Deli Serdang, Katolikana.com – Umat Katolik Stasi Santa Monika Ujung Jawi, Paroki St. Yohanes Paulus II Namopecawir, merayakan pesta pelindung stasi sekaligus menggalang dukungan untuk pembangunan gereja tahap kelima.
Perayaan ini berlangsung pada Minggu (7/9) di Gereja Stasi Ujung Jawi, Desa Namo Bintang, Pancur Batu, Deli Serdang.
Pesta pelindung tahun ini mengangkat tema Injil Lukas 14:27: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”
Subtemanya: “Meneladani St. Monika yang setia memikul salib, kita bersatu hati berkorban dan bekerja sama membangun Gereja Stasi St. Monika sebagai tanda kasih dan iman.”
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pastor Paroki, RP. Andreas Elpian Gurusinga, OFMConv., dan dihadiri suster-suster, pengurus Dewan Pastoral Paroki Harian (DPPH), serta ratusan umat dari tiga lingkungan dengan total sekitar 80 kepala keluarga.
Fokus pada Pembangunan Gereja
Pesta pelindung tahun ini diarahkan untuk mendukung pembangunan gereja yang sudah berdiri sejak 1988. Kini, pembangunan tahap kelima telah mencapai sekitar 70 persen.
Tahapan berikutnya mencakup pemasangan plafon, menara dan lonceng, pengadaan bangku dan sound system, ruang sakristi, gudang, sacrarium, ruang pengakuan dosa, patung Maria dan Yesus, pakaian petugas liturgi, aula, hingga perlengkapan liturgi lainnya.
Menurut panitia, dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan mencapai sekitar Rp800 juta. Upaya penggalangan dilakukan melalui iuran umat per keluarga, gotong royong, dan dukungan donatur.
Perayaan yang Sederhana
Meski fokus pembangunan cukup besar, pesta pelindung digelar dengan sederhana dan penuh kekeluargaan. Setelah Misa, umat mengikuti ramah tamah dengan pemotongan kue, lelang makanan khas Batak, buah-buahan, dan lemang, serta hiburan tari-tarian dari tiga lingkungan dan Remaja Katolik.
Suster Veneranda Sembiring, SFD, selaku Seksi Liturgi, mengapresiasi keterlibatan umat. “Mari kita terus belajar supaya setiap perayaan Ekaristi maupun ibadat sabda berjalan dengan baik, demi kemuliaan Tuhan dan kebahagiaan umat-Nya,” katanya.
Petrus Martua Sinaga dari DPPH menegaskan bahwa pembangunan ini hasil kerja keras umat stasi dengan dukungan paroki. Namun, ia juga mengingatkan masih ada stasi lain yang tengah membangun gereja.
Pastor Andreas Gurusinga menambahkan, semangat sinodalitas penting dalam proses ini. “Mari kita bahu-membahu membangun iman umat sekaligus tempat ibadah bersama, dengan suka dan duka yang kita jalani bersama,” ujarnya.
Sementara itu, Darlan Tinambunan mewakili Stasi St. Petrus Pancur Batu menyerahkan bantuan dana dan mengingatkan teladan Santa Monika sebagai pendoa yang setia. “Semoga umat Stasi ini semakin kompak bersatu dan saling bekerja sama melanjutkan pembangunan,” katanya.
Sejarah dan Arah ke Depan
Ketua Dewan Pastoral Stasi, Bengkel Sembiring, mengingatkan sejarah Stasi Monika Ujung Jawi yang lahir dari pemekaran Stasi St. Petrus Pancur Batu pada akhir 1980-an. Bangunan awal berdinding tepas bahkan sempat roboh diterpa angin sebelum kembali dibangun pada 1990. Kini, umat berjumlah sekitar 300 jiwa yang tergabung dalam tiga lingkungan.
Gereja berdiri di atas lahan 27 x 61 meter dengan bangunan utama berukuran 12 x 25 meter. Total biaya pembangunan ditaksir Rp1,8 miliar, dengan kekurangan sekitar Rp800 juta.
Bengkel Sembiring menyebut, perjuangan umat kini tidak hanya membangun fisik gereja, tetapi juga membangun komunitas yang solid.
“Kami terus berupaya penuh menggalang dana dan tenaga agar Gereja Stasi St. Monika dapat berdiri megah, menjadi pusat iman bagi umat di sekitar Pancur Batu–Delitua,” ungkapnya. (*)
Kontributor Katolikana, tinggal di Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat Medan, Keuskupan Agung Medan.