Sebarkan Semangat Barnabas Sarikrama, Katekis Pertama di Jawa

Barnabas Sarikrama dibaptis pada 20 Mei 1904 di Muntilan oleh Rama Frans van Lith SJ.

Semarang, Katolikana.com–Bapak Ignatius Kardinal Suharyo membagikan kisah sosok Barnabas Sarikrama pada saat wawanhati sebelum Perayaan Ekaristi HUT ke-85 Keuskupan Agung Semarang (KAS) di GOR Jatidiri Semarang, Minggu (29/06/2025).

Barnabas Sarikrama dibaptis pada 20 Mei 1904 di Muntilan oleh Rama Frans van Lith SJ. Peristiwa baptisan massal di Sendangsono menandai titik balik yang penting untuk karya misi Jawa. Pada 14 Desember 1904, ada 171 penduduk Kalibawang yang dibaptis Rama van Lith di Sendangsono.

Rakyat Jelata yang Menjadi Penjala Jiwa

Di sebuah dusun sunyi bernama Jamblangan, Banjaroyo, Kalibawang, Kulon Progo, sekitar tahun 1874, lahirlah seorang bayi laki-laki yang kelak menorehkan jejak penting dalam sejarah iman Katolik di Nusantara.

Dia lahir dengan nama Sariman, dari rahim seorang ibu Jawa yang saat itu tengah meratapi kematian suaminya – ayah Sariman – bahkan ketika sang bayi baru berusia tiga bulan dalam kandungan.

Menurut adat istiadat setempat, anak yatim sejak dalam kandungan harus diserahkan kepada keluarga mertuanya. Begitu pula nasib Sariman kecil.

Ia tumbuh dalam budaya Jawa yang sarat tata krama dan kerendahan hati, menyimpan kegetiran hidup di balik senyum sederhana rakyat jelata. Namun, siapa sangka, kehidupan Sariman kelak akan berubah menjadi terang yang memandu ribuan orang menapaki iman Katolik.

Perjumpaan dengan Rama Van Lith 

Pada awal abad ke-20, ketika Pastor Van Lith, SJ memulai misi pendidikannya di Muntilan, Sariman tergerak hatinya. Saat itu ia sedang dirawat di Muntilan karena sakit pada tungkainya.

Di sanalah, di tengah proses penyembuhan fisik, jiwanya justru disembuhkan oleh kasih Kristus. Ia menyaksikan bagaimana Van Lith mengajar, mendidik, dan membimbing banyak orang tentang iman Katolik.

Setiap kata yang diajarkan Van Lith diserap Sariman dengan haus akan kebenaran. Ia pun semakin tekun mempelajari Kitab Suci dan ajaran Gereja.

Perlahan, benih iman itu tumbuh subur. Hingga pada hari raya Pentakosta, 20 Mei 1904, Sariman dibaptis oleh Pastor Van Lith di Muntilan. Ia menerima nama baptis Barnabas, sementara Van Lith memberinya nama baru Sarikrama – sebuah nama indah yang berarti “rakyat jelata yang mampu menerima inti sari ajaran Kristiani.”

Pada saat bersamaan, tiga tokoh masyarakat lain turut dibaptis: Suratirta dengan nama Lukas, Sukadrana dengan nama Markus, dan Surawijaya dengan nama Yokanan. Namun, Barnabas Sarikrama menjadi istimewa. Sebab setelah baptisan itu, ia menapaki jalan panggilan hidup sebagai katekis pribumi pertama di Pulau Jawa, bahkan Nusantara.

Katekis Pertama 

Keteguhan imannya menjadi magnet bagi banyak orang. Ia tak hanya menghidupi imannya secara pribadi, tetapi menyalurkannya dalam karya kerasulan. Ia mulai mengajar katekese kepada orang-orang di kampung halamannya. Perlahan, mertuanya, Lukas Suratirta, serta tokoh lain seperti Markus Sukadrana dan Yokanan Surawijaya, ikut tersentuh dan semakin mendalami iman Katolik.

Ketekunan dan kesetiaan Barnabas Sarikrama dalam melayani umat kecil di dusun-dusun terpencil diakui hingga ke Vatikan. Pada tahun 1928, Paus Pius XI menganugerahkan kepadanya Bintang Kehormatan “Pro Ecclesia et Pontifice”, penghargaan khusus bagi awam Katolik yang berjasa besar bagi Gereja dan Sri Paus.

Warisan Iman 

Barnabas Sarikrama mungkin bukan bangsawan atau tokoh besar di zamannya. Ia hanya rakyat biasa, yatim sejak dalam kandungan, hidup dalam keprihatinan. Namun, melalui dirinya, Allah menorehkan karya agung. Ia menjadi pionir katekis yang mewartakan kasih Kristus di tanah Jawa.

Kisah hidup Barnabas Sarikrama mengingatkan kita bahwa Tuhan kerap memilih mereka yang sederhana untuk membawa terang bagi banyak orang. Ia adalah saksi iman, sang penjala jiwa, yang menanamkan benih kekatolikan di hati rakyat Jawa, benih yang kini telah tumbuh menjadi pohon besar Gereja Katolik Indonesia.

Sebagaimana nama yang diberikan kepadanya, Sarikrama – rakyat jelata yang menerima inti sari ajaran Kristiani – ia telah membuktikan bahwa Kerajaan Allah hadir melalui mereka yang rendah hati, setia, dan rela diutus, di ladang pelayanan yang tak pernah sepi dari tantangan zaman. (*)

Katekis di Paroki Kleco, Surakarta

Barnabas SarikramaKardinal Suharyo
Comments (0)
Add Comment