Paus Leo XIV: AI Harus Membantu Perkembangan Anak-anak dan Kaum Muda

Paus Leo XIV menyatakan prihatin terhadap kemungkinan penggunaan AI bagi perkembangan intelektual dan neurologis anak-anak dan kaum muda.

Vatican, Katolikana.com – Paus Leo XIV memperingatkan bahwa kecerdasan buatan, yang disebutnya sebagai “produk luar biasa dari kejeniusan manusia”, tak boleh mengabaikan martabat manusia.

Ia menekankan bahwa kemajuan teknologi, khususnya AI generatif, harus tetap menghormati perkembangan manusia yang utuh, terutama bagi anak-anak dan kaum muda yang masih dalam tahap pertumbuhan neurologis.

Meskipun AI telah membuka berbagai cakrawala baru—mulai dari kemajuan dalam riset kesehatan hingga percepatan penemuan ilmiah—Paus menyoroti sisi lainnya yang lebih mendalam.

Ia menyatakan bahwa teknologi ini juga menimbulkan pertanyaan serius tentang bagaimana pengaruhnya terhadap kapasitas manusia untuk terbuka pada kebenaran dan keindahan, serta kemampuan unik manusia dalam memahami dan menghadapi kenyataan.

Dilansir dari VaticanNews  Paus Leo XIV menyampaikan pengamatan ini dalam pesannya pada Konferensi Tahunan Kedua Roma tentang Kecerdasan Buatan yang diterbitkan pada hari Jumat (20/6/2025).

Paus mencatat kehadiran kecerdasan buatan “menunjukkan kebutuhan mendesak untuk melakukan refleksi serius dan diskusi berkelanjutan tentang dimensi etika yang melekat pada AI, serta tata kelola yang bertanggung jawab.”

Paus Leo XIV menyatakan kegembiraannya pada hari kedua berlangsung Konferensi di Istana Apostolik dan menyampaikan “sebuah indikasi yang jelas tentang keinginan Gereja untuk berpartisipasi dalam diskusi-diskusi yang secara langsung memengaruhi masa kini dan masa depan keluarga manusia.”

Tidak dipungkiri, AI menunjukkan potensi yang luar biasa memberi manfaat bagi keluarga manusia dengan perkembangan AI yang pesat, namun Paus memperingatkan, “kondisi ini menimbulkan pertanyaan yang lebih dalam” mengenai penggunaan teknologi secara tepat bagi masyarakat global untuk membentuk masyarakat yang lebih autentik, adil dan manusiawi.

Produk Kejeniusan Merupakan Alat

Meskipun AI “tidak diragukan lagi merupakan produk luar biasa dari kejeniusan manusia,” Paus menggarisbawahi, seperti yang dilakukan Paus Fransiskus di masa lalu, bahwa AI, “di atas segalanya, adalah ‘alat.’

Mengakui dan menghormati apa yang menjadi ciri khas manusia secara unik, sangat penting dalam acuan pembahasan kerangka etika secara memadai untuk tata kelola AI.

Paus Leo XIV menyatakan “Kita semua, saya yakin, prihatin terhadap anak-anak dan kaum muda, serta kemungkinan konsekuensi penggunaan AI terhadap perkembangan intelektual dan neurologis mereka.”

“Kaum muda kita,” tegasnya, “harus dibantu, dan tidak dihalangi, dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan dan tanggung jawab sejati,” menggarisbawahi bahwa mereka “adalah harapan kita untuk masa depan.”

“Kesejahteraan masyarakat,” tegasnya, “bergantung pada kemampuan mereka untuk mengembangkan bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan, dan untuk menanggapi tuntutan zaman dan kebutuhan orang lain dengan semangat yang bebas dan murah hati.”

Jangan Disamakan Kecerdasan Manusia

Bapa Suci mengakui, tidak ada generasi yang pernah memiliki akses cepat ke sejumlah informasi yang sekarang tersedia melalui AI.

“Namun sekali lagi, akses terhadap data — betapapun luasnya- tidak boleh disamakan dengan kecerdasan manusia, yang tentu saja “melibatkan keterbukaan seseorang terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam kehidupan dan mencerminkan orientasi terhadap kebenaran dan kebaikan.”

Meskipun AI telah digunakan dengan cara yang positif dan mulia untuk meningkatkan kesetaraan, Paus Leo XIV tetap memperingatkan tentang “kemungkinan penyalahgunaan AI untuk keuntungan pribadi dengan mengorbankan orang lain, atau lebih buruk lagi, untuk memicu konflik dan agresi.”

Mempertimbangkan Konsekuensi AI

Sementara itu, kata Paus, Gereja ingin berkontribusi pada diskusi dengan tenang dan terinformasi tentang pertanyaan-pertanyaan mendesak, dengan menekankan terutama perlunya mempertimbangkan konsekuensi AI dalam terang “perkembangan integral manusia dan masyarakat.”

Lebih lanjut Paus Leo XIV menyatakan bahwa Gereja perlu mempertimbangkan kesejahteraan pribadi manusia tidak hanya secara material, tetapi juga secara intelektual dan spiritual. Ini berarti menjaga martabat yang tidak dapat diganggu gugat dari setiap pribadi manusia dan menghormati kekayaan, keragaman budaya serta spiritualitas masyarakat dunia.”

“Pada akhirnya, manfaat atau risiko AI harus dievaluasi secara tepat menurut kriteria etika yang unggul dan berlaku,” kata Paus.

Paus Leo XIV juga mengingatkan masyarakat yang saat ini mengalami “kehilangan” atau “setidaknya gerhana” tertentu secara manusiawi.

Hal ini menjadi tantangan bersama untuk merenungkan secara lebih dalam tentang hakikat sejati dan keunikan martabat manusia bersama.

Generasi Muda Harus Dibantu

Pada akhirnya, Paus menekankan bahwa “kebijaksanaan sejati lebih berkaitan dengan pengakuan akan makna hidup yang sebenarnya, daripada ketersediaan data.”

Dalam konteks ini, Bapa Suci menyampaikan harapan agar Konferensi memberikan kesempatan antargenerasi untuk menjalani pelatihan kecerdasan buatan yang diperlukan.

Hal ini dimaksudkan agar kaum muda memungkinkan mengintegrasikan kebenaran ke dalam kehidupan moral dan spiritual mereka, sehingga mampu menginformasikan keputusan mereka,  yang matang dan membuka jalan menuju dunia yang lebih memiliki rasa solidaritas dan bersatu.

Akhirnya, Paus Leo XIV menyimpulkan, “Tugas yang dihadapi berkaitan AI tidaklah mudah, tetapi merupakan tugas yang sangat penting.” (*)

Katekis di Paroki Kleco, Surakarta

Artificial IntelligencePaus Leo XIV
Comments (0)
Add Comment