Semarang, Katolikana.com – Puncak perayaan syukur 100 tahun berdirinya kongregasi Biarawati Karya Kesehatan (BKK), atau dikenal secara internasional sebagai Medical Mission Sisters (MMS), diselenggarakan secara meriah di Gereja St. Paulus, Sendangguwo, Semarang, Kamis (2/10/2025).
Perayaan ekaristi ini tidak hanya menandai satu abad pelayanan, tetapi juga diwarnai oleh tiga peristiwa kaul penting.
Tiga Peristiwa Kaul Istimewa
Ekaristi syukur dipimpin oleh Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko dan didampingi oleh sejumlah imam, termasuk Pastor Paroki St. Paulus Sendangduwo, Rm. Alexander Erwin Santoso, MSF, Rm. Ignatius Wignasumarta, MSF, dan Rm. Robertus Agung Suryanto, OFM.
Perayaan ini menjadi lebih istimewa dengan hadirnya tiga pestawati, yaitu perayaan pesta emas hidup membiara Sr. Theresia Bueng Kareba, BKK, pesta perak Sr. Emiliana Rahankey, BKK, dan pengikraran kaul sementara Sdri. Julia Rumemba.
Selain itu, Ekaristi tersebut juga dihadiri oleh Kardinal Julius Riyadi Darmaatmaja, SJ, serta para Romo, Bruder, dan Suster dari berbagai kongregasi.
Undangan yang hadir berasal dari berbagai daerah di Keuskupan Agung Semarang (KAS), Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Keuskupan Bandung, hingga Keuskupan Agung Makasar.
Berjalan Bersama dalam Pengharapan
Dalam homilinya, Mgr. Rubiyatmoko menyoroti tema perayaan, “Berjalan bersama dalam pengharapan menuju hidup baru yang utuh”, yang bertepatan dengan Pesta Para Malaikat Pelindung.
“Hari ini bersama Gereja kita merayakan pesta para Malaikat Pelindung. Dan bersama para Suster Kongregasi Kesehatan, merayakan 100 tahun berdirinya,” ujar Mgr. Rubi.
“Saya atas nama seluruh umat di Keuskupan Agung Semarang, mengucapkan selamat dan proficiat atas perayaan 100 tahun berdirinya Kongregasi Biarawati Karya Kesehatan,” tambahnya.
Uskup Agung Semarang itu mengajak seluruh anggota Kongregasi BKK untuk terus menjaga api karisma pelayanan kesehatan yang berbelaskasih sesuai semangat pendiri, Ibu Anna Dengel.
Para Suster dipanggil untuk terus hadir sebagai tanda sukacita, pengharapan, dan penyembuhan di tengah dunia yang penuh luka.
Transformasi Pelayanan BKK
Sejarah Kongregasi BKK di Keuskupan Agung Semarang (KAS) bermula pada tahun 1949 dengan pendirian balai pengobatan dan rumah bersalin berkapasitas enam tempat tidur, yang kini dikenal sebagai RS Brayat Minulya, Solo.
Namun, dalam perjalanannya, para Suster BKK membaca tanda-tanda zaman dan memilih untuk menyerahkan pengelolaan institusi rumah sakit kepada keuskupan setempat.
Mereka memperluas fokus pelayanan kepada masyarakat kecil, termasuk masyarakat di desa, keluarga miskin di pinggiran kota, para narapidana, lansia, penderita cacat, dan kaum difabel (KLMTD).
Sr. Bernadetta Rini Dwi Astuti, BKK, selaku Ketua Panitia Acara Puncak 100 Tahun Kongregasi BKK, menjelaskan langkah transformasi ini.
“Setelah BKK menyerahkan beberapa karya institusi di bidang kesehatan ke keuskupan setempat, BKK mengarahkan misinya pada KLMTD. Berjalan bersama masyarakat dan umat,” katanya.
“Berani melepaskan dan memulai yang baru, semangat pelayanan ini yang berkesan dalam perutusan kongregasi,” ujar Sr. Rini.
Keterbatasan Bukan Halangan untuk Melayani
Meskipun dihadapkan pada keterbatasan jumlah anggota, Sr. Rini menegaskan bahwa hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk memberikan diri seutuhnya bagi perkembangan Gereja.
Karisma BKK, yaitu “menjadi kehadiran aktif Yesus Sang Penyembuh,” diyakini akan menjawab tantangan dunia yang sedang menderita dan sakit. Kongregasi bertekad untuk terus antusias berbaur dengan karya pelayanan yang holistik di tengah umat.
Syukur atas 100 tahun pelayanan BKK semakin lengkap dengan pengikraran kaul sementara oleh Sdri. Julia Rumemba dari Toraja.
Sr. Julia berbagi bahwa pengalamannya disembuhkan dari keterlukaan oleh para Suster BKK adalah alasan utama ia memutuskan untuk bergabung dan belajar lebih jauh mengenai kongregasi tersebut.
Dampak nyata pelayanan BKK juga dirasakan oleh masyarakat, salah satunya Gressia Carolina, seorang penyandang disabilitas sensorik netra.
Gressia membagikan pengalamannya bagaimana Suster Maria, BKK—ketika itu adalah staf di Lembaga Daya Dharma (LDD) KAJ hingga Maret 2023—membantunya mewujudkan mimpi melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang kuliah teologi.
“Pada usia 17 tahun, doa saya dijawab… melalui LDD KAJ, saya dipertemukan dengan seorang malaikat tak bersayap, Suster Maria, BKK yang dengan penuh cinta membantu dan mendampingi saya hingga selesai kejar paket C/SMA, bahkan sampai kuliah teologi,” tutur Grassia.
Kini, Suster Maria, BKK menjabat sebagai Provinsial Kongregasi Biarawati Karya Kesehatan (BKK).
Menjiwai Panggilan
Para karyawan LDD KAJ juga bersaksi bahwa para Suster BKK menjiwai panggilan mereka, hadir penuh kasih, sabar, dan tulus melayani tanpa membedakan latar belakang agama, suku, maupun status sosial.
Umat berharap agar para Suster BKK terus merawat tubuh secara medis sekaligus menguatkan dan menenangkan jiwa serta hati masyarakat yang dilayani. Mereka berharap cara kerja BKK yang sederhana, tidak menonjolkan diri, tetapi memberi dampak besar, dapat terus dilanjutkan.
Acara syukur diakhiri dengan ramah tamah dan pemotongan tumpeng yang dilaksanakan di Berthier Hall Gereja Sendangguwo. (*)
Kontributor: Ariani Dewi TE
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.