Tanah Jawa, Katolikana.com – Di tengah dunia yang bergerak cepat dan cenderung melupakan yang rapuh, Gereja Katolik Paroki Kristus Raja Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, justru menunjukkan arah sebaliknya.
Sebanyak 257 lansia dari berbagai stasi, Sabtu (19/7/2025) lalu, berkumpul dalam sebuah momen kasih yang menyentuh: Pelayanan Kasih untuk Lansia. Sebuah pengakuan nyata bahwa kasih tidak pernah usang—dan usia bukan alasan untuk berhenti bermimpi.
Acara dimulai pukul 09.00 WIB dengan Perayaan Ekaristi, dipimpin oleh RD Parlindungan Sinaga dan konselebran RD Martin Marbun. Wajah-wajah lansia yang dipenuhi syukur dan damai menjadikan misa ini terasa istimewa.
Bacaan dari Keluaran 12 menggambarkan perjalanan umat Israel sebagai gambaran kehidupan lansia yang penuh kesetiaan. Bacaan Injil dari Lukas 12 menegaskan kembali pentingnya membangun kekayaan di hadapan Allah, bukan semata mengejar materi.
RD Martin dalam homilinya menyampaikan pesan penuh harapan: “Masa tua bukan waktu untuk menyerah, melainkan saat untuk tetap berbuah.” Pesan ini sejalan dengan seruan Amoris Laetitia (191–193) dari Paus Fransiskus, yang mengingatkan Gereja untuk tidak membuang mereka yang menua, tetapi justru mengundang mereka dalam pelukan komunitas.
Pendampingan Lintas Generasi
Para lansia tidak datang sendiri. Mereka disambut dan didampingi oleh generasi muda yang setia melayani, mendengar cerita hidup mereka, dan menerima kebijaksanaan yang disampaikan tanpa kata-kata. Inilah Gereja yang hidup: saat yang muda belajar dari yang tua, dan yang tua menyadari bahwa mereka tetap dibutuhkan dan dicintai.
Usai misa, kegiatan dilanjutkan dengan seminar kesehatan bertema “Hipertensi pada Lansia” oleh tim RS Harapan Pematang Siantar. Direktur RS, dr. Evelin Simarmata, hadir bersama perwakilan Puskesmas Tanah Jawa dan Hatonduhan. Pemeriksaan kesehatan dilakukan dengan suasana penuh kehangatan, bukan hanya sebagai tindakan medis, tapi sebagai wujud kepedulian dan kasih lintas profesi.
Bingkisan Kasih untuk Para Penjaga Doa
Tak lengkap tanpa ungkapan terima kasih. Setiap lansia menerima cendera mata, bukan karena nilainya, tapi karena makna kasih yang tersimpan di dalamnya. Bagi Gereja, mereka bukan sekadar statistik atau nama dalam daftar umat—mereka adalah penjaga doa, pilar iman, dan teladan kesetiaan.
“Saya merasa seperti disambut kembali oleh Gereja,” ujar Opung Suhut Purba (78), lansia tertua dari Stasi Santa Maria Diangkat ke Surga. “Rasanya diberi semangat baru untuk tetap bersyukur dan bermimpi, meski sudah tua.”
Gereja Tidak Melupakan
Kegiatan ini bukan sekadar program tahunan, tetapi wajah konkret dari Gereja yang peduli. Seperti tertulis dalam Amoris Laetitia, para lansia adalah warisan hidup dan ingatan spiritual. Gereja hadir sebagai ruang di mana tak ada yang dilupakan—sekalipun tubuh melemah dan suara menjadi lirih, kasih tetap menguat.
Di wajah keriput para lansia yang menadahkan tangan dalam doa, Gereja belajar satu hal yang tak lekang oleh waktu: kasih tidak pernah pudar. Ia justru menjadi terang yang makin kuat, semakin bertambah ramah seiring usia. (*)
Kontributor: Febzriola Sitinjak, Mahasiswa STP St. Bonaventura KAM
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.