasional dan internasional.

STP Bonaventura juga menghidupi nilai-nilai dasar yang dirangkum dalam akronim BONAVENTURA, yaitu:

  • Bersumber pada Kristus
  • Oase kehidupan Gereja dan bangsa
  • Nasionalis
  • Agamais
  • Visioner
  • Etos kerja
  • Nilai luhur
  • Teguh
  • Unggul
  • Rela berkorban
  • Amal bakti

Nilai-nilai ini tidak hanya menjadi semboyan, tetapi menjadi napas kehidupan kampus—menyatu dalam kegiatan belajar, spiritualitas harian, dan cara sivitas akademika menghayati panggilan mereka.

Semoga STP Santo Bonaventura KAM terus menjadi lumen fidei—cahaya iman—yang membimbing umat dalam menjawab tantangan zaman. Di tengah dunia yang haus akan kebenaran, cinta, dan pelayanan, STP Bonaventura diharapkan terus mencetak pendidik dan pelayan Gereja yang berpikir jernih, bertindak penuh kasih, dan berakar kuat dalam iman.

Dengan Santo Bonaventura sebagai pelindung dan teladan, STP ini bukan hanya institusi pendidikan, melainkan altar tempat ilmu, iman, dan kasih menyatu—bagi Gereja, bagi bangsa, dan bagi dunia. (*)

Penulis: Alek Martin Pakpahan, mahasiswa STP St. Bonaventura KAM

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Keuskupan Agung MedanSanto Bonaventura
Comments (0)
Add Comment