Paus Leo XIV : Tidak Ada yang Terlahir Sebagai Juara atau Orang Suci

Paus Leo XIV mengenang Beato Pier Giorgio Frassati, santo pelindung para atlet, yang akan dikanonisasi pada 7 September 2025.

Vatican, Katolikana.news – Paus Leo XIV mengungkapkan bahwa olahraga dapat menjadi “sarana rekonsiliasi dan perjumpaan.”

Hal itu disampaikan Paus Leo XIV di Basilika Santo Petrus di hadapan ribuan atlet dari berbagai tingkat, latar belakang, dan cabang olahraga serta para peziarah, pada hari Minggu (15/6/2025).

Paus Leo XIV memimpin Misa untuk menutup Yubileum Olahraga dan merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus.

Dilansir dari VaticanNews, dalam homili, Paus Leo XIV mengajak merenungkan betapa “tidak lazim” menghubungkan antara Tritunggal Mahakudus dan olahraga.

Namun, Paus menunjukkan bahwa dalam beberapa hal setiap aktivitas manusia yang baik mencerminkan keindahan Tuhan yang tak terbatas. “Olahraga tentu saja merupakan salah satunya.”

“Olahraga, lanjut Paus Leo XIV, dapat membantu kita berjumpa dengan Tuhan karena olahraga menantang kita untuk berhubungan dengan orang lain dan dengan orang lain, tidak hanya secara lahiriah tetapi terutama juga secara batiniah.”

“Jika tidak, olahraga menjadi tidak lebih dari sekadar kompetisi kosong dari ego yang besar.”

Paus Leo XIV menyapa para peziarah dan atlet di Basilika Santo Petrus untuk Misa Yubileum Olahraga (Foto Vatican Media)

Menuntut untuk Memberi

Bapa Suci mengungkapka pada acara olahraga, kata Italia yang digunakan penonton untuk menyemangati atlet adalah “dai”, yang secara harafiah berarti “memberi”.

“Olahraga lebih dari sekadar pencapaian fisik,” kata Paus Leo XIV.

“Olahraga menuntut para atlet untuk memberikan diri mereka bagi orang lain, untuk peningkatan pribadi, bagi para pendukung atletik, bagi orang-orang yang dicintai, pelatih dan kolega, bagi masyarakat luas, dan bahkan bagi para lawan.”

“Seperti yang dikatakan Paus St. Yohanes Paulus II, seorang atlet perlu menyadari bahwa olahraga adalah kegembiraan hidup, permainan dan perayaan. Olahraga harus dipupuk dengan mengembalikan kemurahan hati, kemampuan untuk menjalin ikatan persahabatan, kemampuan untuk mendorong dialog dan keterbukaan terhadap orang lain,” ungkap Paus Leo XIV.

Paus Leo XIV memimpin Misa untuk menutup Yubileum Olahraga (Foto Vatican Media)

Tantangan Kesendirian

Paus Leo kemudian menyarankan tiga hal yang menjadikan olahraga sebagai cara yang baik untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan dan Kristiani untuk menghadapi tantangan kesendirian, masyarakat digital, dan kompetisi.

Pertama, tantangan kesendirian menjadi fenomena yang menandai masyarakat saat ini, karena ada pergeseran penekanan dari “kita” menjadi “saya”. Hal ini menyebabkan berkurangnya perhatian terhadap orang lain.

Namun, olahraga dapat menawarkan solusi untuk mengatasi penurunan berkurangnya perhatian bagi orang lain. Paus menyoroti bagaimana olahraga mengajarkan nilai kerja sama dan berbagi.

Oleh karena itu, olahraga dapat “menjadi sarana penting untuk rekonsiliasi dan perjumpaan: antara masyarakat dan dalam komunitas, sekolah, tempat kerja, dan keluarga.”

Kedua, tantangan peralihan masyarakat digital dengan teknologi yang terus berkembang dan dihadapi setiap hari. Paus Leo XIV menekankan bahwa olahraga dapat membantu melawan dampak teknologi yang dapat memecah belah manusia.

Olahraga menawarkan alternatif bagi dunia virtual dan membantu “menjaga kontak yang sehat dengan alam dan kehidupan nyata, tempat cinta sejati dialami.”

Ketiga tantangan masyarakat yang kompetitif, yang – tampaknya- hanya memperjuangkan yang kuat.

Olahraga dapat mengajarkan cara bersikap ketika kalah. Olahraga memaksa untuk ‘menghadapi salah satu kebenaran terdalam dari kondisi manusia yakni kerapuhan, keterbatasan dan ketidaksempurnaan.’

“Hal ini penting karena melalui pengalaman-pengalaman inilah hati kita terbuka terhadap harapan,” kata Paus Leo XIV

Selanjutnya Paus Leo XIV mengemukakan bahwa dalam olahraga – bisa jadi – ada atlet yang tidak pernah kalah atau melakukan kesalahan. Namun dalam olah raga kekalahan memberikan makna.

“Para juara bukanlah mesin yang berfungsi sempurna. Ini menandakan bahwa pria dan wanita sejati, tidak terkalahkan, ketika mereka jatuh, menemukan keberanian untuk bangkit kembali,” jelas Paus Leo XIV.

Tidak Seorang pun Terlahir Sebagai Juara

Paus Yohanes Paulus II bukanlah satu-satunya orang kudus yang menjadi atlet. Olahraga telah memainkan peran penting dalam kehidupan banyak orang kudus zaman modern – “baik sebagai disiplin pribadi maupun sebagai sarana penginjilan.”

Paus Leo XIV mengenang Beato Pier Giorgio Frassati, santo pelindung para atlet, yang akan dikanonisasi pada tanggal 7 September tahun 2025 ini.

Paus Leo XIV mengungkapkan bahwa kehidupan Beato Pier Giorgio Frassati menunjukkan kepada kita ‘tidak seorang pun terlahir sebagai juara, tidak seorang pun terlahir sebagai orang kudus.’ Itu adalah latihan harian dan membawa selangkah lebih dekat ke kejuaraan terakhir kita.

Agenda Yubileum Olahraga 14-15 Juni 2025 (Foto Ist.)

Kemenangan Terbesar Pertandingan

Sebagai penutup homili, Paus Leo XIV mengajak para atlet yang hadir merefleksikan sebuah misi dalam olahraga untuk mempersembahkan apa yang dijalani sebagai persembahan kepada Allah Tritunggal, demi kebaikan atlet dan demi kebaikan saudara-saudari atlet dan orang banyak.

“Mari kita mempercayakan diri kepada Bunda Maria yang akan membantu membimbing menuju kemenangan terbesar dari semua pertandingan, untuk memperoleh hadiah kehidupan kekal,” ajak Paus Leo XIV pada seluruh atlet yang hadir dan para peziarah. (*)

Katekis di Paroki Kleco, Surakarta

Beato Pier Giorgio FrassatiPaus Leo XIVSanto pelindung para atlet
Comments (0)
Add Comment