Surakarta, Katolikana com -Semangat sinodalitas merupakan cara hidup dan bekerja bersama dalam Gereja Katolik.
Semangat sinodalitas diwujudkan dalam tata gerak, tata kelola dan langkah bersama yang menekankan pentingnya persekutuan, partisipasi, dan dialog di antara semua anggota Gereja dalam menjalankan misi, pastoral maupun pelayanan serta mencari kehendak Tuhan.
Berjalan bersama tidak hanya dalam kehidupan tata peribadatan dan liturgi serta kegiatan rohani namun juga dalam kegiatan jasmani, memelihara dan merawat pertumbuhan fisik secara sehat.
Semangat sinodalitas, dialog dan mendengarkan serta memutuskan bersama menjadi cara yang dijalani Panitia HUT ke 40 atau Panca Windu Santo Paulus Kleco Surakarta.
Panitia merumuskan berbagai kegiatan dan satu diantaranya “Mlaku Bareng” atau “Berjalan Bersama” untuk memaknai tema “Berani Diutus, Ngrangkul lan Gemati.”
Kegiatan “Mlaku Bareng” melibatkan banyak umat, rekreatif serta menumbuhkan kebiasaan hidup sehat dengan jalan kaki. Kegiatan ini diikuti lebih dari 1.000 umat, baik orang muda, dewasa, lansia dan juga balita.
Tempat digelarnya kegiatan “Mlaku Bareng” di Taman Balekambang, Sabtu (26/7/2025). Tempat ini dulu dikenal dengan kesenian rakyat untuk pementasan seni Kethoprak dan Wayang Orang. Sekarang tempat ini semakin menawan untuk kegiatan olah raga jalan kaki dan gelaran seni.
Kegemberiaan, suka cita dan percakapan diantara umat terjalin saat kegiatan ini berlangsung.
“Semangat sinodalitas menjadi gerak bersama Gereja dalam hidup rohani maupun karya pelayanan. Sinodalitas juga menjadi gerak, berjalan bersama, dalam wujud fisik atau memelihara hidup jasmani melalui “Mlaku Bareng”.
Pikiran, hati, dan budi kita, kita arahkan untuk mencapai tujuan bersama. Kita arahkan untuk mewujudkan peradaban kasih seperti ajakan Keuskupan Agung Semarang yang tertuang dalam Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang,” kata Romo Aloysius Kriswinarto, MSF Kepala Paroki Santo Paulus Kleco saat membuka kegiatan “Mlaku Bareng” HUT ke-40 Paroki Kleco di Taman Balekambang Surakarta.
Melewati Jembatan Lingkar
Romo Bernardinus Haryasmara, MSF pada kesempatan “Mlaku Bareng” mengibarkan bendera “start” sebagai tanda dimulainya “Mlaku Bareng” menyusuri jalan di Kompleks Taman Balekambang”
Peserta jalan sehat, sambil menghirup udara segar waktu pagi hari, jam 06.30 – 07.30, berjalan di Taman Balekambang mengitari kolam, melewati jembatan lingkar dan taman serta tempat pemeliharaan rusa yang menjadi ciri khas taman Balekambang.
Panggung Terbuka Balekambang
Panitia “Mlaku Bareng” pada gelaran ini menyiapkan panggung terbuka yang ada di Balekambang untuk memeriahkan acara dengan menyanyi dan joget bersama serta pembagian door prize.
Salah satu bentuk keakraban yang terjalin dan nampak dalam acara ini yaitu dilakukan sarapan bersama dengan menu nasi soto dan nasi pecel lengkap dengan lauk.
Umat dengan rileks dan gembira nampak menikmati hidangan yang disediakan. Tampak bersama duduk di depan panggung Romo Kriswinarto, Romo Ariestanto dan Romo Tjuk.
Meneguhkan Semangat Kekeluargaan
Bonifasius Cahyo Tri Nugroho sebagai ketua panitia HUT 40 Tahun Paroki dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas terlaksananya acara “Mlaku Bareng” yang didukung banyak pihak dan umat yang berpartisipasi.
“Semoga acara ‘Mlaku Bareng’ memberi kesan mendalam dalam mensyukuri HUT dan dapat meneguhkan semangat kekeluargaan di Paroki Kleco,” ungkap Bonifasius Cahyo Tri Nugroho.
Hari untuk Keluarga
Acara “Mlaku Bareng” sebagai penanda sinodalitas bagi umat Paroki Kleco juga menjadi hari keluarga. Hal ini nampak dari peserta yang mengikuti acara hadir bersama ayah, ibu dan anak.
Pemeriksaan Kesehatan
Acara “Mlaku Bareng” didukung dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan bagi umat. Kegiatan ini didukung oleh 3 Puskesmas yakni Puskesmas Pajang, Puskesmas Gilingan, dan Puskesmas Jayengan serta dari Poliklinik Paroki dan RS Brayat Minulya (menyediakan meja dan kursi untuk pemeriksaan). Lebih dari 200 orang umat memeriksakan kesehatannya dalam acara ini.
Bersama Dalam Ruang Publik
Taman Balekambang merupakan tempat yang nyaman untuk jalan pagi.
Selain umat Paroki Kleco saat bersamaan juga hadir pengunjung lain masyarakat sekitar.
Selain beraktivitas di ruang terbuka seperti rute jalan di dalam taman dan di panggung terbuka seperti yang dilakukan Paroki Kleco, terdapat juga kegiatan warga masyarakat yang menggunakan joglo yang ada di taman.
Salah satu joglo yang menampakkan aktivitas warga masyarat tampak beberapa anak-anak yang sedang belajar menggambar di Joglo Bale Pinilih. Mereka berasal dari Kelompok “Rayakan Art Class.”
Kegiatan umat yang mengambil tempat dalam ruang publik menjadi pengalaman bermakna sekaligus meneguhkan bahwa umat merupakan warga yang berkesempatan bersama menggunakan ruang publik untuk kegiatan non kerohanian. (*)
Katekis di Paroki Kleco, Surakarta