Delitua, Katolikana.com — Udara Sabtu pagi (21/6/2025) di Goa Maria Paroki St. Yosep Delitua terasa hangat oleh keheningan yang khusyuk.
Di tengah suasana itu, 92 mahasiswa STP St. Bonaventura KAM, dosen, dan staf kampus berkumpul dalam perayaan Ekaristi penutupan tahun akademik. Tapi ini bukan sekadar misa penutup semester. Ini adalah momen penting: perutusan mahasiswa semester 6 untuk Kuliah Kerja Nyata Pastoral (KKNP) dan semester 4 untuk Makro Teaching.
Misa dimulai pukul 08.35 WIB dan dipimpin oleh RP. Tri Chandra Fajariyanto, OFM Conv., dengan konselebran RP. Paulus Halek Bere, SSCC. Bacaan hari itu dari 2 Korintus dan Injil Matius terasa begitu pas: tentang iman yang tidak ragu, dan tentang “jangan khawatir akan hidupmu.”
Dalam homilinya, Romo Tri bicara blak-blakan soal kekhawatiran. Bukan untuk menyalahkan, tapi mengajak merenung.
“Kekhawatiran kita sering kali adalah tanda bahwa iman kita belum utuh. Kita percaya kepada Allah, tapi masih juga bersandar pada ego dan logika sendiri,” tegasnya. Di sinilah iman diuji: bukan di kelas teologi, tapi di lapangan pastoral.
Ia mengingatkan mahasiswa, “Allah sudah lebih dulu hadir di tempat kalian akan diutus. KKNP dan Makro Teaching bukan sekadar program kampus, ini panggilan.”
Mengutip Paus Fransiskus dalam Christus Vivit, ia menegaskan bahwa kita semua adalah misionaris sejauh kita sudah mengalami kasih Allah.
Perutusan Bukan Proyek, Tapi Proses Hidup
Makro Teaching bukan sekadar praktik mengajar, tapi latihan mencintai anak-anak lewat pewartaan. Sementara KKNP adalah ajang mahasiswa hadir dan menyapa umat, belajar dari realitas pastoral yang mungkin tidak diajarkan di buku. “Iman yang tumbuh di kelas kini diuji dalam kehidupan nyata,” ujar Romo.
Mahasiswa menyadari, mereka bukan hanya sedang menyelesaikan program studi, tetapi sedang dilatih menjadi pribadi yang tangguh, solider, dan berbelas kasih.
Salah satu mahasiswa berujar lirih seusai misa, “Kadang kami merasa takut dan tidak siap. Tapi setelah homili tadi, kami sadar: iman bukan soal tidak takut, tapi soal berani melangkah meski takut.” Ini bukan tentang menjadi hebat, tapi tentang percaya—bahwa Allah berjalan di depan.
RP. Tri juga menyentil bahwa banyak dari kita terjebak pada kekhawatiran karena lupa bahwa hidup itu bukan kontrol total. “Seperti burung pipit dan bunga bakung, kalian dipelihara Tuhan. Tugasmu bukan jadi yang terbaik, tapi jadi yang setia,” tegasnya.
Usai homili, para mahasiswa menerima pemercikan air suci dalam ritus perutusan. Ada rasa haru, tapi juga semangat baru. Suasana misa berakhir sekitar pukul 10.30 WIB, namun pesannya terus bergema: kita semua diutus.
Di ladang KKNP, di ruang kelas Makro Teaching, bahkan di rumah sendiri dan media sosial, setiap orang punya misi. Seperti kata Santa Teresa dari Kalkuta, “Saya hanyalah pensil kecil di tangan Tuhan yang sedang menulis surat cinta kepada dunia.”
Hari ini, di altar Delitua, kami memulai baris pertama dari surat cinta itu. Dan kami siap menulisnya, dengan tinta iman. (*)
Kontributor: Febriola Sitinjak, mahasiswa STP St. Bonaventura KAM
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.