Bogor, Katolikana.com – Krisis ekologis yang semakin nyata mendorong Gereja Katolik mengambil langkah nyata di bidang pendidikan.
Gerakan Laudato Si’ Indonesia (GLSI) bersama Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) meluncurkan Modul Pendidikan Laudato Si’ di Sentul City, Bogor, pada Minggu (7/9/2025), bertepatan dengan perayaan 10 tahun ensiklik Laudato Si’.
Peluncuran dilakukan oleh Uskup Bogor sekaligus Sekretaris KWI, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM, bersama Uskup Tanjung Karang, Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo.
“Semoga modul ini membantu guru dan murid bertumbuh menjadi manusia-manusia ekologis, yang setia mencintai Tuhan, sesama, dan seluruh alam ciptaan,” ujar Mgr. Paskalis.
Pendidikan sebagai pintu masuk
Ensiklik Laudato Si’ karya Paus Fransiskus tahun 2015 menekankan pentingnya pertobatan ekologis. Pendidikan dinilai sebagai pintu masuk yang paling strategis.
“Sekolah adalah ruang pembentukan karakter setelah keluarga. Kalau sejak awal anak-anak dibiasakan peduli bumi, mereka akan tumbuh menjaga ciptaan,” kata Sr. Vincentia HK, koordinator penyusunan modul.
Disusun 9 bulan, melibatkan 32 guru
Modul ini lahir dari kerja kolaboratif selama sembilan bulan, dengan arahan Pater Darmin Mbula, OFM, Ketua Presidium MNPK. Sebanyak 32 guru dari berbagai yayasan pendidikan Katolik—Kanisius, Tarakanita, Ursulin, Strada, HK dan lain-lain—terlibat aktif.
Modul terdiri dari empat buku sesuai jenjang pendidikan: TK, SD, SMP, dan SMA/SMK. Ada sembilan tema utama yang diajarkan, yakni air, tanah, udara, hewan, pohon, tubuh, makanan, rumah, dan damai.
Selain pemahaman konseptual, modul juga memberi contoh praktik sederhana, seperti menghemat air, menanam pohon, memilah sampah, dan membuat proyek lingkungan di sekolah.
Membentuk karakter ekologis
Menurut Rm. Darmin Mbula, OFM, modul ini tidak hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga moral, spiritual, dan relasional.
“Bahan ajar ini menerjemahkan semangat ekologi integral ke dalam pendidikan yang transformatif. Fokusnya pada pembentukan karakter ekologis—membentuk sikap peduli, empati, dan tanggung jawab terhadap lingkungan,” jelasnya.
Tujuannya, murid tidak hanya memahami isu lingkungan, tetapi juga tumbuh menjadi agen perubahan yang berpegang pada nilai kesederhanaan, solidaritas, dan spiritualitas ekologis.
Perayaan 10 tahun Laudato Si’
Peluncuran modul ini menjadi bagian dari perayaan nasional 10 tahun Laudato Si’ di Padepokan Voli dan Graha Bina Humaniora, Sentul City, Bogor, 5–7 September 2025.
Rangkaian acara meliputi Misa pembukaan yang dipimpin Rm. Ignatius Ismartono, SJ, diskusi panel dengan narasumber seperti Rm. Martin Harun, OFM, RD Yoseph Irianto Segu, Bruder Timur, OFM, dan Bapak Sonny Keraf, mantan Menteri Lingkungan Hidup.
Ada juga workshop, talkshow, pameran produk ramah lingkungan, bazaar UMKM, serta penanaman pohon oleh Mgr. Paskalis Bruno dan Rosa Vivien Ratnawati dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Sebanyak 150 peserta hadir, mewakili 11 keuskupan: Medan, Palembang, Lampung, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Manado, dan Balikpapan.
Modul untuk semua
Meski diluncurkan di sekolah-sekolah Katolik, modul ini bersifat inklusif dan dapat dipakai secara luas.
“Laudato Si’ bukan hanya untuk orang Katolik, tetapi untuk seluruh umat manusia. Maka modul ini mestinya bisa digunakan di semua sekolah,” tegas Sr. Vincentia.
Peluncuran Modul Pendidikan Laudato Si’ menandai langkah penting Gereja di Indonesia dalam menjawab krisis ekologis melalui pendidikan.
Dari sekolah-sekolah Katolik, benih kesadaran ekologis diharapkan tumbuh, menghasilkan generasi baru yang peduli bumi, setia menjaga ciptaan, dan menghidupi iman melalui tindakan nyata merawat rumah bersama.
Gerakan Laudato Si’ Indonesia
Koordinator Tim Kerja Nasional Gerakan Laudato Si’ Indonesia (TKN GLSI) Cyprianus Lilik K.P. menjelaskan Gerakan Laudato Si’ Indonesia (GLSI) sendiri merupakan gerakan dan jaringan global yang terinspirasi oleh ensiklik Laudato Si’ dari mendiang Paus Fransiskus tahun 2015, sebuah dokumen yang menyerukan kepedulian terhadap lingkungan dan keadilan iklim.
GLSI mendorong adanya pertobatan ekologis dan perubahan gaya hidup, menginspirasi dan mengaktifkan komunitas-komunitas untuk merawat bumi, rumah kita bersama, untuk mencapai ‘keadilan iklim dan ekologis’ (climate and ecological justice).
Ensiklik Laudato Si adalah salah satu ensiklik besar yang gaungnya bukan hanya di dalam gereja, tetapi juga di luar gereja, melampau batas-batas konvensional.
Laudato Si menjadi pendorong penting bagi gerakan lingkungan saat ini, dan mengundang seluruh umat manusia di planet ini untuk bersama bergerak dalam semangat dialog merawat ibu bumi. (*)
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.