Kisah Panggilan Para Imam Baru OFMConv: Dari Ladang Hidup ke Ladang Tuhan

Medan, Katolikana.com – Tahbisan sembilan imam baru Ordo Saudara Dina Konventual (OFMConv) di Padang Bulan, Medan, Sabtu (20/9/2025), bukan hanya sebuah perayaan liturgis. Ia adalah puncak perjalanan panjang, berliku, penuh air mata, doa, dan pengorbanan.

Dari keluarga sederhana

Banyak di antara mereka datang dari keluarga sederhana. Orang tua yang sehari-hari bekerja sebagai petani atau pedagang kecil menanamkan iman lewat doa Rosario di rumah, keteladanan hidup, dan kesetiaan mengikuti Ekaristi Minggu. Dari sana benih panggilan tumbuh.

“Saya belajar dari ayah dan ibu yang tidak pernah lelah berdoa, meski hidup sederhana. Itulah sekolah panggilan pertama saya,” ungkap salah satu imam baru.

Proses panjang formasi

Perjalanan menuju imamat bukan hal instan. Mereka menempuh jalan panjang: masa aspirantat, novisiat, hingga studi filsafat-teologi. Tak jarang mereka mengalami krisis: kerinduan pada keluarga, tekanan studi, atau pergumulan batin apakah benar Tuhan memanggil mereka.

Frater Ricky Siburian misalnya, pernah nyaris menyerah di tengah formasi. Tetapi sebuah pengalaman doa pribadi menguatkannya.

“Dalam keheningan kapel, saya merasa Tuhan berkata: jangan takut, Aku bersamamu. Sejak itu, saya yakin melangkah,” kenangnya.

Pelayanan pastoral: belajar dari umat

Masa Tahun Orientasi Pastoral (TOP) juga menjadi bagian penting. Di paroki, mereka belajar hidup di tengah umat: mendampingi orang sakit, mengajar katekese anak, hingga memimpin doa lingkungan. Dari umat, mereka belajar arti kesederhanaan, kerelaan berkorban, dan iman yang teguh meski dalam keterbatasan.

“Di sebuah stasi terpencil, umat berjalan kaki berjam-jam hanya untuk ikut Misa. Dari mereka saya belajar: cinta kepada Tuhan tak mengenal jarak,” tutur RP. Aurelius Gustardi.

Janji setia

Tahbisan menjadi puncak sekaligus titik awal. Dalam janji setia imamat, mereka berkomitmen menghidupi kaul kemiskinan, ketaatan, dan kemurnian, serta mempersembahkan diri sepenuhnya bagi pelayanan umat.

RP. Hyasintus Zulsan Simatupang, mewakili rekan-rekan imam baru, menegaskan:
“Kami mau membiarkan diri kami dibakar oleh Sabda Allah setiap hari, melayani hingga ke akar rumput. Kami sadar, tugas imam bukan mencari kenyamanan, tetapi menghadirkan kasih Kristus bagi siapa saja.”

Kisah di Balik Tahbisan: Sembilan Imam Baru OFMConv

  1. RP. Juan Alfredo Kaban, OFMConv

Putra Paroki St. Fransiskus Assisi Berastagi ini dikenal ramah dan suka mendengar. “Saya ingin jadi imam yang selalu hadir di tengah umat, terutama yang sederhana,” katanya.

2. RP. Alexius Ivo Tarigan, OFMConv

Dikenal enerjik, Ivo menjadi favorit kaum muda. “Imam harus dekat dengan OMK. Dari mereka, saya belajar semangat dan harapan akan masa depan Gereja,” ujarnya.

3. RP. Satya Graha Maximilianus Ginting, OFMConv

Satya bercita-cita memperkuat katekese anak. “Iman yang kokoh berawal dari masa kecil. Anak-anak adalah ladang yang tak boleh diabaikan,” katanya.

4. RP. Hyasintus Zulsan Effendi Simatupang, OFMConv

Dalam sambutan mewakili rekan-rekan imam baru, ia berkata: “Kami ini imam yang mau dibakar oleh Sabda Allah setiap hari, untuk melayani hingga ke akar rumput.”

5. RP. Agustinus Kolo, OFMConv

Imam asal NTT ini pernah menjalani pastoral di daerah terpencil. “Saya ingin Gereja selalu ada bagi umat di pinggiran,” tegasnya.

6. RP. Antonius Son, OFMConv

Dikenal akademis, ia ditugaskan menjadi dosen STP. “Mengajar adalah bagian dari pelayanan. Ilmu harus dipersembahkan untuk membentuk imam-imam masa depan,” katanya.

7. RP. Kornelius Anton Kefi, OFMConv

Sang ayah, dengan mata berkaca-kaca, berkata: “Hari ini puncak perjuangan, tapi juga awal perjalanan baru. Doakan putra-putra kami tetap setia.”

8. RP. Ricky Ignasius Siburian, OFMConv

Pernah hampir menyerah dalam formasi, kini ia bersyukur tetap setia. “Tuhan berkata: jangan takut, Aku bersamamu. Itu jadi kekuatan saya,” kenangnya.

9. RP. Aurelius Gustardi, OFMConv

Dari umat kecil, ia belajar arti iman sejati. “Umat berjalan kaki berjam-jam demi Misa. Dari mereka saya belajar cinta sejati kepada Tuhan,” katanya.

Harapan bagi Gereja

Tahbisan ini adalah rahmat luar biasa bagi Gereja Indonesia. Kehadiran imam-imam muda berarti tenaga baru bagi pelayanan pastoral di tengah tantangan zaman: sekularisasi, kemiskinan, ketidakadilan sosial, dan kebutuhan mendesak akan saksi kasih.

Seperti kata Minister Provinsial, RP. Maximilianus Kalef Sembiring, OFMConv: “Allah tidak pernah meninggalkan Gereja-Nya. Imam-imam baru adalah tanda kasih Allah yang terus bekerja. Mereka diutus menjadi saksi damai, teladan kasih, dan pewarta sukacita Injil.”

Pesan dari Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap:
“Jadilah gembala sejati, yang lebih mencintai kawanan daripada dirinya sendiri. Berjalanlah bersama umat: kadang di depan untuk menuntun, kadang di tengah untuk mendengar, kadang di belakang untuk menopang. (*)

Kontributor Katolikana, tinggal di Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat Medan, Keuskupan Agung Medan.

Imam baruOFMConvPentahbisan ImamTahbisan
Comments (1)
Add Comment
  • Regina

    semoga mereka setia sampai akhir